a
yian
melempar sisa lembaran berwarna biru itu ke pangkuan Lisna dan berlalu pergi. Lisna dib
aran itu dan memegang tangan suaminya yang duduk di
iraukan lagi yang terjadi. Namun ia penasaran dengan sikap suaminya, ia menghentikan langkahnya dan melirik ke arah
sesak. Sungguh ia merasa semua di luar nalarnya. Jauh dari apa yang ia
. Ia memilih berjalan kaki pulang ke gubuk yang ia tempati bersama suaminya. Sesekali ia menatap ke belakang, be
nya Lisna sampai ke tempat tujuan. Lalu ia membuka pintu dan menuju ruang tengah yang terdapat
e dalam dadanya, sedikit mendinginkan perasaannya. Namun perjalanan dengan perasaan tak menentu sungguh membuatnya lelah. Ia masuk ke dalam bilik keci
s lagi kalo mereka, Atau malah membatu. Ya salam, kenapa begini?
wang jauh, terbayang semua perjalanan kisah hidupnya yang penuh lika liku. Kerikil-kerikil tajam yang mengh
h laki-laki yang baik. Namun yang terlihat di mata Lisna hanyalah keindahan.
ah menasehati ku dulu. Ya Rabb,,, bisa
lamnya dalam kesendirian. Tak ada yang bisa ia lakukan, hanya mengikuti alur yang suda
intas. Semua berputar bagai rol film yang berputar begitu cepat. Indah dan sangat menjanjikan keind
tadi. Namun semua melintas begitu saja tanpa jeda. Rekaman yan
nghembuskannya perlahan. Membuka matanya kembali, menatap langit-l
ulitnya yang kian meremang. Berbaring dengan posisi miring, memaksa matan
ghfir
lampu dan membuka pintu dapurnya yang menuju kamar mandi yang ada di belakang rumahn
s segala yang melaju dalam kehidupannya. Doa terbaik dalam sujud panjangnya ia lantunkan. Lalu ia menambah tiga rakaat untuk menutup
ali ke tempatnya. Ia melipat mukenanya, dan kembali ke biliknya, merebahkan tubuhnya lalu menutupi dengan selimut. Bibirnya mulai m
lahumma Ahy
lalu memulai mem
nyibukkan diri untuk murotal. Rasanya malas untuk bergelut dengan wajan dkk. Tak berselera, ah biarlah.
a hangat saat sinarnya mengintip di antara ce
g ku dustakan" gumam Lisna tersenyum
bil handuk bersiap mandi dan pergi ke kantor
tidur. Ada sosok yang semalam ia nantikan kehadirannya. Bah
pmu mau bagaimana. Aku bisa sendi
dan pergi memakai angkot untuk ke kantornya. Sampai di kantor Lisna membuka pintu
pa semalam, itu mata sampai bengkak begitu." Sapa Rahmah teman satu kan
bangunya kepagian. Hahahaa." Ja
wangi. Eh salah... Aroma bawang ya, kan mas
Orangnya aja masih merem waktu aku pergi. Kalo laper n
esraan gitu.. males ngapa-ngapain maunya berdua
dak yg bisa dibahas pemirsa..
k (jangan marah mba, bikin cepat tua) " si Hadi
jabat sebagai staff administrasi. Sibuk dengan tumpukan kertas yg
ukan pukul 16:15. Selalu tersenyum jika menatap arloji yang setia menemani kemanapun ia berakt
anya enggan mau pulan
aku mau lewat arah rumah mbak Lis
ri kursi malasnya, ia meraih tas
ketika melewati gerobak mie ayam di pinggir jalan. Rahmah pun membelokkan motornya ke depan gerobak mie aya
ak dirumah mba?" Tan
awab Lisna pelan. Rahmah menangkap ke
ama atau mertua gitu. Kok Yo tinggal di tengah kebon begitu. Habis
akan." Jawab Lisna lirih tanp
iya tinggal di gubuk begitu, mana di tengah
g pas di hati, tiba-tiba pergi begitu saja. Kini menikah dengan orang yang sepertinya menyayangi Lisna,
enikmatinya. Tiba-tiba ada yang men
itu langsung pulang. Bukan keluyuran nggak
tap ke sumber suara. Sebagian orang berbisik-bi
iri di depan gerobak mie ayam dan masih duduk manis
ersamb