Ia sudah menghitung, ini putaran kesepuluh. Napasnya terengah-engah, paru-parunya serasa terbakar. Keringat membasahi dahi dan membasahi poni rambutnya. Perutnya bergej
ustasinya pada pria yang telah menghukumnya. Penghinaan ini, rasa sakit ini, semua karen
t, lalu berhenti total, membungkuk dengan tangan bertumpu pada lutut, mencoba menormalkan napasn
engan bahu bergetar. Meskipun wajahnya tetap datar, ada sedikit kilatan di matanya yang tak bisa
lapangan, terdengar dingin dan keras. "Jangan berhenti! Lanju
, menatap Arkan dengan mata merah menyala. "Pak, saya sudah tidak kua
i. "Itu bukan urusanku. Kamu yang melanggar aturan. Sekara
sisa tenaga yang ada, ia memaksakan kakinya untuk kembali berlari. Setiap langkah terasa berat, seperti menyeret beban ribuan ki
R
n. Tubuhnya limbung, dan dalam sepersekian detik, ia merasakan tanah mendekat. Kemudian, sem
h, digantikan oleh gurat kepanikan yang samar. Ia tidak menyangka Arabella akan selemah itu, atau sekeras kepala ini hingga benar-be
rbisik-bisik, beberapa bahkan berteriak kaget. Mereka melihat dosen killer itu,
ernya, memeriksa denyut nadinya. Lemah, namun masih terasa. Tanpa ragu, Arkan menggendong tubuh Arabella dalam pelukannya. Tubuh Arabella terasa ri
apa yang mereka saksikan. Dosen yang terkenal dingin dan tak tersentuh itu, kini menggendong seor
Ia mengabaikan tatapan heran dan bisikan-bisikan dari para mahasiswa yang kini berkum
rapa mahasiswa menghalangi jalannya. Mer
esehatan Sekolah (UKS). Pintu UKS terbuka. Seorang perawat yang sedang memb
apa ini?!" seru perawat i
ngan suara datar, namun ada nada urgensi
ng bersih. Perawat segera bertindak, memeriksa denyut nadi dan
lagi, sepertinya dia belum sarapan," jelas perawat setelah mel
abella yang terbaring lemah. Ada perasaan aneh yang bergejolak di dadanya. Rasa bersalah? M
la dan biskuit. "Tuan Arkan bisa menungg
an beberapa titik di tubuh Arabella, mencoba menyadarkannya. Dalam keheningan UK
Ia ingat setiap sentuhan, setiap desahan, setiap detail dari malam mereka. Meskipun mabuk, ingatan Arkan tentang Arabella sangat jelas. Ia adalah wanita yang berbeda. Ada sesuatu dalam dir
han terbuka. Pandangannya yang masih buram menatap langit-lang
ka
rabella kembali teringat akan hukuman yang diberikannya. Seketika, rasa marah dan malu kem
eheningan. Nada suaranya sedikit lebih l
a lemah. "Kenapa... kenapa saya di sini?" tanyanya d
Arkan singkat. "Perawat bilang
ir gula. "Minum ini dulu, Nak. Lalu
kan lagi, matanya penuh dengan pertanyaan dan amarah. "Mengapa..njukkan ia mempertimbangkan pertanyaan Arabella. "Saya tidak mentolerir keterla
kan pernah melanggar lagi, bahwa ia berjuang sangat keras u
Arkan, lalu berbalik. "A
ertinya dia harus istirahat lebih lama.
ring lemah. "Baiklah. Kalau begitu, izinkan dia untuk tidak mengiku
rkan," jawab
atu di matanya, sesuatu yang tidak bisa Arabella pahami. Lalu, ia pergi, meninggalkan Arabella s
baik, namun pikirannya terus berkecamuk. Arkan. Pria yang sama. Malam ini ia membookingnya, pagi ini ia menghukumnya,
idupnya. Dan ia, Arabella Alexandro, harus mempersiapkan diri untuk apa pun yang akan terjadi selanjutnya. Ia harus kuat. Demi masa