img PEMUAS IBU TEMANKU  /  Bab 5 Pemuas - 5 | 50.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 5 Pemuas - 5

Jumlah Kata:1264    |    Dirilis Pada: 02/10/2025

bunyikan kegelisahan di wajahku. Ponselku diam, tidak ada pesan baru dari Tante Me

ap kata dan tindakan Tante Meta terasa membekas, me

nunduk sambil mencoba fokus pada buku yang ada di depanku, meskip

gerai bebas, senyum ceria menghiasi wajahnya. Begitu dia melihat teman-teman yang la

snack kali ini?" teriaknya sambil melan

am, Alisa jelas sudah pergi lagi dari pesta saat aku dan mamanya sedang berbuat mesum. Namun saat melihatnya sek

pi matanya sekilas menatap ke arahku. Aku buru-buru menun

wa mereka pecah, tapi aku tetap menunduk, mencoba me

n rasa gugup, ketika tiba-tiba suara cer

agaimana kalau kita bikin kelompok belajar lagi, kaya wak

t lurus ke mata Alisa yang berbinar-binar penuh antusiasme, s

aka kan pinter!" teria

berdetak kencang. Bagaimana aku bisa bilang "tidak"? Apalagi di depan Ali

nggak sanggup jadi ketua," jawabku terbat

gojek online... jadi nggak bisa fokus se

matanya masih bersinar, t

takut-takut gitu, Ka? Cum

terpojok, tak tahu harus bagaimana. Jantungku terasa sesak, campuran ant

i, tapi setiap kata dan tawa di sekitarku terasa seper

nya manis seperti biasanya, tapi kali ini a

tapi tetap ikut kelompok kita ya. Mama aku pasti setuju kalau kamu gabung lagi kelo

iap kata-kata Alisa terasa menekan, tapi aku juga ta

u," timpal He

lang sekolah, kita muali lagi ya, kumpul di rumah aku. Siiip deh!" Ia menyetujui tanpa mi

cang, campuran antara rasa gugup, takut,

eman yang mendukung Alisa. Sementara aku... hanya bisa menun

kan tubuh ke arah

sikat aja, nggak rugi juga ditaksir sama cewek taji

pipiku panas. Bukan karena rasa senang,

api keringat dingin sudah bercu

wek mana pun kalau suka sama lu, sikat aja. Gak usah ketakutan g

as panjang, lal

kacau, Heldi! Ini bisa bikin gu

tertawa, tapi hatiku tetap tegang, takut, bingung,

g bisa menempel di kepala. Bahkan saat pulang pun, motor ya

*

let, ketika tiba-tiba terdengar ketukan di pintu. Dengan langkah

ni ada seorang wanita di sampingnya. Wanita itu berpakaian muslimah rapi, wajahnya teduh tapi ada kesan tegas. Sebuah

lakan mereka mas

enyum hangat, "kenalkan, i

ayah. Istri? Tiba-tiba aku harus menyambut kehadi

ggung. Ayah tersenyum, lalu men

ama Vena menatapku dengan hangat, tapi ada sedikit kilatan rasa ingin

ertemu dengan Mama Vena..." katak

sedikit grogi karena ini pertama kalinya ayah membawa tamu begitu

etampananku, menyebut postur tubuhku hampir sama dengan ayah. Aku hanya tersenyum cang

lah, hobi, dan hal-hal sepele lainnya. Ayah sesekali menyela d

Vena selalu jelalatan, seolah tak pernah lepas dari tonjolan celana kolorku. Awalnya kukira hanya

risih dan malu membuncah, membuatku gagap,

u mau ke kamar dulu, y

tapi mengangguk. Sementara Mama Vena hanya ter

masih kacau. Sejujurnya, aku senang dengan kedatangan ayah dan hadirnya sosok

ikan peran ibu, tapi justru membawa cerita lain yang membuatku gelisah sejak awal perkenalan. T

pun keluar kamarku untuk merapikan ruang tamu, dan mencuci gelas-gelas kotor di dapur. Masih dengan hanya

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY