img Pernikahan Bukan Pilihanku  /  Bab 5 Pengakuan jujur | 18.52%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 5 Pengakuan jujur

Jumlah Kata:1934    |    Dirilis Pada: 03/07/2025

kan oleh pemahaman yang lebih dalam. Mahardika kini melihat Kirana bukan hanya sebagai wanita yang dinikahinya demi pewaris, tetapi juga sebagai korban, s

ucapan dan perlakuan menyakitkan Rengganis. Tidak lagi hanya menghela napas dan be

r wanita tak tahu diri, sudah diberi kemewahan malah tidak tahu caranya bersyukur. Mungkin

sendoknya dengan suara keras. "Cukup, Rengganis! Jaga bicaramu. Kirana

anya melirik, tersenyum tipis. Kirana menatap Mahardika, ada rasa haru yang menjalar

iannya tetap membara. Ia memilih jalur lain: mengabaikan Kirana sepenuhnya, berpura-pura Kirana tidak ada, bahkan saat mereka berada dalam ruangan

n Mahardika, dan biaya pengobatan ibunya terjamin. Ibu Saraswati perlahan pulih pasca operasi, dan Kirana bisa menjenguknya lebih sering, memba

ng menghabiskan waktu bersama Arjuna di kamar bayi, berbicara tentang pertumbuhan anak mereka. Mahardika sering bercerita tentang pekerjaannya, dan Kirana aka

ekan oleh ayahnya setelah kematian Paramita, bagaimana ia mencintai Rengganis namun tidak bisa

. "Aku tidak pernah menyangka hidupku akan seperti ini," bisik Kirana. "Menikah

rsama Rengganis dan anak-anak kami. Tapi takdir punya rencana lain." Ia menoleh ke arah Kirana.

gat. Ia tahu itu bukan ungkapan cinta, tapi it

ana. "Kau sudah melindungiku, dan kau memastikan

akan saling membantu, Kirana. Kit

eskipun masih ada jarak di antara mereka. Sebuah ikatan yang baru, yang lebih kuat dari sebelumnya, mulai

tumbuh antara Mahardika dan Kirana. Meskipun Mahardika tidak menunjukkan cinta romantis, perhatiannya pada Kirana sebagai ibu dari pewaris suda

up tenang. Ia akan mencari cara untuk menyingkirkan Kirana dari kehidupan

ayaannya untuk menyelidiki masa lalu Kirana, berharap menemukan sesuatu yang bisa ia gunakan untuk menjat

selalu meminta pengawal untuk menunggu di luar, dan kadang Kirana aka

nunjukkan Kirana dan Bima tengah berpelukan di sebuah taman. Foto itu sudah buram dan terlihat tua

diaman Wibowo untuk pemeriksaan rutin Arjuna. Sam

nmu, Kirana?" tany

saya juga sudah jauh l

kata Dr. Karina. "Kau adalah ibu yang hebat, K

sa bahwa Dr. Karina adalah satu-satunya orang di luar

ah. Ia melihat Dr. Karina dan Kirana yang sedang

juna?" tanya Rengganis dengan nada manis yang dibu

Arjuna sehat dan sangat

rana. "Kirana, aku ingin bicara denganmu sebent

i Rengganis ke ruang tamu utama. Begitu mas

is, wajahnya penuh amarah. Ia mengeluarkan sebuah amplop d

to yang dicetak kasar. Foto-foto lama Kirana bersama Bima, berpelukan, terta

Kirana nyari

nya memanfaatkan kami untuk uang dan status!" tuduh Rengganis. "Kau masih berhub

a lagi!" Kirana mencoba membela diri, namun s

enyeringai. "Aku akan menunjukkan ini pada Mahardika! Dan pada Ayah! Kau akan l

desir dingin. Diambil dari Arjuna? T

memohon, air mata mulai mengalir di pipinya. "Saya moh

h terlalu banyak melukaiku. Sekarang rasakan

berpikir panjang. Ia meraih tangan Rengganis,

ia terjatuh, kepalanya membentur sudut meja kaca dengan keras. Seketika, Re

is. Ia hanya ingin menghentikannya. Rasa takut dan panik mencengkeramnya. Ia

a!" Kirana mengguncang tubuh Ren

as dari luar. "Nyonya Rengganis? Non Kira

rsama Rengganis yang terluka, ia pasti akan dituduh. Keluarga Wibowo

uka pintunya!" suara

berserakan di lantai, dekat tangan Rengganis.

a di balik bajunya. Ia lalu berteriak, "Tolong! Bi Jum! Nyo

kin cemas. Mereka segera mendobrak pintu. Pemandangan Rengganis

berlari ke ruang tamu. Wajahnya pucat pasi m

!" seru Mahardika, berlu

r mata mengalir di pipinya. "Dia... dia ja

Ia segera memeriksa kondisi Rengganis. "Panggil ambula

bertanya, namun ia tidak mengucapkan ap

tis, ia mengalami pendarahan di otak. Keluarga Wibowo dil

bentak Raden Mas Surya di depan Kirana.

an, air matanya tak berhenti mengalir. "Saya hanya me

sial! Sejak kau datang ke rumah ini, hidu

tap ayahnya. "Ayah, jangan menuduh Kirana begit

ada di sana bersama Rengganis! Tidak mungkin

menuduhnya secara langsung, terlihat ragu dan tegang. Ia ingin menceritakan tentang foto-foto Bima, tentang ancaman Rengganis. Tapi jika ia melakukan

arina keluar dari ruang oper

kter?" tanya M

..." Dr. Karina berhenti sejenak. "Ada kemungkinan Nyonya Rengganis akan

den Mas Surya nyaris pingsan. Mahardika terpaku, tak percaya. Kir

an sadar?" ta

rapa hari, atau bisa lebih lama," jawab Dr

ya ingin ibunya sembuh, dan ia ingin menjalani hidupnya dengan tenang. Kini, ia

ertemu Bima, seandainya ia tidak dipaksa menikah, seandainya ia

nya. Rengganis tidak ada. Namun, bayang-bayang kejadian itu terus menghantuinya. Ia memeluk Arj

dibaca. Kirana tahu, ini adalah ujian terberat dalam hidupnya. Ia harus menghadapi konsekuensi dari perbuatan

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY