egelisah
Lisna pada gadis muda yang tak la
nggak dimasakin, pergi tanpa pamit, ini sudah jam pulang kantor bukannya langsu
ersedia di meja yang ia pilih bersama rahmah tadi. Rahmah yg bingung dan me
angat judes dan sombong, karena itu Rahmah pernah melarang Lisna untuk berhubungan dengan Danar. Namun Lisna yang mema
nya juga dengan sedikit berbisik. Karena si Aini masih ada di depan geroba
itam ya." Suara Aini lantang ke Abang mie ayam, sambil me
enatap Lisna meminta penjelasan. Se
ik, main maki-maki orang seenaknya sendiri. Eh ma
nti sekalian saya yang bayar."
ggak bilang dari awal kalo ada orang yang bayarin. Sam
jawab dengan malas. Enggan rasanya mengakuinya sebagai saudara
ngkuk. Satu rumah dong
ahlah mah? Jaw
na kini, ia mengaduk-aduk isi mangku
Sela Rahmah mencoba meledek untuk membuat sahabatnya tersenyum. Namun Lisna tetap diam, Rahmah paha
an. Lisna minta diturunkan di gang masuk rumah yang ditinggali, Gubuk l
e depan pintu ya
run dari boncengan motor Rahmah. Setelah menyera
tor kayaknya deh. Tadi pagi nggak nyuci aku. Sama cucian piring kemarin. Kalo mau nyuc
depan pintu nggak mau. Giliran inget cucian k
a. Gajian besok aku yg traktir ya. Gantian kita. Rahmah
ie ayam bakso gratis bulan depan. Aduh gak sabar
aa. Masih lamaaaa Wek." Jawab Rahm
gu ceritamu besok. Wajibun!" Rahmah sedikit berte
an hitam itu. Kelam, sekelam hidupnya kini. Akhirnya ia ayunkan
ikum." Tak a
a kalo lagi makan mie ayam di rumah
etengah meter kali tiga meter yang di sekat geribik bambu tanpa pintu hanya tertutup dengan sehelai tirai dari kain jarik, yang
n. Ada meja kecil yang ia gunakan untuk meletakkan makanan yang ia
umah dan langsung menuju bilik. Mengambil h
balai depan rumah yang memang disiapkan untuk bersantai. Ia menikmati cemilan yang
ya Rabb." Lisna menghempaskan bobotnya di atas
suara deru motor memasuk
isna bertanya-tanya.
ate lima puluh ribu." Kata Irul masih diatas
ng punya uangnya. Kemarin kan liat sendiri mas Da
uang. Kami mau makan mbak, cuma ada nasi dirumah mama. Pingin makan
h buat bayar mie ayam. Makanya ng
ng deh, mau duit mba Lisna ilang
eluarga Aneh. Kok ada si keluarga kayak gitu. Nih! Nggak ikhlas aku!" seru Lisna menyerahkan lembaran be
sudah begini. Ya Allah,
a menyeret langkahnya kembali ke gubuk kecilnya. Dadanya berkecamuk, ada banyak hal yang ia pikirka
ghangat, ia mengusapnya cepat. Ia menghela nafasnya panjang, lalu melirik ke a
n? Pernikahan apa sep
enyelimuti hatinya yang
ersam