img Kekasih Bayaran  /  Bab 4 memanggil | 33.33%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 memanggil

Jumlah Kata:2050    |    Dirilis Pada: 04/07/2025

nnya. Ia seringkali duduk termangu di teras rumahnya yang kecil, mata kosongnya menatap jalanan, seolah menunggu seseorang yang tak kunjung datang. Terkadang ia t

a makan, dan membersihkan kekacauan yang dibuat Tiara. Setiap hari, Kartika berdoa, memohon keajaiban agar putrinya bisa kembali seperti semula. Namun, ha

mbut, sambil memegang tangan Tiara. Tiara hanya menatap foto itu tanpa ekspresi, lalu menghempaskannya. "Bukan. Itu bukan R

n waktunya di luar rumah, seolah tak ingin berhadapan dengan kenyataan pahit di dalam rumahnya sendiri. Ia masih memberikan nafkah, tetapi ke

ngan guru-guru terbaik, dan liburan mewah ke luar negeri. Adrian berusaha memberikan yang terbaik untuk putranya. Ia meluangkan waktu dari jadwal sibuknya untuk menemani Rafan, me

rdas dan sopan, adalah anak yang pendiam dan sering melamun. Ia tidak seceria anak-anak lai

encoba menghibur putranya, "Rafan, kamu punya sem

menunduk. "Rafa

u akan membantu Rafan. Namun, setiap kunjungan selalu berakhir dengan Rafan yang semakin terluka. Tiara yang tidak mengenalinya, yang tersenyum hampa atau bahkan berteriak ketakutan saa

a Rafan suatu kali. "Dia butuh waktu untuk se

di dalam hatinya. Aroma masakan Tiara, suara Tiara saat mendongeng, pelukan hangat Tiara saat ia merasa t

abnya. Penyesalan samar muncul di hatinya. Ia memang menginginkan putranya, tetapi ia tak pernah berniat menghancurkan

berbagai olahraga. Namun, ia tetap menyimpan kesedihan yang tak terucapkan. Ia jarang membicarakan ibunya. Ia tahu ibunya sakit, namun Adr

lihat foto-foto Adrian muda, foto-foto pernikahan Adrian dengan Clara, dan di sudut paling bawah, ia menemukan beberapa lembar foto yang berbe

p dengan dirinya. Dan bayi di foto itu... itu pasti dirinya! Di balik foto w

hu yang tak tertahankan dalam dir

ini?" tanya Rafan, m

erkejut melihat foto itu. Ia mengh

ihat bahagia di foto ini?" Rafan bertanya, ada nada kecewa dalam suaranya. Ia hanya tahu i

emang seperti itu, Rafan. Tapi dia sa

menjelaskan?" desak Rafan. Ia merasa

g, dan bagaimana ia mengambil hak asuh Rafan karena Tiara dianggap tidak mampu merawatnya. Namun, ia menutupi bagian tentang Tiara sebagai wanita simpanan, dan

idak terlalu memikirkan ibunya. Ia merasa bersalah karena ia tumbuh dalam kemewahan sementara ibu

matanya berkaca-kaca. "Ayah tid

h melakukan yang ter

pertama kalinya ia berani meninggikan suara pada Adrian. "Aku ingin

kad membuatnya mengalah. Ia tahu, Rafan sudah cukup besar

ini terlihat sedikit berantakan. Adrian melihat perubahan itu dengan tatapan kosong.

atanya menatap kosong ke jalan. Rambutnya acak-acakan,

ng ia lihat di foto. Ini bukan Tiara yang ia ingat dalam p

langkah mendekat,

ada tanda-tanda pengakuan di matanya. Ia hanya tersenyum samar

li, hati Rafan hancur berkeping-keping. Air matanya langsung tumpah. "Ma

n Rafan. "Jangan sentuh aku! Kamu siapa? Pergi

melihat Rafan dan Adrian, lalu menatap Tiara yang kini s

i. Ia terus menjerit, meracau. "Mereka merebut Rafan!

ahnya kondisi ibunya. Hatinya sakit, penuh penyesalan. Ia merasa bersalah kare

h. "Sudah cukup, Rafan. Lih

n menangis terisak. "Kena

tu." Adrian akhirnya mengakui sebagian kebenaran yang selama ini ia sembunyikan. "Dia sangat

dengan mata merah.

mendalam di matanya. "Mungkin. Ayah h

hancurkan Ibu!"

an benar. Ia telah memenangkan hak asu

mbunyi, tanpa sepengetahuan Adrian. Ia akan duduk di samping Tiara, meskipun Tiara tidak mengenalinya, dan bercerita tentang hari-harinya di se

ang perjuangan Tiara, tentang semua pengorbanan yang Tiara lakukan demi dirinya. Rafan mendengarkan dengan saksama

embaca buku-buku, mencari di internet, bahkan berbicara dengan beberapa psikolog dan psikiater yang ia kenal melalui

reka menggunakan terapi inovatif yang menggabungkan pengobatan, terapi psikologis, dan terapi lingkungan. Biay

ian. "Ayah, aku ingin Ibu dirawat di temp

l, Rafan. Dan kondisinya... Ayah rasa sudah sulit untuk disembuhkan." Adria

Ibu dariku. Sekarang, Ayah harus bertanggung jawab untuk menyembuhkannya. Ini

nya. Ada kebenaran dalam perkataan Rafan. Ia memang bertanggung jawab atas kondis

. "Baiklah, Rafan. Ay

selama ini hanya dirawat di rumah, kini mendapatkan penanganan medis yang intensif. Dokter

uduk di samping Tiara, memegang tangannya, dan bercerita. Ia juga seringkali membaw

nya sedikit berubah, atau ia akan mengucapkan kata-kata yang lebih koh

ihat. Kartika dan Rafan mulai merasa putus asa. Apakah Ti

, Tiara yang biasanya hanya diam, tiba-tiba menoleh padanya. Tatapan matanya tidak la

ranya lemah namun jelas. "Kamu

natap ibunya dengan tak percay

r mata kegilaan, melainkan air mata kesadaran. "Rafan... ana

nya, menciumnya berkali-kali.

menangis haru. Adrian, yang berdiri di ambang pintu, juga merasa

samar-samar. Ia membutuhkan waktu untuk pulih sepenuhnya, untuk menyusun kembali keping

yang paling penting, akankah ada keadilan sejati untuk Tiara, setelah semua penderitaan yang ia alami?

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY