img Hati Suamiku Milik Sepupuku  /  Bab 3 tiba di Yogyakarta | 60.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3 tiba di Yogyakarta

Jumlah Kata:1801    |    Dirilis Pada: 12/07/2025

lah check-in di sebuah hotel di pusat kota, ia segera merencanakan langkah selanjutnya. Menghubungi Bara secara langsung terasa terlalu mendadak setelah bertahun-tahun tanpa kabar. Kirana

sekretarisnya

yang sangat menarik, seolah-olah kami tertarik untuk menggunakan jasa mereka dalam proyek penge

yang mana yang harus saya

ng berjalan, jadi tidak akan terlalu mencurigakan jika kita mengajukan kerja sama arsitektur

siapkan. Siapa yang harus saya

u dengannya secara pribadi untuk membahas potensi kerja sama ini." Kirana sengaja me

Nona. A

hubungi saya jika sudah ada kab

uah perjudian. Bagaimana jika Bara tidak mengingatnya? Bagaimana jika ia sudah sangat berbeda? Atau lebih b

kopi di kafe hotel, ponselnya berdering. Nama Ibu R

," suara Ibu Rina terdengar antusias. "Pak Bara Mahendra bersed

gelombang kegugupan melandanya. "Baik, Ibu Rina. Terima

a email, Nona. Ada lagi

rima kasih

n alamat kantor Adiwangsa Arsitek. Ia akan bertemu Bara. Setelah bertahun

akan? Apa yang harus ia katakan? Apakah Bara akan mengenali dirinya yang sekarang? Ia bukan lagi Kirana kecil yang p

sisa dari malam-malam tanpa tidur dan tangisan. Wajahnya terlihat lebih tirus, dan senyumnya... se

mun, jauh di lubuk hatinya, ia tahu bahwa ini lebih dari sekadar bisnis. Ini adalah upaya terakhirnya

rapi. Ia berusaha tampil sesempurna mungkin, menutupi jejak-jejak luka di hatinya.

gunan tua peninggalan Belanda, menciptakan pemandangan yang unik. Kirana merasa sedikit t

rn minimalis. Plakat bertuliskan "Adiwangsa Arsitek" terpampang jelas di

ng elegan dan kesan profesional. Seorang

Ibu. Ada yang b

ya. Saya ada janji dengan Bapak

ai tiga. Ruangan Bapak Bara ada di sana. Anda bisa langsung masu

ft. Setiap langkah yang ia ambil terasa berat, namun juga penuh anti

ngan dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan kota. Kir

itektur. Punggungnya tegap, rambutnya hitam, dan siluetnya terasa begitu famili

hu it

Mah

berani melangkah lebih jauh. Ia takut. Takut akan kecewa, takut Bara sudah melup

majalahnya, meletakkanny

ereka

ngan. Rahang tegasnya, hidung mancung, bibir yang tipis, semua sama seperti yang Kirana ingat, namun

rak, namun begitu familiar. Sebuah perta

g menetes. Tanpa sadar,

rana lekat-lekat, seolah ingin memastikan bahwa yang di depannya ini adalah Kirana

Bara bertanya lagi, se

awab Kirana, suaranya t

g ke dalam pelukan Bara. Pelukan itu terasa hangat, menenangkan, dan penuh kerinduan yang mendalam

am akhirnya pecah. Rasa sakit karena pengkhianatan Revan, kebingungan akan mas

idak bertanya apa pun, hanya memeluknya erat, seolah ingin meyakin

Bara berbisik, suara

ya di dada Bara. "Tidak, Bar

up wajah Kirana dengan kedua tangannya, ibu jar

ang Sekar, tentang pernikahan palsu itu. Tapi ia tidak

ya lembut. Ia menggenggam tangan Kirana, menuntunnya

da beberapa maket bangunan di meja, sketsa-sketsa arsitektur di dinding, dan

m apa?" t

ima kasih," jawab Kirana,

na meminumnya perlahan, mencoba mengendalikan emosinya. Ia menatap Bara

Bara, nadanya lembut. "Ada apa? Kau tidak dat

idak bisa berbohong pada Bara. Ia t

." Kirana mengakui, suaranya masih serak.

g usahanya yang sia-sia untuk mengambil hati Revan. Dan kemudian, tentang kenyataan p

menjadi kemarahan yang samar saat Kirana menceritakan tentang Revan d

kangmu dengan sepupumu sendiri?" Bara be

"Mereka... mereka sudah lama, Bara. Aku tidak

n Kirana erat-erat. "Kau tidak bodoh, Kirana.

ancur. Sebuah kehangatan merambat dari gengga

" Kirana berbisik. "Rumah tanggaku hancur. Aku tidak b

n, Kirana," kata Bara, tatapannya tegas

nji yang kini terasa jauh lebih berarti. Ba

ara," ucap Kirana, ragu. "Aku tidak ingin mere

Aku tidak pernah melupakanmu. Aku selalu mencari cara untuk menghubungimu. Tap

a. Ia merasa bersalah. "Maafkan aku, Bara.

ini sekarang." Bara menghela napas, sorot matanya

hanya ingin menjauh dari Jakarta sebentar. Menenangka

arkan, nadanya mantap. "Kau bisa menginap di apartemenku. Ada kama

t. "Apartemenmu? Tidak, Bara

bersikeras. "Anggap saja ini balasan karena kau

a tidak bisa menolak. Ia merasa aman di dekat Bara

matanya kembali mengalir, kali ini ai

Kirana. "Sama-sama, Kirana. Sekarang, j

i perlindungan yang selama ini ia rindukan. Yogyakarta, kota yang dulunya hanya sekadar tujuan pencarian, kini terasa seperti tempat singgah, tempat di mana ia bisa mulai menyembuhka

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY