nggantung kelam
alu di balik awan tebal yang menggu
enyapu jalanan kota dan menyus
Matanya justru tampak lebih tajam dari biasanya-
lusuri gang belakang sekolah, tempat di mana pagar
tas, lalu melompat masuk ke dalam area
ting pohon dan suara gesekan d
m diam, tampak seperti raksasa
an, melewati taman kecil yang penuh tanaman
jelas, ruang guru d
di pagi dan siang hari, tapi
n suara langkahnya yang pelan sekalipun terdeng
letak agak terpisah d
atan kecil di atas kolam hias yang sekara
bahkan ketika kayu lantai jembatan itu
kaca ruang guru. Terk
pin kecil dari saku jaketnya-alat seadanya yang
aja, hanya butuh beberapa menit sebelum kun
ak keluar- perpaduan kertas lama, tinta,
takut dalam
ajam, dan dorongan dalam
membiarkan pintu menut
membuka laci demi laci, membaca setia
hanya tentang
paling gelap- tanpa peduli seberapa dalam ia harus
at dingin mengalir dari pelipisnya
hampir semua laci, lemari, dan tumpukan ber
Tak ada catatan jadwal yang te
bisa membuka sedikit celah ata
nyaris tak terdengar, tapi
sejenak, tangan menge
semuanya? Kenapa gak ada jejak sama sek
uatu- melempar kursi, menjungkirkan meja- tapi dia tahu, s
lu
Tap..
Berat. Terat
ajamkan telinga, memastikan suara itu bukan hanya ilusi. Tapi lang
tp
waktu, Aldian
a dan cukup besar untuk menyembunyikan tubuhnya. Nafas
kl
tu dicoba.
Tok
erat satpam memecah kehe
ak ada bayangan masuk..." gu
ngintip ke dalam ruangan. Mata tuanya menyipit,
an. Tak ada bayang
rti selamanya bagi Aldian, langkah kaki
menyerah dan melanjut
ang, Aldian keluar perlahan
kembali laci- laci yang sempat ia buka, merapikan
etidakteraturan bisa m
bali melewati lorong gelap, menyeberangi jembatan keci
ap, seolah angin malam sen
apa- apa, malam itu justru s
sembunyi selamanya?
r lemah saat ia mendorong pi
angnya. Malam sudah larut, tetapi mata lelaki itu masih menyala-buka
tamu, lalu menjatuhkan diri di kursi
a, dingin merambat masuk
ba meredakan denyut sakit di
ika, dalam
uncir kuda, munc
polos... tapi jug
l ketika gadis itu menjelas
arusnya mengganggu pi
gusap wajahnya kasar
muncul di kepala gue..." gumamny
nnya, mengaburkan batas antara kenyataan dan
enepis per
tunya goyah," bisiknya p
a yang mereka lakuin
langit- langit rumah. Matanya tak menyala kar
keluarganya harus nger
aran kursi kuat- kuat, hingga
stikan mereka semua ngeras
ap tak bergerak. Dingin tak mempan untuk membeku
hanya ada satu yang tersisa

GOOGLE PLAY