i nyaring. Rasa lapar mulai mendera. Setelah seharian penuh dengan drama, mulai dari hukuman Arkan hingga insiden pingsan, ia belum sempat makan malam yang layak.
mau keluar kok ya mager banget." Ia memandangi dapur kecil di pojok kamarn
pesan masuk. Arabella meraih ponselnya dengan malas, matanya menyipit melihat nama
morku. I
i? Kenapa pria ini terus-menerus mengganggu hidupnya? Setelah semua yang terjadi, setelah semua pen
yimpan nomor itu dengan nama kontak "Dosen Killer Arkan". Ia tak ingin berurus
yimpan nomor itu, pesan
ah t
memang suka ikut campur. Deng
el
alas (atau tidak sama sekali), Arabella iseng mengambil ponselnya. Ia memotret l
ga." Ia menambahkan emoji wajah sedih dan perut keroncongan. Niatny
rgetar. Notifikasi WhatsApp menunjukkan bahwa "Dosen Killer Arkan" baru saja melihat stat
san pesan dari
makan
salah lihat. Kenapa pria ini jadi perhatian tiba-tiba? Bukankah tadi pagi dia adalah dosen paling kejam sedunia? Bukankah d
at, Arabel
Ia ingin Arkan berhenti. Ia tidak ing
mbalasnya denga
akan mau m
aksa. Tapi, ide jahil tiba-tiba muncul di benaknya. Jika Arkan ingin mempermainkannya, Arabella tidak akan kal
Jakarta, harganya selangit, dan porsinya kecil. Sebuah restoran fine di
i resto 'The Gourmet Haven'." Arabella sengaja menyebut menu dan restoran paling mahal yang ia tahu, leng
ti dia kaget melihat harganya. Ini adalah kemenangan kecilnya. Ia k
lla mulai mengantuk, tiba-tiba terdengar sua
bang intip. Seorang pria berseragam kurir berdiri di depan pintu, m
pintu. Kurir itu tersenyum ram
jawab Arabe
berlogo restoran mewah yang tadi ia sebutkan. Aroma masakan yang l
k. Arkan benar-benar me
kasih, Pak." Ia ingin segera masuk ke dalam, tak sabar ingin menya
enutup pintu, kurir itu memangg
mengangkat alisn
asal masuk," kata kurir it
ukannya... bukannya ini sudah d
k, 'Bayar di Tempat'." Kurir itu menunjukkan layar ponselnya, memperli
Ini pasti ulahnya! Pria itu sengaja mempermainkannya! Ia ingin menjahili Arab
il dompetnya. Ia tahu ia punya cukup uang untuk membayar makanan ini, berkat transferanminalnya membuat hatinya sakit. Ratusan ribu rupiah melayang begitu saja untuk makanan yang seha
a dingin, nyaris m
Arabella tak peduli. Ia membanting pintu kamarnya, mengabaikan aroma
i WhatsApp, mencari nama "Dosen Killer Arkan." Ia mengetiJAIN SAYA HAH?! SAYA SUDAH BILANG GAK USAH, TAPI BAPAK MAKSA! LIHAT
ng meledak-ledak. Ia berharap Arkan akan merasa be
ya bergetar, dan ia melihat notifikasi pesan masuk dari Arabella. Ia mengerutkan kening saat membaca pesan yang penuh huruf kapital dan tanda seru
bella dengan tenang, seo
an apa? Bukannya saya mau bayarin k
ya membelalak. GeEr?! Pria ini benar-benar tidak tahu malu! Dia y
T! SAYA LAPORIN BAPAK KE REKTOR YA!" Arabella mengetik
, dia tahu bagaimana membuatnya terhibur. Ia tidak
u. Aku akan tran
ereda, digantikan oleh kebingungan. Sekarang dia mau
menolak dengan keras. Ia tidak ingin berhutang
ih tergeletak di meja, membukanya dengan kasar. Aroma foie gras dan wagyu yang harum menyeruak. Ia menatap makanan m
oie gras ke dalam mulutnya, ponselnya kembali
k sejumlah Rp 1
s juta?! Saldo rekeningnya kini membengkak dengan jumlah yang fantastis. Jauh lebih b
BO
enar-benar gila! Dia tidak hanya membayar makanan itu, tapi juga mentransfer sejumlah besar uang y
rena amarah lagi, melainkan karena syok. Arkan Stevanno Orlando benar-benar tidak terduga. Ia telah
seperti mimpi, mimpi buruk yang bercampur dengan keajaiban. Arkan Stevanno Orlando. Pria itu adalah teka-teki. Dan Arabella, tanpa