kan oleh pemahaman yang lebih dalam. Mahardika kini melihat Kirana bukan hanya sebagai wanita yang dinikahinya demi pewaris, tetapi juga sebagai korban, s
ucapan dan perlakuan menyakitkan Rengganis. Tidak lagi hanya menghela napas dan be
r wanita tak tahu diri, sudah diberi kemewahan malah tidak tahu caranya bersyukur. Mungkin
sendoknya dengan suara keras. "Cukup, Rengganis! Jaga bicaramu. Kirana
anya melirik, tersenyum tipis. Kirana menatap Mahardika, ada rasa haru yang menjalar
iannya tetap membara. Ia memilih jalur lain: mengabaikan Kirana sepenuhnya, berpura-pura Kirana tidak ada, bahkan saat mereka berada dalam ruangan
n Mahardika, dan biaya pengobatan ibunya terjamin. Ibu Saraswati perlahan pulih pasca operasi, dan Kirana bisa menjenguknya lebih sering, memba
ng menghabiskan waktu bersama Arjuna di kamar bayi, berbicara tentang pertumbuhan anak mereka. Mahardika sering bercerita tentang pekerjaannya, dan Kirana aka
ekan oleh ayahnya setelah kematian Paramita, bagaimana ia mencintai Rengganis namun tidak bisa
. "Aku tidak pernah menyangka hidupku akan seperti ini," bisik Kirana. "Menikah
rsama Rengganis dan anak-anak kami. Tapi takdir punya rencana lain." Ia menoleh ke arah Kirana.
gat. Ia tahu itu bukan ungkapan cinta, tapi it
ana. "Kau sudah melindungiku, dan kau memastikan
akan saling membantu, Kirana. Kit
eskipun masih ada jarak di antara mereka. Sebuah ikatan yang baru, yang lebih kuat dari sebelumnya, mulai
tumbuh antara Mahardika dan Kirana. Meskipun Mahardika tidak menunjukkan cinta romantis, perhatiannya pada Kirana sebagai ibu dari pewaris suda
up tenang. Ia akan mencari cara untuk menyingkirkan Kirana dari kehidupan
ayaannya untuk menyelidiki masa lalu Kirana, berharap menemukan sesuatu yang bisa ia gunakan untuk menjat
selalu meminta pengawal untuk menunggu di luar, dan kadang Kirana aka
nunjukkan Kirana dan Bima tengah berpelukan di sebuah taman. Foto itu sudah buram dan terlihat tua
diaman Wibowo untuk pemeriksaan rutin Arjuna. Sam
nmu, Kirana?" tany
saya juga sudah jauh l
kata Dr. Karina. "Kau adalah ibu yang hebat, K
sa bahwa Dr. Karina adalah satu-satunya orang di luar
ah. Ia melihat Dr. Karina dan Kirana yang sedang
juna?" tanya Rengganis dengan nada manis yang dibu
Arjuna sehat dan sangat
rana. "Kirana, aku ingin bicara denganmu sebent
i Rengganis ke ruang tamu utama. Begitu mas
is, wajahnya penuh amarah. Ia mengeluarkan sebuah amplop d
to yang dicetak kasar. Foto-foto lama Kirana bersama Bima, berpelukan, tertaKirana nyari
nya memanfaatkan kami untuk uang dan status!" tuduh Rengganis. "Kau masih berhub
a lagi!" Kirana mencoba membela diri, namun s
enyeringai. "Aku akan menunjukkan ini pada Mahardika! Dan pada Ayah! Kau akan l
desir dingin. Diambil dari Arjuna? T
memohon, air mata mulai mengalir di pipinya. "Saya moh
h terlalu banyak melukaiku. Sekarang rasakan
berpikir panjang. Ia meraih tangan Rengganis,
ia terjatuh, kepalanya membentur sudut meja kaca dengan keras. Seketika, Re
is. Ia hanya ingin menghentikannya. Rasa takut dan panik mencengkeramnya. Iaa!" Kirana mengguncang tubuh Ren
as dari luar. "Nyonya Rengganis? Non Kira
rsama Rengganis yang terluka, ia pasti akan dituduh. Keluarga Wibowo
uka pintunya!" suara
berserakan di lantai, dekat tangan Rengganis.
a di balik bajunya. Ia lalu berteriak, "Tolong! Bi Jum! Nyo
kin cemas. Mereka segera mendobrak pintu. Pemandangan Rengganis
berlari ke ruang tamu. Wajahnya pucat pasi m
!" seru Mahardika, berlu
r mata mengalir di pipinya. "Dia... dia ja
Ia segera memeriksa kondisi Rengganis. "Panggil ambula
bertanya, namun ia tidak mengucapkan ap
tis, ia mengalami pendarahan di otak. Keluarga Wibowo dil
bentak Raden Mas Surya di depan Kirana.
an, air matanya tak berhenti mengalir. "Saya hanya me
sial! Sejak kau datang ke rumah ini, hidu
tap ayahnya. "Ayah, jangan menuduh Kirana begit
ada di sana bersama Rengganis! Tidak mungkin
menuduhnya secara langsung, terlihat ragu dan tegang. Ia ingin menceritakan tentang foto-foto Bima, tentang ancaman Rengganis. Tapi jika ia melakukan
arina keluar dari ruang oper
kter?" tanya M
..." Dr. Karina berhenti sejenak. "Ada kemungkinan Nyonya Rengganis akan
den Mas Surya nyaris pingsan. Mahardika terpaku, tak percaya. Kir
an sadar?" ta
rapa hari, atau bisa lebih lama," jawab Dr
ya ingin ibunya sembuh, dan ia ingin menjalani hidupnya dengan tenang. Kini, ia
ertemu Bima, seandainya ia tidak dipaksa menikah, seandainya ia
nya. Rengganis tidak ada. Namun, bayang-bayang kejadian itu terus menghantuinya. Ia memeluk Arj
dibaca. Kirana tahu, ini adalah ujian terberat dalam hidupnya. Ia harus menghadapi konsekuensi dari perbuatan