img PEMUAS IBU TEMANKU  /  Bab 4 Pemuas - 4 | 40.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 Pemuas - 4

Jumlah Kata:1285    |    Dirilis Pada: 02/10/2025

kembali membawaku pada panasnya malam. Mata kami kembali terkunci. Da

sabuk celanaku dan menurunkan retsletingnya dengan hati-hati,

kai daleman ternyat

kataku langsung terhenti saat mulutnya kembali

t di wajahku. Tangannya kini benar-benar memegang batangku, jemar

kejantanmumu sebesar dan sepanj

dak. Lututku gemetar, keringat bercucuran. In

a sudah kaya punya orang barat..." Tante M

seberapa kuat kamu bis

pa irama. Rasanya seperti terseret arus der

mu, Raka..." bisiknya lagi, suar

gkok tepat di depan selangkanganku. Aku refleks mundur seten

ku tercekat saat Tante Meta mencium kepala batangku

nunduk, menatap pemandangan y

ngah baya berjilbab, saat ini berjongkok tepat di depan selangkanganku yang

l di bibirnya. "Tenang, Raka. Justru itu yang tante mau. Rasa pertama

memasukan kepala dan seluruh batangku ke dalam mulutnya, walau hanya bisa setengahnya. Aku hanya bisa pasrah,

aaa..." suara itu nyaris

Sensasi asing yang menyambar sekujur tubuh membuatku hampir tak sanggup ber

anganku, matanya sesekali menatapku di atasnya, pipinya mengembung, ekspresinya penuh ke

i sela-sela gerakan kecil yang mem

. Malam ini kamu akan belaja

gazebo gelap ini, dunia terasa terhenti, menyisakan aku yang gemetar di ambang batas,

terbungkus jilbab, dan membantunya maju mundur, agar

ubuhku serasa tersambar p

narik selangkangan ke belakang hingga b

" Tante Meta b

i arah rumpun bambu sebelah kanan. Yang seorang sepertinya laki-laki sedang membereskan cela

matis loyo dan mengecil. Gairah

langsung merapikan celana celanaku dan mundur dua langkah.

Aku takut...." Suaraku serak, tulangku serasa

tajam tapi juga lembut. Ia merapikan gaun dan jilbabn

a belum siap. Tante yang salah, terlalu cepat, terlalu

tap wajahnya. Sementara dua sosok itu telah kembali m

n ya," ucapku tanpa menunggu jawabn

k, tawa, percikan air kolam renang. Semua te

dan cepat pulang, tak peduli Veron yang melambai-lambai

i kamar. Menutup mata, menarik napas panjang, m

.. jangan takut. Malam ini cuma awal. Tante nggak

tap layar ponsel dengan mata ter

engalaman yang hampir mirip, tapi t

pernah kemping di pinggir pant

-malam. Awalnya aku nggak curiga sama sekali, tapi ternyata maksudnya berbe

os, langsung panik dan kabur tunggan

tungnya beberapa bulan kemudian, pindah sekolah ke

bagian super gila yang mendebark

dua bersaudara. Aku lahir dan dibesarkan di sebuah kabupaten ternama di J

elas tiga SMP, orang tuaku memutuskan pindah domisili ke Bogor. Namun, k

emborong bangunan. Adik perempuanku tinggal bersama nenek di Bandung, sedangkan

atau mungkin sudah memiliki kehidupan lain. Meski begitu, mereka tetap bertanggung jawab terhadap kami anak-anaknya

sudah membelikan aku mkotor buat sekolah dan merenovasi rumah

ng sedikit berbeda dibanding teman-teman sebaya. Kulit kami lebih cerah, hidung lebih mancung. Postur tubuhku leb

batang tubuhku di balik celana. Tak jarang, tonjolannya menarik perhatia

oleh dengan tatapan yang sulit diartikan. Kadang, aku merasa sedikit risih dengan perhatian

aman berteman dan fokus belajar daripada ikut-ikutan urusan percintaan re

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY