img PEMUAS IBU TEMANKU  /  Bab 6 Pemuas - 6 | 60.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 6 Pemuas - 6

Jumlah Kata:1281    |    Dirilis Pada: 02/10/2025

mar ayah tiba-tiba terbuka. Mama Vena muncul, dan

lnya yang semula tertutup jilbab kini terurai, menyingkap leher jenjang, bahu, da

mah syari yang tadi saat pertama datang. Sesaat, aku t

l mengambil nampan dari tanganku. Suaranya lembut, manja,

ku bisa merasakan hawa hangat dari kulitnya. Wangi parfumnya yang manis menus

ai, sambil meletakkan nampan dan gelas kotor di wastafel. Aku hanya bisa me

is, menatapku dengan sorot m

gini. Habis, gerah banget

n berlari menjauh, namun tubuhku sepertinya malah ingin lebih berl

mbantuku. Gerakannya tampak biasa, tapi sesekali tangannya

piring di tanganku, tapi semakin lama semakin sulit. Sesuatu di balik celana kolorku makin

ak menyimpan gelas basah di rak.

henti. Matanya terbelalak menatap selangkanganku

ada bara yang tak bisa padam. Dengan tergesa, kutaruh nampan dan langsung lari ke kamar. Pintu kut

kenapa b

ah... ujian apa lagi ini. Godaan ini bahkan lebih g

tubuhku masih bergetar oleh bayangan tadi. Demi menenangkan diri, aku segera berganti pa

pasku sedikit lega. Langkahku terasa lebih ri

enang. Ayah dan Mama Vena mungkin sudah tidur, sehingga aku bisa m

salah satu tempat kami nongkrong, kadang sambil mancing ikan kecil. Kami ngobrol ngalor ngidul seper

sama Tante Meta?" tanya

leng pelan. "Belum, gue... masi

a, kelebihan lu banyak banget. Wajah tampan, postur tinggi besar,

cangkang rokok ke ar

emua modal, tapi mentalnya belum kelihatan. Ingat, rasa takut cuma

, meski dengan gaya sok dewasa ya

kenal dunia dewasa sejak kelas satu SMA. Jadi percaya

an rahasia yang tak akan aku ceritakan saat ini. Aku punya ibu tiri yang justru jauh lebih gila

ta udah ketuaa

ubuhnya, suaranya men

atau gaya, bisa manfaatin binor atau tante-tante kesepian. Mereka tuh... kayak ATM berjalan. Prin

omong kayak gitu ent

bukan anak orang kaya. Tapi gue bisa kuliah? bisa hidup lebih dari cukup? Ya, salah sa

ku. Kata-katanya terdengar gila, tapi di wajah

ih sukses dari gue karena punya segalanyua buat modal. Gue yakin

akin me

omunitas. Di sana nggak ada yang kenal

unitas? Komunitas apaan?

Ada yang nyari kepuasan, cari duit, ada yang sekadar iseng. Di san

olo?" tan

os. Kalau mau tau dunia lebih luas, ikutlah sama gue, biar bisa kenalan sama tante-tante

. Ada sesuatu dalam cara bicaranya ya

. "Tenang, Bro. Semua awalnya juga canggung dan g

pnya dalam-dalam, lalu menatapku de

patnya biasa aja, kelihatan normal. Kita nongkrong bareng, ng

tanyaku ragu. "Emang di s

a. Jangan takut, kita nggak bakal saling usik, apalagi merendahkan.

anya, tapi justru itu yang

gak bakal ketahuan

g di kafe. Dari luar kelihatan normal, orang pa

masuk akal, tapi hatiku

adanya lebih rendah, seolah me

. Lu jadi penonton dulu, kalau cocok, kita ngobrol lagi.

ku merasa seperti sedang membuka banyak pintu rahasia yang menuju ke dunia

e, oke. Gue cabut dulu Ka, ada

ta Veron terus menggantung di kepala: "Anggep a

ampai malam gabung nongkron

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY