/0/18076/coverbig.jpg?v=61d15d0660a89ec07b8702dd80111e55)
Berawal dari salah naik mobil. Membuat Tiffania Almora harus berurusan dengan Elnathan Devandra-Sang pemilik mobil. Dan sejak itulah. Mereka berdua sering bertemu, sehingga suatu saat Devan tiba-tiba mengajaknya untuk menikah. Demi menghindari perjodohan dari orang tua. Fania akhirnya menerima tawaran pernikahan yang Devan berikan. Dengan syarat pernikahan ini hanya pernikahan kontrak. Selama seratus hari. Maukah Devan menerima tawaran yang dibuat oleh Fania? Apa yang akan terjadi jika cinta tumbuh diantara mereka, di saat pernikahan kontrak mereka terbongkar? Berlanjut atau berpisah.
"Sudah Fan, lo sudah minum banyak." Karina mengambil gelas
kecil di tangan Fania.
"Sekali lagi, Rin. Gue janji ini gelas terakhir." Fania
memegang gelas dengan erat meski Karina memaksa mengambilnya.
Karina memutar bola matanya. Dia sudah sangat jengah pada
sahabatnya ini.
"Terserah, lo! Kalo sampai ada apa-apa. Jangan bawa-bawa
gue. Gue males berurusan sama bokap, lo!" Karina mengancam Fania. Sedangkan,
Fania hanya tersenyum mengangguk.
Kesadaran Fania sudah sedikit hilang. Ia bahkan sampai
limbung.
"Nah 'kan!" Karina langsung menangkap tubuh Fania yang mulai
sempoyongan. Karina bahkan sedikit panik, tetapi Fania malah tertawa
terbahak-bahak.
"G**a, lo, ya, Fan. Udah kaya gini masih bisa ketawa-tawa!"
seru Karina terheran.
"Udah, sih. Lo berisik banget. Lo senang lihat gue ketawa apa nangis sih?" sahut Fania.
"Iya, ketawalah. Tapi nggak gini juga, Fan. Makanya dengerin
orang tua kalo ngomong. Riko itu laki-laki nggak bener, udah tau 'kan kalo dia
buaya darat. Masih aja ke makan omongannya. Heran gue sama lo," gerutu Karina.
Badannya masih menahan Fania agar tetap berdiri tegak.
Fania terdiam.
"Gue udah berkali-kali ngomong sama lo, tapi nggak pernah di
dengerin. Cinta boleh, tapi g****k jangan," cecar Karina lagi pada Fania yang duduk
di kursinya kembali.
Fania bukannya menimpali ia malah menangis. Membuat Karina mengusap wajahnya
dengan kasar.
"Maafin gue, Fan. Bukan maksud gue marahin lo. Gue bicara
kaya gitu, itu karena gue sayang sama lo. Gue peduli sama lo, Fan. Gue nggak
suka lihat lo disakiti kaya gini," ucap Karina. Ia merasa bersalah sudah bicara
berlebihan pada sahabatnya. Namun, ia sendiri geram kepada sahabatnya yang masih
aja mau dikibulin oleh janji manis Riko-mantan kekasih Fania.
"Lo nggak salah, Rin. Lo bener, gue emang g****k. Riko sudah
berkali-kali khianati gue, tapi gue tetep aja percaya sama omongannya. Dan
sekarang gue nggak mau percaya sama Riko lagi. Gue benci sama dia!" Fania
mendongak menatap Karina. Dia langsung memeluk sahabatnya itu.
"Makasih, Rin. Lo baik banget sama gue. Dan lo juga peduli
banget sama gue," ucap Fania lagi saat memeluk Karina.
Karina menepuk-nepuk punggung sahabatnya. "Iya, Fan. Gue
harap mata hati lo terbuka ya. Gue nggak mau lagi lihat lo kaya gini. Janji?" Karina
melepas pelukannya dan menunjukkan jari kelingkingnya.
"Janji." Fania menautkan jari kelingkingnya ke jari Karina.
Perasaan Fania langsung lega. Fania juga berharap dirinya
akan lebih baik lagi dalam masalah percintaan. Dan pastinya tidak percaya
dengan janji manis yang Riko berikan padanya.
Ini sudah ke sekian kalinya Riko mengkhianati. Namun,
bukannya Fania meminta putus. Ia malah memaafkan kesalahannya. Dengan berjanji
tidak akan mengulangi lagi.
"Ingat, Fan. Selingkuh itu penyakit. Penyakitnya itu nggak
ada obatnya. Dan yang bisa ngobatin itu hanya dirinya sendiri." Karina berkata
kembali pada Fania.
"Iya, Rin. Tau kok," ujar Fania.
"Syukur, deh. Kalo lo tau sekarang." Karina meminum soda
yang ia pesan. Setelah di tenggak habis dia mengajak Fania pulang.
"Lo mau ikut pulang atau di sini aja?" tanya Karina saat ia
sudah berdiri.
"Ikutlah, tapi kayanya gue nginep di tempat lo, ya. Nggak
mungkin 'kan kalo gue pulang dengan keadaan begini!" timpal Fania sambil
mencoba berdiri.
"Iyalah, paham. Sini gue bantu berdiri." Karina mengulurkan
tangannya ke hadapan Fania.
Fania menerima uluran tangan Karina. Lalu mereka berdua
berjalan keluar dari club.
Saat berjalan ke arah pintu keluar. Pandangan Karina melihat
ke arah gerombolan lawan jenis yang sedang bermesraan. Lalu tatapannya tertuju
pada laki-laki yang dia sangat kenali siapa lagi kalo bukan Riko-mantan kekasih
Fania.
Hatinya geram melihat Riko asik merangkul wanita seksi
dengan bercanda tawa.
'B******k emang tuh laki, jangan harap Fania bisa kembali
sama lo. Nggak akan gue biarkan!' batin Karina penuh amarah.
Untung saja Fania sedikit kehilangan kesadaran membuat
dirinya hanya fokus berjalan ke depan.
Sesampainya di depan club. Tiba-tiba perut Karina mulas.
"Aduh, Fan. Perut gue mules banget. Lo ke mobil dulu, ya," ucap
Karina yang langsung diangguki oleh Fania.
"Ya, udah sana. Gue ke mobil sendiri aja." Fania berkata
pada Karina yang memegang perut.
"Lo yakin bisa ke mobil sendiri?" tanya Karina cemas. Sebab,
Fania berjalan saja tertatih.
"Iya, bisa. Gue masih sadar Karina," seru Fania melolotkan
matanya ke Karina. "Mobilmu urutan ke berapa?"
"Ketiga!" teriak Karina sambil berlari masuk ke dalam club.
"Iya, oke." Fania mengacungkan jempolnya. Ia melangkahkan
kakinya ke parkiran.
Namun, saat sudah di parkiran. Ternyata ada dua mobil hitam
yang sama persis dengan mobil milik Karina.
Jika di hitung dari sebelah kanan dan kiri, mobil hitam yang
berjejer itu sama-sama di urutan nomor tiga.
Fania masuk ke mobil hitam sebelah kanan. Kebetulan mobil
tidak terkunci. Membuat dia sangat yakin jika itu mobil milik sahabatnya.
Apalagi Fania tidak paham dengan nomor plat mobil Karina.
Fania yang merasa pusing ia langsung tertidur tanpa melihat isi
dalam mobil itu.
Sedangkan di dalam club seorang laki-laki berbadan
atlentis sedang duduk santai sambil meneguk sebotol wine.
Ketampanan yang dimiliki olehnya membuat banyak wanita
datang menghampiri. Namun, ia tidak menggubris satu pun wanita yang
mendekatinya.
Pikirannya masih kalut dengan masalah yang sedang ia hadapi.
Apalagi seharian ia disibukkan oleh berbagai pekerjaan yang membuat dirinya
semakin terasa letih. Malam pun semakin larut, pria itu berdiri lalu meninggalkan tempat duduknya.
"Sepertinya berendam air panas, enak!" gumamnya dalam
hati. Lalu melangkahkan kakinya menuju parkiran.
Saat sudah sampai di depan mobilnya. Ternyata ia lupa tidak
menguncinya. Ia langsung membuka mobilnya karena takut ada orang yang jahat.
Namun, saat pintu terbuka dia malah dikejutkan oleh seorang
wanita yang tertidur pulas. Ya, wanita itu adalah Fania.
Pria itu mengguncangkan tubuh Fania.
"Hei ... Bangun!" kata pria itu.
Dia bahkan sudah membangunkan dengan guncangan keras. Namun,
usahanya sia-sia. Fania tetap tidak bangun.
"Ah, pasti dia m***k!"
Akhirnya pria itu melajukan mobilnya dan terpaksa membawa
Fania. Padahal ia bisa saja melaporkan ke penjaga club. Akan tetapi, dia
tidak ingin terjadi masalah. Apalagi tampilan Fania saat ini sangat berantakan.
Pasti orang akan curiga padanya.
Mobil hitam melaju meninggalkan parkiran club. Dan
saat mobil itu keluar area parkir. Disitulah Karina keluar dari dalam club.
Karina berjalan tergesa-gesa karena merasa tidak enak
berlama-lama di dalam. Padahal ia sudah keluar dari toilet sedari tadi. Namun,
ia dicegah oleh temannya yang baru datang.
Karina sempat menolak. Akan tetapi, temannya memaksa untuk
berbincang sebentar. Mau tidak mau. Karina mengiyakan.
Karina mempercepat langkahnya menuju parkiran. Saat sudah
sampai di samping mobilnya. Pintu mobil langsung dibuka oleh Karina. Ia kaget. Sebab,
Fania tidak ada di dalam mobilnya.
"Lho, Fania mana? Fan ... Fania ...."
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
Tessa Willson dan Leonil Scoth telah menikah hampir dua tahun lamanya. Kesibukan Leo membuat Tessa merasa kesepian. Apa lagi akhir-akhir ini Leo tak pernah membuatnya puas di atas ranjang. Akibatnya Tessa sangat kecewa. Sampai akhirnya Arnold Caldwell datang di kehidupan Tessa dan Leo. Arnold adalah ayah sambung Leo. Arnold datang ke kota New York tadinya untuk urusan bisnis. Namun siapa sangka justru Arnold malah tertarik pada pesona Tessa. Keduanya pun berselingkuh di belakang Leo. Arnold memberikan apa yang tidak Tessa dapatkan dari Leo. Tessa merasakan gairahnya lagi bersama Arnold. Namun di saat Tessa ingin mengakhiri semuanya, dirinya justru malah terjebak dalam permainan licik Arnold. Mampukah Tessa terlepas dari cengkeraman gairah Arnold, dan mempertahankan pernikahannya dengan Leo?
Warning!!! Khusus 18+++ Di bawah 18+++ alangkah baiknya jangan dicoba-coba.
Setelah diusir dari rumahnya, Helen mengetahui bahwa dia bukanlah putri kandung keluarganya. Rumor mengatakan bahwa keluarga kandungnya yang miskin lebih menyukai anak laki-laki dan mereka berencana mengambil keuntungan dari kepulangannya. Tanpa diduga, ayah kandungnya adalah seorang miliarder, yang melambungkannya menjadi kaya raya dan menjadikannya anggota keluarga yang paling disayangi. Sementara mereka mengantisipasi kejatuhannya, Helen diam-diam memegang paten desain bernilai miliaran. Dipuji karena kecemerlangannya, dia diundang menjadi mentor di kelompok astronomi nasional, menarik minat para pelamar kaya, menarik perhatian sosok misterius, dan naik ke status legendaris.