img Kekasih Bayaran  /  Bab 2 Pilihan Ibu | 16.67%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 Pilihan Ibu

Jumlah Kata:2702    |    Dirilis Pada: 04/07/2025

perti belenggu. Udara malam Jakarta yang pengap terasa dingin di kulitnya, seolah ikut merasakan kehampaan yang ia bawa. Di dalam tas kecilnya, hanya ada beberapa lembar pakaian dan satu-satunya

at ini setelah "mendapat pekerjaan bagus." Kebohongan yang ia rajut kini harus diurai, namun ia belum siap mengungkapkan kebenaran p

ang yang sedikit reyot, melangkah pelan agar tidak menimbulkan suara. Namun, ibunya, Kartika, sudah terbangun. Soso

un ada nada syukur di dalamnya. Ia memeluk putrinya erat, pelukan yang te

mendadak ada lembur, jadi tidak sempat kabari Ibu." Kebohon

mpat khawatir." Ia melepaskan pelukannya, menatap Tiara dengan cerm

kerja." Ia harus memikirkan langkah selanjutnya. Bagaimana ia akan memberitahu ibunya tentang ke

ium di kamar itu kini terasa begitu menenangkan. Ia memejamkan mata, membiarkan kelelahan fi

ita kolot yang sangat menjunjung tinggi norma dan agama. Mendengar putrinya hamil di luar nikah pasti akan menj

rapan sederhana, "saya... ada yang ingin s

p putrinya dengan tatapan khawatir.

ya hamil, Bu." Suaranya nyaris tak terdengar

matanya perlahan. Kartika duduk terpaku, sendoknya terjatuh dari tangannya, m

rcekat. "Bagaimana bisa, Nak? Denga

u. Saya... saya melakukan kesalahan." Ia tak sanggup menyebut

marah, melainkan pelukan putus asa yang campur aduk. "Astaga, Nak... kenapa ini bisa ter

embalas pelukan ibunya. "Yang penting sekarang, saya haru

kekecewaan, kesedihan, namun juga kasih sayang yang tak terbatas. "Tentu saja, Nak.

ghela napas panjang. Tiara bisa merasakan beban yang ia timbulkan pada ibunya. Namun, ia juga melihat ke

" panggilnya lembut. "Ibu sudah memikirkan ini matang-matang. Kamu tidak bisa membesarkan anak ta

dah memikirkannya berulang kali. T

a sedikit ragu. "Namanya Bagus. Dia pekerja keras, baik hati, dan sangat menghormati Ibu.

memang baik, selalu membantu jika ada kerusakan di rumah mereka. Ia memang pernah mendengar selentingan bahwa B

kepala, terkejut. "Tapi, B

idak berani berbohong. Dan dia... dia mau menerimamu, Nak. Di

gguh mengejutkan. Apakah ini solusi yang terbaik? Menikah dengan pria yang tidak ia cintai, pria yang menerima diri

alistis. Ia tidak bisa egois. Ia h

a penuh harap. "Pikirkan baik-baik. Ini

yangkan hidupnya sendirian, membesarkan seorang anak tanpa dukungan siapa pun. Lalu ia me

erucap, suaranya lemah. "Saya..

kelegaan membasahi pipinya. "Terima kasih, N

dekat dan tetangga. Tiara mengenakan kebaya sederhana, wajahnya terlihat pucat di balik riasan tipis. Bagus, di sisi lain, te

Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk mencoba menjadi istr

ih dan rapi. Bagus adalah pria pekerja keras. Ia selalu pulang malam, membawa sedikit uang dari hasil reparasi

at Rafan, hati Tiara luluh. Semua rasa sakit, semua pengorbanan, terasa sepadan. Rafan adalah segalanya baginya. Wajahnya yang

ayah yang baik. Ia bekerja keras untuk menafkahi keluarga, dan sesekali ia menggendong Rafan. Namun, Tiara bisa merasakan, ada se

tranya. Jika Rafan menangis di malam hari, Bagus seringkali menggerutu, menyuruh Tiara untuk segera menenangkan anak itu. Ia tidak per

atu malam setelah Rafan tertidur. "Rafan anakmu ju

Tiara. Lagipula, dia anak kecil. Kamu saja

sendiri? Tiara tahu, Bagus tidak mencintai Rafan seperti ayahnya sendiri. Mungkin karena Rafan bukan darah dagingny

la-sela mengurus rumah dan Rafan. Dari mencuci baju tetangga, membuat kue untuk dijual di pasar, hingga menjadi buruh cuci piring di

atian dari Bagus yang dingin. Tiara selalu berusaha mengisi kekosongan itu dengan kasi

a Rafan suatu sore, saat usianya menginjak lima

g Rafan, kok. Ayah Bagus cuma sibuk bekerja untuk kita.

Rafan seperti Mama," Rafan m

an laki-laki, Nak. Laki-laki memang begitu

kuras, hatinya terkadang hancur. Namun, melihat senyum Rafan, mendengar tawa Rafan, semua lel

enasihati Tiara. "Kamu terlalu keras pada dirimu sendir

Bu?" jawab Tiara lirih. Ia tida

sepeda saat bermain di depan rumah, lututnya berdarah. Tiara panik, segera membopong Rafan masuk

Nak?" Tiara membersihkan

Sakit, Ma... Ayah

li fokus pada korannya. "Bagus, bisakah kamu bantu ambilkan oba

Kamu saja, Tiara.

Rafan. Ia bangkit, mengambil kotak P3K sendiri, dan mengobati luka Rafan. Rafan hanya mena

a mendekati Bagus yang sedang menonton

galihkan pandangannya dari laya

ia sudah tidak bisa menahan diri. "Kamu hanya mau menikahiku karena

"Apa yang kamu harapkan, Tiara? Dia bukan darah dagingku. Aku

an telak. "Kamu berjanji, Bagus! Kamu berjan

ha menolong. Tapi aku tidak bisa memaksakan perasaanku. Lagipula, dia

mata mulai menetes. "Jangan ungkit

itu salahmu! Salahmu yang sudah hamil di luar nikah

a untuk menjadi istri yang baik, berusaha untuk melupakan masa lalu yang kelam, dan berusaha men

telah mengorbankan segalanya, namun tetap saja, ia dan putranya tak pernah benar-benar diterima. Ia merasa bod

n ceria di sekolah. Tiara selalu memastikan Rafan tidak pernah kekurangan kasih sayang darinya. Ia bekerja lebih keras, mengambil pe

tempat ia bekerja, Rafan tiba-tiba demam tinggi. Tubuhnya menggigil, dan ia

. Tiara merasakan dunianya runtuh. Ia tidak punya uang sebanyak itu. Tabungannya sangat sedikit,

ka segera datang, wajahnya pucat pasi. "Bagaima

panas. "Saya akan mencari pinjaman

tan masing-masing. Ia mencoba meminta tolong pada tetangga, namun mereka juga tidak

m: Adrian Wiratama. Ia memaki dirinya sendiri karena memikirkan pria itu lagi. Pria yang telah mencampakkannya, pria yan

nnya, entah mengapa. Ia menemukan kartu itu, sedikit lusuh, namun masih terbaca jelas. Nomor ponsel Adrian. Ia menatap kartu itu, rag

erengah-engah, Tiara tahu ia tidak punya pilihan.

sendiri sudah kehabisan pulsa. Jari-jarinya menekan nomor Adrian, nomor ya

n ketegangan menjalar di sekujur tubuhnya. Apakah Adrian akan mengangkatnya?

ahut dari ujung telepon. "Halo?" Sua

a." Suara Tiara ser

amu meneleponku." Nada suara Adrian terdengar dingin, tak ada lagi

"Anak saya... Rafan... dia sakit parah. Demam berdarah. Dia butuh pera

menunggu dengan napas tertahan. Ia bisa mende

ya terdengar... aneh. Ada sedikit nada terkejut,

tap Rafan yang terbaring lemah. "Tolong, Adrian.

rubah menjadi lebih tegas dan cepat. "Aku akan segera

uan ini pasti akan rumit. Tapi ia tak punya pilihan. Demi Rafan, ia akan menghadapi apa pun. Ia hanya berharap Ad

di samping Rafan, mengusap dahi putranya, dan berdoa dalam hati. Semoga kali ini, ada kead

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY