img PEMUAS IBU TEMANKU  /  Bab 3 Pemuas - 3 | 30.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3 Pemuas - 3

Jumlah Kata:1281    |    Dirilis Pada: 02/10/2025

n, kali ini tampil sebagai undangan biasa dari kalangan a

pu bohlam kecil melingkari pepohonan, musik akustik terdengar pelan, dan meja-meja berjajar rapi. K

muda yang foto-foto, nyanyi bareng, atau ngemil. Ta

n senada, menambah kesan santai tapi tetap berkelas. Dari jauh, aura

ongol. Buktiin kalau kontol lu yang gede panja

h tertantang. "Entar gue buktiin, bro.

langsung ngilang

Saat ia berbalik, matanya tak sengaja menangkap t

danya mengalir, rambut tergerai, berjalan ke pesta sambil digandeng cowok tinggi pakai kem

a mamanya. Aku melirik Tante Meta. Dia tetap tenang, malah tersenyum tipis ke arahku

, berarti Tante Meta bebas kudek

Meta. [Alisa cuma sebentar kok, d

s, [Memang suami

beliau sudah dua bulan t

dut redup dekat gazebo kecil, cahaya remang, s

ari jauh, Tante Meta masih sibuk ngobrol dan mengatur acara, tapi matanya sesekal

onselku ber

ya, Raka. Tante b

basah oleh keringat. Aku menegakkan dudu

adi, Tante. Di sini remang

cepat

l doang, ya? Atau..

opot. [Boleh juga kalau m

elas disengaja, sambil pura-pura menyapa beberapa kenalannya, menepuk bahu, da

ran, apalagi nggak pakai celana dalam, bikin setiap gesekan l

erutu dalam hati. Kenapa juga harus nuruti

, jadi lebih enak gak pakai daleman, Bro!' itulah

i, tapi justru selangkanganku makin ses

pura-pura merapikan taplak meja kecil di samping kursi. Aro

..." katanya lirih, sen

selangkanganku yang tegang. Senyum itu berubah jadi naka

tapi matanya menyimpan kode. Ia meraih lenganku sek

dan agak jauh dari riuh pesta. Tapi Tante Meta jelas hap

lana seperti tak bisa kompromi, makin liar berdiri tanpa ada penghala

anya temaram cahaya dari kolam renang yang berkilau di kejauhan. Tan

banget, ya?

"I-iya, Tan... aku... aku

an santai merapikan kerah bajuku. Sent

alau tegangnya sampai keliatan gitu..." matanya turun seben

gkangan dengan kedua tang

itu, nanti kalau

unggung tanganku sebentar. "Di sini aman, nggak ada

ak karuan, tubuh gemetar antara takut ketahuan

ngusap tonjolan celanaku. Napasku tercekat, t

uaraku maki

erak pelan, menekan lembut, membuatku hampir kehilan

k jantungku menghantam dada seperti m

lahan menempel di bibirku. Awalnya lembut, seperti menyapa, tapi t

tungku berdetak keras, dada naik-turun cepat. Rasanya aneh,

ongkan kepala, meniru gerak bibirnya, belajar membalas dengan hati-hati. R

a tetap menatapku, seakan memberik

pelan, suara hangat

rtama terasa aneh, tapi membuatku penasaran dan ingin belajar lebih banyak. Dunia di sekitar ka

tar, refleks ingin menepis, tapi entah kenapa malah berhenti di piangganya. Tante Meta makin berani, me

ya, suaranya rendah, nyaris seperti dengung

iba-tiba mendengar suara langkah mendekat. Aku hampir mel

orang!" bi

hku langsung kaku begitu meliha

yata Veron

hatikan kami. Veron sempat menoleh sekilas, tapi sepertinya pura-pura nggak kenal at

halaman, area yang lebih gelap lagi. Nggak perlu imajinasi panjang bua

buka. Tante Meta menahan tawany

ma kita yang nakal

u yang selama ini masih polos terjebak di lingkaran orang-orang dewasa

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY