Arini hanya menghela napas secara perlahan dan nampak dia meneteskan air mata. Mungkin hanya itu yang dia bisa lakukan saat ini. Dia tidak mau rumah tangganya yang sudah dia bina dengan sang suami selama 4 tahun hancur gara-gara adanya seorang wanita yang datang menghampiri kedalam kehidupannya.
Arini berprinsip demi anak dan dia harus mempertahankan mahligai rumah tangga tersebut bersama sang suami dan putrinya yang bernama Aura yang kini baru menginjak 3 tahun.
____
Terdengar suara kaki Bagas yang sedang berjalan, ketika memasuki kamar. Arini pun seakan menyadari kalau sang suami akan masuk ke dalam kamarnya tersebut. Tanpa pikir panjang Arini langsung menyimpan kembali ponsel sang suami yang tadi dia ambil di atas nakas.
Arini mencoba tidak bersifat ceroboh dan akan bersikap seperti biasa seakan dia tidak mengetahui dengan apa yang sedang terjadi.
"Eheem!"
Suara deheman terdengar dari sang suami ketika membuka pintu kamar dan Bagas pun nampak tidak menampakkan gelagat yang aneh ketika menghampiri sang istri yang sedang duduk di tepi ranjang.
"Ma, besok aku ada tugas keluar kota untuk beberapa hari dan tolong siapkan baju untuk di bereskan ke dalam koper," ucap Bagas.
____
Kemudian Bagas pun berdiri dan mengambil ponselnya yang tengah berada di atas nakas. Dia pun beralih tempat duduknya ke kursi kaca rias. Arini pun nampak mendelik karena dia pikir mungkin sang suami akan memberikan sebuah pesan kepada wanita yang baru saja dia baca isi pesan chat nya, di layar ponsel suami.
Tersenyum lebar Bagas ketika menatap layar ponsel. Seakan ada kabar bahagia dengan isi pesan yang berada di pesan tersebut yang tiba-tiba muncul setelah Bagas pertama yang memberikan sebuah kabar.
Hati Arini merasa di remas dan terbakar api cemburu. Dia pun mencoba menetralkan deru napasnya yang kian tidak beraturan. Dalam benaknya berpikir, apakah dia bisa menyindir sang suami dengan isi pesan yang sempat dia baca di ponsel milik sang suami.
"Mas, Mira itu siapa!?" batin Arini menjerit.
Begitu lama Arini menatap sang suami yang tengah asik memainkan ponselnya. Apakah Bagas menyadari atau dia sedang berpura-pura tidak melihat sang istri yang tengah menatapnya.
Mungkin Bagas tidak memperdulikan itu semua yang ada di pikirannya adalah, Arini sosok yang pendiam dan selalu mengalah. Jadi dia bebas melakukan apapun karena istrinya wanita lemah dan penurut terhadap sang suami.
____
Dengan darah yang mendesir dan mata yang berkaca-kaca Arini pun berlalu dari hadapan sang suami untuk mengambil beberapa baju yang akan dia masukkan ke dalam koper. Karena permintaan Bagas dia pagi akan pergi keluar kota untuk urusan kerja.
Sedikitpun tidak ada rasa curiga dengan kepergian Bagas keluar kota. Arini berpikir positif kalau Bagas sang suami keluar kota untuk kepentingan kerja dan tidak lebih dari itu.
"Buatkan kopi dong!" titah Bagas dengan pandangan masih tetap fokus ke layar ponsel.
____
Arini yang baru saja menyimpan beberapa baju ke dalam koper kemudian dia berlalu ke dapur.
Namun sebelum dia sampai di dapur bunyi ponselnya berdering beberapa kali yang dia simpan tadi di atas kursi sofa.
Arini pun bergegas mengambil ponsel tersebut dan setelah ponsel tersebut tengah berada di genggaman tangannya. Terlihat sang sahabat Novi menelepon.
"Tumben Novi telpon ada apa." gumam Arini.
Sepertinya Arini mengabaikan bunyi suara telepon tersebut karena dia mau membuatkan kopi untuk Bagas. Arini pun menyimpan kembali ponselnya dibatas kursi sofa.
Namun baru saja dia melangkahkan kakinya untuk berlalu dari sana, terdengar bunyi pesan muncul. Arini pun sontak membalikkan lagi badannya dan mengambil kembali ponselnya tersebut.
Terlihat Novi memberikan sebuah pesan.
{"Aku tadi melihat suami kamu di sebuah kafe dan dia terlihat mesra dengan seorang wanita,"}
Deg!
Jantung Arini berasa mau copot tatkala membaca pesan tersebut. Dadanya bergemuruh hebat dan peluh pun terlihat seketika bercucuran. Tangan Arini bergetar ketika memegang ponsel tersebut.
"Apakah yang di ucapkan oleh Novi itu benar adanya, atau hanya isapan jempol semata?" batin Arini berkecamuk hebat.
Arini pun mencoba membalaskan pesan kepada sahabatnya itu untuk memastikan kebenarannya
"Ma, cepat! Kopinya, lama banget." teriakan sang suami mampu membuat hati Arini terkejut.
Arini pun kembali menyimpan ponsel tersebut di atas kursi sofa dan dengan cepat dia menyeret langkah kakinya ke dapur untuk membuat kopi.
____
"Lelet banget, ngapain sih!" bentak sang suami. Tatkala melihat Arini baru saja memasuki kamar dan membawa secangkir kopi.
Arini terlihat gugup ketika Bagas bertanya kepada dirinya. Karena Arini tengah memikirkan kabar dari sahabatnya, bahwa sang suami tadi tengah bermesraan dengan seorang wanita di sebuah kafe.
Terlihat Arini dihinggapi rasa serba salah yang teramat. Apakah dia harus bertanya kepada suaminya tentang sosok wanita yang tadi pergi bersama suaminya ke sebuah kafe, biar semuanya jelas. atau Arini cukup memendam semuanya dan pada akhirnya semua akan terungkap seiring waktu berjalan.
Arini hanya menghela napas lelah dan dia pun merebahkan badannya di atas ranjang sambil memeluk sang anak dari arah belakang. Arini terlihat mengusap-usap kepala rambut sang anak dan menciumnya dengan lembut.
Tak terasa bulir putih pun lolos seketika di ujung matanya. Arini pun memejamkan kedua matanya dengan terpaksa karena dia ingin menyimpan rasa lukanya.
______
Terdengar suara tawa renyah dari Bagas ketika dia membalaskan pesan lewat sambungan selularnya. Sepertinya Bagas sedang di mabuk asmara.
{"Pokoknya aku minta oleh-oleh dari kamu Mas, setelah pulang dari luar kota nant,"} tulis pesan Mira wanita selingkuhan Bagas.
{"Oke, untuk kamu pasti apapun Mas, belikan,"} balas pesan Bagas.
Bagas kemudian menyimpan kembali ponselnya di atas nakas. Terdengar dia menggeser kursi, kemudian dia berlalu dari kamar. Arini tahu pasti Bagas pindah duduk di teras rumah sambil menikmati sepoi angin malam.
_____
TING!
TING!
Beberapa bunyi pesan muncul dan terdengar datangnya dari ponsel milik Bagas. Arini yang sedari tadi hanya berpura-pura tertidur. Dia pun sepertinya dihantui rasa penasaran yang teramat besar dengan beberapa pesan yang masuk ke layar ponsel sang suami.
Dalam batin arini berkata mengapa Bagas tidak membawa ponselnya dan dia hanya membawa secangkir kopi ketika keluar kamar dan pindah duduk di teras rumah.
Arini kemudian bangkit dari ranjangnya dan mengintip dari arah jendela kamar. Terlihat Bagas sedang menikmati kopi dan pandangan matanya tertuju ke jalan rumah.
Arini pun dengan ragu lalu membaca notifikasi yang muncul di ponsel Bagas. Mata Arini membulat, guratan kesedihan terpancar dari matanya.
Betapa terkejut hati Arini karena pesan kembali muncul dari Mira yang mengatakan rasa terima kasih dia terhadap Bagas karena siang tadi Bagas sudah mentraktir makan di sebuah kafe.
"Berarti benar apa yang di ucapkan oleh Novi," gemuruh hebat terasa menerpa di dada dan saat ini hati Arini terasa di remas.
Bersambung...