img Pernikahan Bukan Pilihanku  /  Bab 4 Keputusan Mahardika | 14.81%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 Keputusan Mahardika

Jumlah Kata:2275    |    Dirilis Pada: 03/07/2025

ni menghubungi Kirana. Mahardika memberitahu Kirana bahwa ia telah "memberi pelajaran" kepada Prawira, memastikan pamannya itu tidak akan pernah lagi mengancam atau memeras Kirana. Detil

ibunya lebih sering, meskipun selalu didampingi oleh sopir dan pengawal. Melihat kondisi ibunya yang membaik perlahan, dan mengetahui bahwa

kelegaan, tetapi itu tidak lantas menghilangkan sumber penderitaan lainnya di kediaman Wibowo. Rengganis, istri pertama Mahard

ng menggendong Arjuna di teras. Matanya menyala penuh api kebencian. "Dia hanya melindungimu karena ana

a benarnya. Perhatian Mahardika memang lebih tertuju pada Arjuna, dan Kirana adalah p

Aku adalah istri sahnya, wanita yang dicintainya! Kau hanyalah simpana

. Kata-kata pedas, tatapan merendahkan, sindiran halus yang menyakitkan, dan mengabaikan Kirana seolah tak ada adalah senjata utama Rengganis. Ia seringkal

t sedikit!" atau "Kirana, bantu pelayan mem

gi Kirana dari Prawira, dan memberinya perlindungan fisik dari Rengganis, namun ia tampaknya enggan terlibat dalam konflik verbal a

sejahat Prawira. Ia memenuhi tanggung jawabnya sebagai suami dan ayah. Namun, hati Kirana tetap mer

cu laki-lakinya. Ia sering menggendong Arjuna, membacakannya buku cerita anak-anak, dan mengoceh tentang masa depan Arjuna sebaga

h berkah," kata Raden Mas Surya suatu hari, menatap Rengganis yang sedang mem

menahan amarah yang bergejolak. Ia tahu

dilakukan Kirana saat merawat bayi itu. Kirana sangat menyukai kedekatan Anindya dengan Arjuna. Bagi Kirana, Anindya adalah sumber kehangatan lain

mu itu. Dia bukan ibumu," kata Rengganis,

api Tante Kirana baik. Ta

narnya sudah meninggal. Ingat itu. Dan Arj

bagai ibu Arjuna di hadapan Anindya, meskipun konyol, tetap melukai

utuhkan operasi mendesak, dengan biaya yang sangat besar, di luar pengobatan rutin. Meskipun keluarga Wibowo telah menjamin biaya pengo

Mahardika di ruang kerjanya. Mahardika sedang sibu

ardika, tanpa mengalihkan pa

icara tentang ibuku," kata Kir

. "Ada apa dengan ibumu? Buk

desak. Biayanya... sangat besar. Puluhan kali lipat da

ah. Akan kuurus. Tapi ini butuh waktu. Aku h

ega. "Terima ka

bayangkan. Beberapa hari kemudian, Mahardika

bilang, kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan: perlindungan dari Prawira

Mahardika... ibuku bisa men

keras. Dia bilang, keluarga Wibowo sudah cukup menanggung banyak beban. Lagipula, kau

an telak. Kirana merasa seperti dipaksa kembali ke kenyataan pahit: ia hanyal

ulakukan?" bisik Kirana

cara. Ayah bersedia mempertimbangkan biaya op

irana, berhara

kan bisnisnya, menunjukkan bahwa keluarga Wibowo memiliki 'ibu baru' dari pewaris," jelas Mahardika. "Ia ingin memanfaa

agian dari keluarga Wibowo yang harmonis, sementara hatin

.. Ren

bumu, Kirana," kata Mahardika, menatap Kirana d

boneka yang dipertontonkan. Namun, keselamatan ibunya adalah

sedikit kelegaan di matany

cara sosial penting, membuat Rengganis murka luar biasa. Ia menganggap

saat Kirana sedang mencoba gaun yang disiapkan untuk acara gala. "Kau itu hany

i. Ia hanya menatap dirinya di cermin. Gaun-gaun mahal itu, perhiasan berkilau, semuanya te

luarga, Rengganis. Ayah yang menginginkannya. Bukan Kirana yang meminta." Namun, Rengganis tetap tak

ha. Ia belajar menghafal nama-nama, tersenyum sopan, dan berbicara basa-basi. Ia merasa seperti seorang aktris yang sedang memerankan s

elas menunjukkan rasa menghakimi. Bisikan-bisikan tentang "istri kedua" dan "wanita muda yang beruntung" s

sendirian, sedikit menjauh dari keramaian. Ia merasa lelah dengan se

ran

darinya, menatapnya dengan tatapan tak percaya. Wajah Bima terlihat sedikit

eperti ini. Bima mengenakan setelan jas yang rapi, membuatnya te

sini?" Kirana nyari

diundang oleh salah satu relasi bisnisku. Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di

eka. Kirana merasa malu, nam

datang ke acara seperti ini," kata Ki

rja di sebuah perusahaan teknologi yang sedang berkemba

itu jauh. Kirana ingin memeluk Bima, ingin menceritakan semua penderitaannya, ingin kembali ke masa ketika merek

" tanya Bima, suaranya lemb

baik saja, bahwa ia merindukannya. Namun, ia hanya bisa ters

anmu," kata Bima, matanya mema

lesai berbincang dengan beberapa kolega. Ia me

a apa?" tan

i... ini temanku,

ngan pada Bima. "Mahardi

ardika. Ekspresinya sedi

tu. Mahardika merasakan aura aneh, dan Bima mena

, Tuan Wibowo," kata Bima,

tanya Mahardika, m

ma Kirana," jawab Bima,

irana, seolah ingin membaca pikirannya. "Kir

menatap Bima, ada permintaan maaf di m

pisnya terlihat getir. "Tentu, K

bisa merasakan tatapan Bima mengikutinya. Pertemuan tak terduga ini mengoyak kembali

g. Mahardika tidak bertanya apa-apa tentang Bima, namun keheningan itu justru ter

Kirana dengan pandangan menyelidik. Kirana merasa tidak nyaman. Ia tah

ke kamarnya. "Kirana, aku in

ludah. "Ada a

mu seperti itu?" tanya Mahardika langsu

Dia... dia adalah kekasihku sebelum aku menikah den

namun kemudian berubah menjadi pengertian. "Jadi, kau dip

am akan menghentikan pengobatan ibuku jika aku menolak. Aku

lam di mata Mahardika. "Aku minta maaf, Kirana

embuat hati Kirana sedikit menghangat. Ia tida

irana. "Kau... juga tidak men

ku mendesakku untuk memiliki pewaris laki-laki. Paramita... ia sudah tiada.

anpa cinta, sama-sama menjadi korban dari takdir dan tuntutan keluarga. Sebuah i

ik Kirana. "Kita...

g jawab kita berdua. Aku tidak akan membiarkanmu menderita lagi, Kirana. Aku a

api didasari rasa tanggung jawab dan simpati yang mendalam. Kirana tahu, ini adalah permul

dan ada masa depan yang masih sangat tidak pasti. Perang dingin dengan Rengganis mungkin akan semakin intens. Dan ia harus belajar menjalani peran baru

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY