img Pernikahan Bukan Pilihanku  /  Bab 3 Kehamilannya | 11.11%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3 Kehamilannya

Jumlah Kata:2233    |    Dirilis Pada: 03/07/2025

am dinamika kediaman Wibowo. Tekanan dari Raden Mas Surya kepada Mahardika sedikit mereda, digantikan oleh

elontarkan kalimat-kalimat menyakitkan. "Kau pikir kehamilan itu akan mengubah apa pun? Kau tetaplah orang luar. Dan ingat, anak itu

un, setiap kali ia mendengar kalimat-kalimat pedas itu, ia akan mengusap perutnya dan berbicara

dang ia akan menyentuh perut Kirana saat Kirana sedang tidur, seolah ingin merasakan kehadiran calon anaknya. Sentuhan itu seringkali membuat Kirana terk

asa kram. Ia merintih pelan. Mahardika yang sedan

?" tanya Mahardika, ban

k, menahan nyeri

kat, Dr. Karina sudah tiba di kediaman Wibowo. Sete

sebaiknya Kirana lebih banyak istirahat dan jangan terlalu banyak pikiran," jelas Dr. Ka

gganis, tolong jangan terlalu menekan Kirana. Ini demi calo

tidak melakukan apa-apa! D

nis jika ia melihat perlakuan Rengganis terlalu keterlaluan pada Kirana, terutama di depan umum atau jika Raden Mas Surya ada di de

asa pada Kirana. Ia seringkali memeluk kaki Kirana, meminta Kirana membacakan cer

rut Tante?" tanya Anindya den

gguk. "Iya, sayang. Sebe

aku?" tanya

Status Anindya adalah anak dari Paramita, putri Mahardika dan Rengganis. Hubungan antara Anindya dan bayi yang dikandung Kirana akan menjadi saudara tiri, namun dalam konteks keluarga

Kirana, atau melarang Kirana bermain dengan Anindya. "Jangan terlalu dekat dengan Kirana! Dia bukan bagian dari kelua

napas. Ia tahu, Rengganis t

yi dari merek-merek ternama telah memenuhi ruangan. Raden Mas Surya tampak sangat bersemangat, ia bahkan sudah memesan berbagai ba

lam mimpinya, Bima akan memeluknya erat, menemaninya melalui proses persalinan, dan menyambut bayi mereka dengan senyum bahagia. Namun, ia

ncoba menahan, berharap itu hanya kontraksi palsu seperti sebelumnya. Namu

sekali," bisik Kiran

ke rumah sakit. Selama perjalanan, Mahardika menggenggam tangan Kirana. Genggaman itu terasa hangat, memberikan sedikit kekuatan pada

ahardika setia mendampingi di sampingnya, memegang tangannya, sesekali menyeka keringat di dahinya. Ia bah

Sedikit lagi," bisik Mahard

i cinta, memberikan kekuatan tersendiri bagi

ruang bersalin. Suara itu adalah suara paling indah yang pernah di

a! Selamat!" seru Dr. Kar

ang luar biasa. Ia menatap Kirana, senyum tipis, namun tulus,

gatan tubuh mungil itu, mencium aroma khas bayi yang baru lahir. Ini adalah buah hatinya, putra yang akan

umah sakit. Raden Mas Surya langsung menghambur ke arah cu

ru Raden Mas Surya, menggendong cucunya d

irana. "Aku belum m

benaknya, nama yang ia impikan sejak lama. "Saya... saya

engernyit. "Arjun

ap mata Mahardika. "Dan saya ingin dia m

lalu mengangguk pelan. "Ar

ap Kirana, dan bagaimana Raden Mas Surya terlihat sangat bahagia dengan bayi itu. Rasa iri dan

ini dipenuhi tangisan bayi dan gelak tawa Anindya yang senang memiliki 'adik' baru. Raden Mas Surya

ewaris utama. Meskipun Rengganis masih sering melontarkan komentar sinis atau mencoba mencari kesalahan, ia tidak lagi bis

a. Hormati dia!" kata Raden Mas Surya dengan tegas suatu kal

bahkan membantu Kirana mengganti popok. Kirana melihat sisi lain dari Mahardika, sisi seorang ayah yang penuh kasih sayang. Melihat Mahardika

, Mahardika masuk ke kamar dan duduk di samping

," kata Mahardika tib

menatap Mahardika. "

impikan. Kau telah menyelamatkan nama keluarga Wib

pis. "Dia adalah an

engulurkan tangan, mengusap kepala Arjuna l

erti itu. Hening menyelimuti mereka. Kirana merasakan sebuah ikatan baru terbentuk, ikatan yang dib

asalah baru muncul. Biaya pengobatan ibu Saraswati melonjak drastis. Kondisi ibu Ki

inya. Ia menghubungi Kirana, bukan untuk menanyakan

nuhi janjimu," kata Prawira dengan nada menuntut. "Kau harus memastikan

man? Aku sudah melakukan tugask

Kau punya posisi kuat! Gunakan itu untuk mendapatkan uang lebih banyak!" desak Prawira. "Jika tidak, aku akan bilan

a pernikahannya didasari oleh ancaman Prawira untuk biaya pengobatan ibunya, mereka mungkin akan

buran. Namun, nomor Bima sudah tidak aktif. Kirana merasa putus asa. Ia tahu Bim

s dan kecanggungan dengan Mahardika. Di sisi lain, ia kini diancam oleh pamannya sendiri.

ranya. Air matanya menetes. Ia merasa begitu lelah, begitu sendirian. Ia merindukan pelukan ibunya

ji-janji masa depan yang kini terasa begitu jauh. Cinta mere

masuk. Ia melihat Kirana yang menangis.

pa kau menangis?" tany

matanya. "Tidak ada apa-apa, Ma

k bisa membohongiku. Aku tahu kau punya

Mahardika tahu

angku untuk mencari tahu tentang dia. Apa yang dia lakukan pa

hardika. Ia menarik napas dalam-dalam. "Dia... dia mengancam akan memberitah

nak. Wajahnya mengeras

ya menolak, dia tidak akan membiayai pengobatan Ibu lagi. Ibu saya...

ulit diartikan. Ada penyesalan, ada kemarahan, dan juga... sedikit rasa iba.

enuh otoritas. "Dia tidak akan mengganggumu lagi. Dan masalah biaya pengobatan i

juk di tengah gurun. Kirana menatapnya t

nikahi denganmu karena desakan, tapi bukan berarti aku akan membiarkanmu menderita. Ap

Kirana merasakan secercah harapan. Mungkin, di balik semua kesepakatan dan tekanan ini, Mahardika meman

rdika," bisik Kiran

ini, ia mengusap kepala Kirana lembut, sentuhan yang pe

dikit lega, namun juga takut. Apa yang akan Mahardika lakukan pada Prawira? Apakah ini ber

encian Rengganis tidak akan hilang begitu saja. Dan ia sendiri, meskipun kini memiliki Arjuna, masih

ibunya, ia akan bertahan. Dan mungkin, hanya mungkin, di tengah badai ini, ia bisa menemukan sedikit kebahagiaa

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY