ni menghubungi Kirana. Mahardika memberitahu Kirana bahwa ia telah "memberi pelajaran" kepada Prawira, memastikan pamannya itu tidak akan pernah lagi mengancam atau memeras Kirana. Detil
ibunya lebih sering, meskipun selalu didampingi oleh sopir dan pengawal. Melihat kondisi ibunya yang membaik perlahan, dan mengetahui bahwa
kelegaan, tetapi itu tidak lantas menghilangkan sumber penderitaan lainnya di kediaman Wibowo. Rengganis, istri pertama Mahard
ng menggendong Arjuna di teras. Matanya menyala penuh api kebencian. "Dia hanya melindungimu karena ana
a benarnya. Perhatian Mahardika memang lebih tertuju pada Arjuna, dan Kirana adalah p
Aku adalah istri sahnya, wanita yang dicintainya! Kau hanyalah simpana
. Kata-kata pedas, tatapan merendahkan, sindiran halus yang menyakitkan, dan mengabaikan Kirana seolah tak ada adalah senjata utama Rengganis. Ia seringkal
t sedikit!" atau "Kirana, bantu pelayan mem
gi Kirana dari Prawira, dan memberinya perlindungan fisik dari Rengganis, namun ia tampaknya enggan terlibat dalam konflik verbal a
sejahat Prawira. Ia memenuhi tanggung jawabnya sebagai suami dan ayah. Namun, hati Kirana tetap mer
cu laki-lakinya. Ia sering menggendong Arjuna, membacakannya buku cerita anak-anak, dan mengoceh tentang masa depan Arjuna sebaga
h berkah," kata Raden Mas Surya suatu hari, menatap Rengganis yang sedang mem
menahan amarah yang bergejolak. Ia tahu
dilakukan Kirana saat merawat bayi itu. Kirana sangat menyukai kedekatan Anindya dengan Arjuna. Bagi Kirana, Anindya adalah sumber kehangatan lain
mu itu. Dia bukan ibumu," kata Rengganis,
api Tante Kirana baik. Ta
narnya sudah meninggal. Ingat itu. Dan Arj
bagai ibu Arjuna di hadapan Anindya, meskipun konyol, tetap melukai
utuhkan operasi mendesak, dengan biaya yang sangat besar, di luar pengobatan rutin. Meskipun keluarga Wibowo telah menjamin biaya pengo
Mahardika di ruang kerjanya. Mahardika sedang sibu
ardika, tanpa mengalihkan pa
icara tentang ibuku," kata Kir
. "Ada apa dengan ibumu? Buk
desak. Biayanya... sangat besar. Puluhan kali lipat da
ah. Akan kuurus. Tapi ini butuh waktu. Aku h
ega. "Terima ka
bayangkan. Beberapa hari kemudian, Mahardika
bilang, kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan: perlindungan dari Prawira
Mahardika... ibuku bisa men
keras. Dia bilang, keluarga Wibowo sudah cukup menanggung banyak beban. Lagipula, kau
an telak. Kirana merasa seperti dipaksa kembali ke kenyataan pahit: ia hanyal
ulakukan?" bisik Kirana
cara. Ayah bersedia mempertimbangkan biaya op
irana, berhara
kan bisnisnya, menunjukkan bahwa keluarga Wibowo memiliki 'ibu baru' dari pewaris," jelas Mahardika. "Ia ingin memanfaa
agian dari keluarga Wibowo yang harmonis, sementara hatin
.. Ren
bumu, Kirana," kata Mahardika, menatap Kirana d
boneka yang dipertontonkan. Namun, keselamatan ibunya adalah
sedikit kelegaan di matany
cara sosial penting, membuat Rengganis murka luar biasa. Ia menganggap
saat Kirana sedang mencoba gaun yang disiapkan untuk acara gala. "Kau itu hany
i. Ia hanya menatap dirinya di cermin. Gaun-gaun mahal itu, perhiasan berkilau, semuanya te
luarga, Rengganis. Ayah yang menginginkannya. Bukan Kirana yang meminta." Namun, Rengganis tetap tak
ha. Ia belajar menghafal nama-nama, tersenyum sopan, dan berbicara basa-basi. Ia merasa seperti seorang aktris yang sedang memerankan s
elas menunjukkan rasa menghakimi. Bisikan-bisikan tentang "istri kedua" dan "wanita muda yang beruntung" s
sendirian, sedikit menjauh dari keramaian. Ia merasa lelah dengan se
ran
darinya, menatapnya dengan tatapan tak percaya. Wajah Bima terlihat sedikit
eperti ini. Bima mengenakan setelan jas yang rapi, membuatnya te
sini?" Kirana nyari
diundang oleh salah satu relasi bisnisku. Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di
eka. Kirana merasa malu, nam
datang ke acara seperti ini," kata Ki
rja di sebuah perusahaan teknologi yang sedang berkemba
itu jauh. Kirana ingin memeluk Bima, ingin menceritakan semua penderitaannya, ingin kembali ke masa ketika merek
" tanya Bima, suaranya lemb
baik saja, bahwa ia merindukannya. Namun, ia hanya bisa ters
anmu," kata Bima, matanya mema
lesai berbincang dengan beberapa kolega. Ia me
a apa?" tan
i... ini temanku,
ngan pada Bima. "Mahardi
ardika. Ekspresinya sedi
tu. Mahardika merasakan aura aneh, dan Bima mena
, Tuan Wibowo," kata Bima,
tanya Mahardika, m
ma Kirana," jawab Bima,
irana, seolah ingin membaca pikirannya. "Kir
menatap Bima, ada permintaan maaf di m
pisnya terlihat getir. "Tentu, K
bisa merasakan tatapan Bima mengikutinya. Pertemuan tak terduga ini mengoyak kembali
g. Mahardika tidak bertanya apa-apa tentang Bima, namun keheningan itu justru ter
Kirana dengan pandangan menyelidik. Kirana merasa tidak nyaman. Ia tah
ke kamarnya. "Kirana, aku in
ludah. "Ada a
mu seperti itu?" tanya Mahardika langsu
Dia... dia adalah kekasihku sebelum aku menikah den
namun kemudian berubah menjadi pengertian. "Jadi, kau dip
am akan menghentikan pengobatan ibuku jika aku menolak. Aku
lam di mata Mahardika. "Aku minta maaf, Kirana
embuat hati Kirana sedikit menghangat. Ia tida
irana. "Kau... juga tidak men
ku mendesakku untuk memiliki pewaris laki-laki. Paramita... ia sudah tiada.
anpa cinta, sama-sama menjadi korban dari takdir dan tuntutan keluarga. Sebuah i
ik Kirana. "Kita...
g jawab kita berdua. Aku tidak akan membiarkanmu menderita lagi, Kirana. Aku a
api didasari rasa tanggung jawab dan simpati yang mendalam. Kirana tahu, ini adalah permul
dan ada masa depan yang masih sangat tidak pasti. Perang dingin dengan Rengganis mungkin akan semakin intens. Dan ia harus belajar menjalani peran baru