img Kekasih Bayaran  /  Bab 3 Pertemuan | 25.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3 Pertemuan

Jumlah Kata:2659    |    Dirilis Pada: 04/07/2025

terbaring lemah di dalam. Ibunya, Kartika, duduk di sampingnya, terus melafalkan doa-doa. Tiara mencoba menenangkan dirinya, namun cemas yang mendalam mencengk

i dan kemewahan masih terpancar kuat darinya, seolah waktu tak mampu mengikisnya sedikit pun. Ia mengenakan setelan jas bisnis yang rapi, rambutnya

akan apa yang akan terjadi selanjutnya. Adrian menatapnya, tatapan matanya menyiratkan keterkejutan, mungkin juga sebuah per

a Kartika sopan, s

dari Tiara. "Tiara, anakmu yang mana?" tanyany

g tirainya sedikit terbuka. "Di dalam,

afan terbaring di ranjang, wajahnya pucat pasi, bibirnya kering, dan napasnya pendek-pendek. Se

eksama. Ada kerutan di dahinya, seolah ia sedang memprose

jawab Tia

a terdengar tegas dan cepat, memerintahkan sesuatu yang Tiara tak bisa dengar jelas. B

er itu dengan hormat. "A

kter terbaik di rumah sakit ini. Lakukan semua yang diperlukan, tanpa memikirkan b

h. "Baik, Tuan. Kami a

elepon, situasi Rafan langsung ditangani dengan prioritas tinggi. Rasa syukur memenuh

. "Kamu tunggu di luar. Aku a

Adrian keluar, raut wajahnya tetap tegar. "Dia akan baik-bai

ata tulus. "Saya... saya tidak tah

ang, kita perlu bicara." Ia menatap Kartika. "Maaf,

an beranjak pergi. Tiara dan Adrian kin

nnya lekat pada Tiara. "Anak i

takan bukan. Tapi, melihat bagaimana Adrian telah bertindak cepat demi Rafan, dan juga menyadari kemiripan wajah Raf

menjawab, suaranya g

u yang lain, yang tak bisa Tiara identifikasi. "Kenapa kamu tidak memberitahu

iri, nada suaranya berubah pahit. "Kamu pikir aku mau meminta belas kasihan darimu? Aku pergi karena aku tidak ingin menjadi

.. aku hanya harus menikahi tunanganku. Itu sudah menjadi komitmen sejak l

dan membiarkan anak ini tumbuh tanpa sosok ayah? Atau kamu akan menikah denganku d

asa lalu. Yang penting sekarang adalah Rafan.

rang! Aku yang membesarkannya sendirian, Adrian. Aku yang berjuang mati-matian agar dia bisa

nggi, ia bangkit dari duduknya. "Dan ak

ompat berdiri, matanya membelalak tak percaya. "Tidak! Tidak

ak punya pekerjaan tetap. Bagaimana kamu bisa menjamin masa depan anakku? Aku bisa memberikan seg

ipinya. "Tapi aku memberinya cinta! Aku memberinya kasih sayang! Sesuatu

ersikeras. "Dia berhak mendapatkan yang terbaik. Dan itu b

ak peduli. Hatinya sakit, marah, dan takut menjadi satu. Ia tidak akan p

an," Tiara berkata tegas, suaranya penuh tekad. "A

lihat saja, Tiara. Ingat, aku punya

memastikan Rafan mendapatkan penanganan terbaik. Tiara hanya bisa m

wa makanan enak, mainan baru, dan buku cerita untuk Rafan. Ia berbicara dengan Rafan, mencoba membangun ikatan. Rafan, yang selama ini kurang mendapatkan perhatian dari sosok ayah, t

baik. Ia bahkan seringkali membicarakan masa depan Rafan di depan Tiara, tentang sekolah-sekolah elit, tentang kursus-kursus yang m

yang duduk di samping ranjang Rafan. "Aku sudah bicara dengan pengaca

rdesir dingin. "Kamu tidak

memiliki pekerjaan tetap, tidak punya aset, dan hidup dalam kemiskinan. Sem

nya serak. "Aku ibunya! Aku yang mengan

isa memberinya kehidupan yang layak," Adrian berkata tanpa empati. "Pikirkan masa depan Rafan

punya uang, kekuasaan, dan pengacara yang handal. Sementara Tiara hanya memiliki

ka semua mengatakan kasusnya akan sangat sulit dimenangkan mengingat kondisi finansialnya. Beberapa

rkan Tiara membawa Rafan pulang ke rumahnya. Ia mengirimkan pengacara yang datang dengan perintah pe

on. Ia memeluk Rafan erat-erat, tak ingin melepaskannya. Rafan, y

afan mau sama Mama!" teriak Rafan

kamu!" Tiara mencium putranya berkali-

reka menarik Rafan paksa dari pelukan Tiara. Tiara menjerit, mencoba meraih put

bawa masuk ke dalam mobil mewah Adrian, mata putranya yang ketakutan menatapnya dar

Putranya telah direbut. Ia merasa kosong, hampa, seolah sebagian jiwanya telah ikut pergi bersama

ya gemetar tak terkendali. "Mereka merebut

encoba menenangkannya, namun ia sendir

rbaring lemah. Setiap kali ia memejamkan mata, wajah Rafan yang ketakutan dan panggilannya yang pilu selalu memba

gan semangat hidup. Dunia terasa gelap tanpa kehadiran Rafan. Rumah kecil

kum hak asuh. Setiap surat itu datang, Tiara merasa seperti disiram air dingin.

banknya, aset-asetnya, semua hal yang menunjukkan bahwa ia mampu memberikan masa depan terbaik bagi Rafan. Sementara Tiara, hanya bisa bersaksi de

tidak menunjukkan perhatian yang cukup pada Rafan. Mereka menggali semua "kekurangan" Tiara, bahkan mengungkit masa l

esar persidangan, dan ketika ia datang, kesaksiannya terdengar datar, nyaris tanpa emosi. Bahkan, ia sempat keceplosan m

jarang berinteraksi dengan Tua

begitu, Pak. Saya kan sibuk kerja

gi pengacara Adrian untuk

tidak berniat jahat, ia hanya mengatakan apa adanya. Nam

npa alasan, terkadang menangis tanpa henti. Ingatannya mulai kacau. Ia sering lupa di mana ia meletakkan

menolak. Ia tidak mau mengakui bahwa ia gila. Ia hanya ingin

, Tiara menerima kunjungan dari seorang psikolog yang ditunjuk oleh pengadil

nda, Bu Tiara?" tanya

aik-baik saja. Saya hanya... merindukan anak saya. Rafan. Di

g Tiara dengan tatapan prihatin. Kartika hanya bi

ental Tiara tidak stabil, dan ia tidak mampu merawat Rafan dengan baik. Laporan itu juga menduku

hak asuh Rafan sepenuhnya diberikan kepada Adrian Wiratama. Tiara dinyatakan tidak layak m

secara paksa, dan ia tak bisa berbuat apa-apa. Suara hakim yang membacakan putusan i

ira Kartika adalah Adrian. Ia seringkali berbicara tentang Rafan seolah-olah putranya masih bersamanya, sedang bermain di kamar,

tersenyum dan melambaikan tangan pada anak-anak kecil yang lewat, mengira mereka adalah R

erbaik: sekolah elit, guru privat, mainan terbaru, dan semua kemewahan yang dulu tak pernah bisa Rafan bayangkan. Namun, Rafan, meskipun

a ia beli dengan uang: kasih sayang seorang ibu. Rafan seringkali menolak makanan, tidak bersemangat untuk

tersenyum kosong, memanggil nama Rafan dengan nada aneh, atau bahkan menatap Rafan dengan tatapan orang asing. Pemandangan itu selalu menyakitkan hati Rafan, m

u mungkin, hanya penyesalan samar. Ia telah mendapatkan Rafan, putranya, namun ia telah menghancurkan T

a, kini hanya bisa meracau dan melamun. Ia tak bisa berbuat apa-apa selain merawatnya, memandikannya, memberinya makan, d

Kartika seringkali bertanya pada dirinya send

erperangkap dalam dunianya sendiri yang hampa? Apaka

udara, tanpa jawaban pasti. Tiara mungkin telah kehilangan akal sehatnya, namun luka di hatinya terlalu dalam untuk sembuh

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY