img Hati Suamiku Milik Sepupuku  /  Bab 4 mengenakan piyama | 80.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 mengenakan piyama

Jumlah Kata:1696    |    Dirilis Pada: 12/07/2025

di apartemen Bara, di kamar tamu yang nyaman, terasa seperti sebuah pelukan hangat setelah badai. Ia mandi, men

nakan kaus rumahan dan celana pendek, rambutnya sedikit acak-acakan, terlihat begitu sant

yenyak?" sapa Bara, meno

pipinya sedikit merona. Sudah lama ia tidak sarapan di

an roti panggang," ucap Bara,

. Ada perasaan aneh yang tumbuh di hatinya, perasaan nyaman yang

antor hari ini?

ara, tanpa menoleh, fokus menuangkan kopi ke dua cangkir. "Lagipula, pertem

"Terima kasih, Bara. M

kir kopi di depan Kirana, disusul dengan sepiring roti panggang dan selai.

Kirana, memastikan ia makan dengan baik. Kirana merasa diperhatika

menikmati sisa kopi. Cahaya matahari pagi masuk mela

utnya, Kirana?" Bara memula

aktu untuk memikirkan semuanya. Mengurus perceraian, mungkin." K

adi proses yang panjang dan mel

tidak bisa lagi melanjutkan sandiwara ini. Rasanya... menjijikka

kan di sofa. Sentuhan itu memberikan kehangatan dan kekuatan. "Kau bisa

keberatan?" Kirana mend

Aku senang kau ada di sini. Sudah lama aku t

ya terasa menghangat. "Terima kasi

kan?" Bara mengedipkan mata, mengin

rana, tawa yang sudah lama tida

tu Bara menyiapkan sarapan atau makan malam saat Bara pulang dari kantor. Mereka sering berbagi cerita, tentang hari-hari Bara di ka

Kirana menceritakan itu jika ia siap. Dan saat Kirana bercerita, Bara akan mendengar

a mendapati Kirana duduk di balkon, menatap

" tanya Bara, dud

, Bara. Melihatmu begitu sukses, begitu mandiri.

kening. "Kenapa k

rana bergetar. "Pernikahanku hancur, karierku d

rius. "Kau bukan pecundang. Kau adalah wanita yang kuat. Kau melewat

egitu rapuh, Bara,

ngat berharga." Bara menggenggam tangan Kirana. "Dengar, aku tahu ini sulit. Tapi k

arus mulai dari m

nyum. "Dulu kau suka sekali melukis, kan? Ba

a-kaca. Melukis. Hobi yang sudah lama ia tinggalkan, terkubu

ah melukiskan wajahku dengan hi

gan itu begitu jernih, mem

anmu. Bukankah dulu kau ingin mengambil mas

uaku," Kirana menggelengkan

pnya lekat. "Ini kesempatanmu untuk membangun hidup yang bena

ng-bayang orang tuanya, dan kemudian, di bawah bayang-bayang

dari mana," ulangnya lagi, kali i

meyakinkan. "Aku akan ada di sini un

nnya. Ia mulai mencoba melukis lagi, awalnya hanya sketsa-sketsa sederhana, namun perlahan, warna-warna mulai kembali ke kanvas

an sebagai tempat bermain, tapi sebagai tempat untuk merenung dan mencari ketenangan.

i dipaksakan. Ada cahaya baru di matanya. Bara

nal, ponsel Kirana berdering. Nama Revan tertera di layar. Jantung Kira

mengangkatnya," ucap K

. "Jawablah. Ha

s dalam-dalam, lalu

al

ng?" Suara Revan terdengar dingin, namun ad

Revan," jawab Kirana teg

i ujung telepon. "Yogyakar

a Kirana. "Aku ingin kita

Kirana?" Ada sedikit kete

emarahan kembali membuncah. "Setelah semua yang

k saat kau kembali ke Jakarta

i pengacaraku. Dan aku tidak akan kembali ke rumah itu. Aku akan t

baik-baik. Ini bukan keputusan yan

berbahagia dengan Sekar." Kirana memutuskan

dengan prihatin. "

ya... sedikit lelah. Tapi a

gkah awal yang baik. Sekarang, ma

irana merasa ada beban yang terangkat dari p

secara otodidak, sebuah minat yang sudah lama ia pendam. Bara sering membantunya, memberikan buku-buku referensi dan mengaj

idak pernah menuntut apa pun, hanya memberikan kebaikan yang tulus. Kirana mulai menyadari bahwa perasaan yang ia miliki untu

ebar setiap kali Bara pulang. Ia menyukai cara Bara tertawa, car

menonton film bersama di ruang k

ra.

eh, matanya masih

rana pelan. "Kau... kau sudah melakuka

menoleh sepenuhnya ke ar

elewati ini semua," Kirana menatap mata Bara. "Ak

ku melakukan ini karena a

n Bara. "Tapi... aku merasa ada ya

lam-dalam. Ada ketegangan di antara mereka,

Bara mengakui, suaranya pelan. "Sejak dulu. Bahkan s

Bara membuat pipinya memanas. "Aku juga..

na dengan lembut. "Aku tidak ingin mengambil ke

Kirana menggelengkan kepalanya. "Kau... kau adal

n kemudian, bibir Bara menyentuh bibirnya. Ciuman itu lembut, penuh kehati-hatian, namun juga dipenuhi k

ara Mahendra. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, proses perceraiannya masih panjang, dan jalan di depannya masih berliku. Nam

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY