alam, dan keheningan di antara mereka dipenuhi dengan kehangatan yang tak terucapkan. Bara tidak pernah memaksa Kirana, ia membiarkan Kirana memimpin, menghormati
elah musim dingin yang panjang. Ada rasa bersalah yang kadang menyelinap, bagaimana bisa ia menemukan kebaha
ucap Bara suatu pagi, saat mereka menikmati sarapan di balkon a
erbisik, menatap cincin kawin yang masih melingkar di
a apa yang kau rasakan. Biarkan hatimu sembuh. Biarkan ia terbuka lagi." Ia mengulurkan tangannya, menggenggam lembut ta
dak terburu-buru, tidak menuntut. Ia han
ional dan bijaksana. Kirana menjelaskan situasinya seolah-olah ia menceritakan sebuah laporan bisnis, tanpa emosi, tanpa
itakan seluruh kronologi, dari awal perjodohan, dinginnya Revan, hingga pengkhianatan ya
eka berada di sebuah ruangan meeting di hotel tempat Bu Anita menginap. "Perjodohan antara dua keluarga
Bu Anita," Kirana berkata tegas. "Saya tidak peduli d
usaha untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan Anda, terutama terkait pembag
nggeleng. "Saya hanya ingin hidup saya kembali. Apa
tatapan prihatin. "Anda yakin
p. "Saya tidak ingin apa pun dari Revan at
i dimulai. Revan, melalui pengacaranya, mencoba untuk melakukan mediasi secara langsung dengan Kirana, namun Kirana
an Sekar saja sudah cukup membuat perut Kirana mual. Ada rasa benci yang perlahan tumbuh di
bawakan makanan kesukaan Kirana, atau sekadar menemaninya duduk diam. Ia
am, saat Kirana tiba-tiba menangis setelah menerima telepon dari pengacar
namkan wajahnya di dada Bara. "
akan menjagamu." Bara men
tudio mini yang Bara siapkan untuknya di salah satu ruangan kosong di apartemen. Kanvas-kanvasnya mulai dipenuhi warna-warna cerah,
sil lukisannya, dan memberikan komentar yang membangun. Ia juga sering menem
tu malam, saat Kirana menunjukkan desain konse
toh dari internet
," Bara tersenyum. "Kau harus serius dengan ini. Mun
k. Kirana tidak pernah membayangkan dirinya memiliki
natap Bara dengan senyum ti
ra meyakinkan. "Aku akan membantumu. Aku punya banyak ko
. Ia adalah pendorong, bukan penuntut. Ia membiark
ian. Ia menuduh Kirana telah meninggalkan rumah dan mengabaikan kewajiban sebagai istri. Itu adalah sebuah
rahan yang selama ini ia
Bu Anita. "Dia yang berselingkuh! Dia yang menghanc
taktik biasa. Mereka mencoba untuk menekan Anda agar mau menyerah
terpukul. Ia merasa harga dirinya diinjak-injak lag
engan kata-kata manis, melainkan dengan tindakan. Ia membawa Kira
, Kirana," kata Bara, memberikan Kir
p kekuatannya. Setiap pukulan adalah luapan kemarahan, frustrasi, dan sakit hati yang ia pendam. Ia mem
n napasnya memburu. Tapi hatinya terasa sedikit lebi
perasaanmu?
a, terengah-engah. "
rnah menahan emosimu, Kirana. Itu
inju, cara bertahan, cara melepaskan emosi dengan sehat. Bara selalu menemaninya,
kan rumah tangga keluarga Wijaya dan Dananjaya. Gosip-gosip mulai beredar, meskipun belum ada yang
ya menghubungi Kirana. Ibu Kirana meneleponnya dengan suara khawatir
ak mau pulang?" tanya Ibu Kirana di telepon, nadanya
jawab Kirana, suaranya tegas. "Dan Revan berb
ak. "Apa... apa ini ada
tidak menyangka ibunya t
Kirana mengakui, suaranya bergetar. "Tapi aku tidak m
Kirana berkata pahit. "Dan ak
n, Nak?" Ibu Kirana terde
engan tegas. "Dan aku tidak akan kembali ke Jakarta sa
engar suara Ayahnya di latar bel
pastikan kau baik-baik saja," kata Ibu Kira
ra di sini bersamaku," Kirana m
Lalu, "Bara? Bara Mahendra?
ati semua ini," jawab Kirana,
a di sana," Ibu Kirana berbisi
na. Setidaknya, ibunya tahu sebagian kebenaran.
a yang bersalah, dan ia menolak untuk mengakui perselingkuhannya dengan Sekar di depan umum. Namun, bukti-buk
aja dari kehidupan Kirana, seolah ia tidak pernah ada. Ki
Kirana. Keputusan itu tidak terlalu menguntungkan Kirana secara materiil, sesuai dengan permintaannya, n
idak merasakan euforia. Hanya kelegaan yang mend
ma telepon itu. Ia memeluk Kirana era
egaan, air mata kebebasan. "Terima kas
gecup puncak kepala Kirana. "Sekarang,
ari sangkar. Ia bisa terbang, ia bisa bernapas. Ia memutuskan untuk tetap tinggal di Yogyakar
ang makan malam, Bara menata
ni, apa rencana
ain interior di sini, dan mungkin, suatu hari nant
i klien pertamam
ja," Kira
, Bara menggenggam tan
n kau baru saja melalui banyak hal. Tapi... aku ingin mengatakan ini. Aku mencintaimu, Ki
seperti melodi indah yang mengalun di telinganya. Ia m
awab, air mata kebahagiaan menggenang di
rindukan sejak lama. Ia mendekat, m
ya," janji Bara, mengulang janji masa kecil mereka,
uran itu, ia menemukan sebuah pulau baru, sebuah janji yang menguat, dan cinta yang tulus dari sosok yang sel