img KETIKA ISTRI GENDUT JADI LC  /  Bab 2 Suami Banxcat | 6.67%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 Suami Banxcat

Jumlah Kata:1460    |    Dirilis Pada: 14/09/2025

tor stabil tapi lambat. Dokter

di antara isak. Tangannya me

n saturasi dalam 15 menit, kita bawa ke IC

nya. Dunia se

ambil aku aja... ambil nyawaku, jangan Gia...

dak jadi ruang pengadilan a

or berdetik seperti palu sida

ilnya. Matanya tak tertutup rapat, bola matanya setengah terbu

tu. Jemari Gia dingin, seperti

sepenuhnya sempat dibersihkan perawat. Kul

rin suara Mama, ya, sayang... Jangan t

Napasnya berat, dadan

s 90, kita harus bawa dia ke ICU, Bu," ucapnya pelan. Tegas tapi tak menggertak.

"Apa pun. Tolong. Apa pun. Se

bungi suaminya. Menyampaikan

telpon. Suara laki-laki. Terlalu nyaring untuk situ

"Anak kita, Gia, lagi kritis

n bikin panik! Anak kita kuat, dia bi

okter bilang bisa masuk ICU, bisa pakai

eras. Terdengar suara perempuan te

nak kamu butuh kamu! Jangan pura-pu

ambung

mema

at seperti tertabrak. Ia ingin menjerit

yang ia hapal saat kecil, karena kini tak tahu l

, saturasinya turun ke 78. Kami

Mae harus melepaskan pelukannya. Tapi tangan Gia

a sadar... Dia takut ditingg

nggalin dia, Bu. Ta

observasi yang tadinya sunyi berubah menjadi

putrinya yang mungil, menuju pintu ICU... di

-

a, tapi karena ada banyak nyawa yang digantungkan di balik pintu-pintu sunyi.

jang dorong dengan selimut t

detak yang lambat dan berat. Dua perawat sigap menyambut, seorang dokter muda langsung

erindikasi infeksi paru berat. Duga pneumonia berat. Tindak lanjut antibiotik IV dan cek

tapi dia tahu tempatnya bukan lagi di sana. Ada kaca pembatas yang

r perlahan, keluar

u besi dekat ruang tunggu ICU. Masjid ke

ra air keran wudhu yang menetes dan azan dari ponsel oran

langka

seperti ustaz-ustaz yang ia dengar di YouTube. Hanya kal

Alla

semua bahagiaku, ambill

rja di tempat paling hina pun, aku mau. Tapi jang

ena rumah sakit basah, pipinya sem

h menit

i di dekat pintu masjid. M

B

uru-buru, me

ana,

nggi dan antibiotik, hasil lab awal me

plikasi jantungnya juga terpicu. Ini memang

seperti peluru tajam: komplikasi

biaya kecil. Saya paham ini berat, tapi kami butuh persetujuan untuk rawat inten

eperti menyorot satu titik: angka rupi

apa,

tar delapan sampai sepuluh juta

ar, ponsel dikeluarkan dari saku.

an ters

musik dan tawa ramai t

al

rop. Aku butuh uang buat rawat di

ekarang. Aku lag

t, Mas. Kamu bila

lebay, Mae. Udah

ut

ngan

el. Tangannya mengepal

i luar. Gia masih di dalam. Tubuh kecilnya

ICU itu bukan lagi s

ra cinta seorang ibu melaw

alam, lalu berkata p

u. Meski harus jadi ap

, ponselnya berdering.

an Gia? Kerjaan aku udah selesai. Aku m

muanya. Hanya gumaman pendek

ngosan. Ia menerobos pintu IGD, lalu lorong ICU, dan saat melihat Mae

" ser

hana. Tapi membuat tangi

dulu, ya. Mana suami

"Nggak ada yang datang. Mereka semu

panjang, lalu mend

gerin aku. Ada aku di sini. Ada

h Gia tertutup masker oksigen, dadanya naik turun pela

nya me

ekecil

ngkeram l

au minta tol

, Ma

aku ker

g. "Kerja? Kamu tahu

u di tempat itu.

u se

ajahnya hancur ta

unya modal lagi. Sekarang dokter bilang dia bisa butuh banyak uan

engan wajah anta

u kerja, G

kan memang nggak boleh ditunggui terus. Aku bisa datang siang. Aku kerja malam. Aku

a lagi, kali

gak sendirian. Jangan pik

gguk sambi

meski harus jadi apapu

ngan suara: suara tekad, suara doa, suara cinta paling liar dari seorang i

-

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY