/0/30058/coverbig.jpg?v=7e6f95ada6d9f78ff009e46c6f25d3cb)
ekerja menyamar sebagai developer junior di perusahaan yang kami
ntahkanku untuk meminta maaf kepada wanita y
ia menuntutku untuk mempermalukan diri sendiri di depan umum demi "tamu istimewanya," Jihan. Ini
orang pengganggu manipulatif daripada integritas perusa
yar menuntutk
pada Jihan
ganku yang terbakar ke arah kamera
t pelan dan berbahaya. "Saatn
a
andang
mi. Perjanjian itu berakhir pada hari dia, CEO kami, memerintahkanku-seorang developer junior-untuk meminta maaf kepada wanita yang
ulai pada hari Selasa, hari pertamaku seb
ng menunggu bagian HRD menjemputku, hanya seorang karyawan baru anonim lainnya di perusahaan yang turut aku dirikan. Ide ini datang da
jadi hantu selama satu tahun. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya dipikirkan karyawan kita, seperti a
u. "Apa pun untuk pendiri pendamp
lah terjadi seumur hidup yang l
seorang wanita menyerbu masuk. Dia adalah angin puyuh dari merek-merek desainer dan keangkuhan yang nyata. K
ng kartu kredit platinum di atas meja dengan sua
an seolah-olah dia tidak percaya harus mengucapkan permint
r dan gugup, tergagap, "Maaf, Bu, ini kantor peru
unkan kacamata hitamnya, memperlihatkan mata yan
n Juwita. Ingat? Tidak? Baiklah. Ambilkan saja kopiku. Sekarang. Dan jangan berani-berani kamu p
awanku, yang masih hangat dari mesin cetak, menguraikan kode etik yang jelas: profesionalisme
al, posturku santai. Peranku adal
n meja, dan pantry kami..." resepsion
tapan dinginnya mendarat padaku. Pada celana jins polosku, sweter sederhanaku, r
ahalnya seperti awan yang menyes
dengan tenang.
kamu belum belajar menjadi tidak berguna. Pergi ambilkan kopiku.
ini. Namaku ada di dokumen pendirian rahasia yang terkunci di brankas ayahku. Tapi identitas publ
kataku, suaraku rata dan sopan. "Saya
. Matanya menyipit. "Yang akan kamu lakukan adalah mengambilkan kopiku. Jang
di riasannya. Dia mencoba mengintimidasiku, untuk menegaska
didengar seluruh lobi. Dia melirik sepatu flatku yang nyaman dan kemudian dengan seng
berbisik berbisa. "Saat kamu membawanya kemb
uar dari lorong, wajahnya pucat karena panik. Itu Pa
nnya," katanya, praktis membungkuk. "Kami ti
an. "Saya minta maaf atas karyawan b
ahkan tidak repot-repot menatapnya. "Pa
dan menghilang ke koridor
oleh padaku, ekspresinya campuran kasihan dan ketakutaaku, meskipun aku punya fi
sumsum tulang. Bima merasa berutang segalanya padanya. Jadi, dia mendapatkan apa pun yang dia mau. Dia bisa membuat atau menghan
gnya. Tapi dia menggambarkan seorang pahlawan, seorang wanita tanpa pamrih. Bukan makhluk kejam dan nars
i, mencantumkan dua pendiri: Bima Adijaya dan Kirana Prameswari. Bukan Sari. Pr
rti yang dia pura-purakan. Akulah nyonya rum
ia membia
mengamati. Ini hanyalah ujian pertamaku. Ujian
ta lihat bagaima
t sejauh mana Bu J
GOOGLE PLAY