ahut-sahutan. Di dalam gubuk reyot itu, Amara belum juga bisa terlelap. Matanya terus terbuka menatap langit-langit kayu ya
ke sini?" bisiknya lirih, menoleh ke arah neneknya yang duduk bersandar di kursi
a nenek masih hidup, nenek akan menjaga kamu. Lagi pula, Tuhan pasti punya maksud mengapa laki-
bawa masalah lebih besar? Sudoso pasti tidak akan tinggal di
t mata buas dan senyum penuh tipu daya. Setiap kali ia datang ke gubuk itu, Amara hany
kau pikirkan Sudoso sekarang. Fokuslah menjaga dirimu. Kalau Rendra bisa selamat,
eratur meski wajahnya pucat pasi. Di dahinya masih menempel kain basah yang tadi ia ganti. Hatiny
mbil memeluk lututnya. "Aku ingin tahu siapa
subuh, suara batuk lirih terdengar dari ranjang kayu di sudut ruangan.
" seru Amara den
lalu berjalan pelan ke arah ranjang.
akhirnya ia menyadari ada dua sosok perempuan tua dan muda yang menatapn
epat, mendorong bahunya agar tetap b
u... di mana ini?" suaranya
Kau jatuh pingsan di depan pintu kami
ertemu. Ada sesuatu dalam sorot mata pemuda itu-campuran ter
t, lalu menutup mata lagi kare
uh. Namun, Sari hanya menggeleng pelan. "Jangan dulu, Nak. Biarkan d
a, tapi ia juga tak ingin memaksa. Yang jelas, keberadaan pemuda itu
a mulai berangsur membaik. Meski tubuhnya belum pulih sepenuhnya,
ri kayu bakar di sekitar hutan, Amara duduk di sa
anyak bergerak dulu," kata Amara sam
"Kenapa kau begitu peduli padaku? Pad
lau aku membiarkanmu mati di depan pintu, itu bukan sifat manusia. Lagi pula
ara. Ia kaget sendiri setelah mendengarnya,
. "Perubahan besar, ya? Kau m
nya heran. "A
ia menarik napas dalam-dalam. "Namaku Rendra Pratama. Aku bukan penduduk desa ini. Aku d
alakkan mata
itu sangat ditakuti di sini. Tapi aku punya
rasa dadanya semakin sesak. "Kau..
Dia punya jaringan gelap yang lebih besar dari apa yang kau bayangkan. Dan aku punya bu
gannya yang sedang menggenggam kain perban bergetar hebat. "Orang
ti lengkap, tapi aku mencurigai Sudoso terlibat. Karen
ghantuinya kini mulai menemukan bayangan jawaban. Tapi sekaligus, itu j
u tidak bisa hidup dengan kebodohan ini
n bekerja sama. Aku tidak bisa melawan Sudoso sendirian. Tapi denga
takutan dan keberanian yang baru tumbuh. Untuk pertama kalinya
beranikah ia benar-benar menghadapi kebenaran yang
ar milik Sudoso, seorang anak bu
ami serang tempo hari, dia berhasil
ian. "Lelaki itu tidak boleh hidup. Cari dia sampai dap
an di kejauhan, Amara yang tengah menatap Rendra tidak ta