/0/23544/coverbig.jpg?v=a06ed9995a7154eadda89eead620367c)
Kecelakaan maut itu terjadi begitu cepat. Mobil sport hitam yang melaju di jalan tol dihantam truk bermuatan pasir di persimpangan. Salah satu penumpangnya, Eleanor, wanita yang seharusnya menikah besok, meninggal di tempat. Truk besar itu menabrak sisi mobil tempat Eleanor duduk, membuatnya tak memiliki kesempatan untuk bertahan hidup. Di sisi lain, Kieran Lancaster, pria yang akan menikahi Eleanor, berdiri dengan rahang mengeras, tatapannya penuh kebencian. Dendam membakar hatinya begitu dia mengetahui bahwa sopir truk yang menyebabkan tragedi ini memiliki seorang putri. Vivianne, gadis sederhana yang tidak tahu apa-apa, dikejutkan oleh kedatangan keluarga Lancaster di rumahnya. Evangeline, ibu Kieran, menatapnya dengan dingin sebelum melontarkan tuntutan yang tidak masuk akal-Vivianne harus menikahi Kieran, menggantikan Eleanor yang telah tiada. "Jika bukan karena ayahmu, Eleanor masih hidup," suara Evangeline tajam, menusuk hati Vivianne. "Ini tanggung jawab keluargamu. Kau akan menikah dengan Kieran besok." Vivianne ingin menolak, tapi ayahnya yang sudah tua berlutut di hadapan keluarga Lancaster, memohon agar mereka tidak membawa masalah ini ke jalur hukum. Dengan hatinya yang berat, Vivianne akhirnya menyetujui pernikahan itu, berharap setidaknya bisa melindungi ayahnya. Namun, pernikahan itu tidak membawa kebahagiaan. Kieran memperlakukannya dengan dingin, penuh kebencian. Setiap tatapannya mengingatkan Vivianne bahwa dia bukan Eleanor-dia hanya pengganti yang tak diinginkan. Hari demi hari, Vivianne harus menghadapi amarah Kieran. Pria itu tidak menyentuhnya kecuali untuk menyakitinya, baik dengan kata-kata tajam maupun sikapnya yang penuh penghinaan. Namun di balik kebencian itu, Kieran mulai menyadari sesuatu yang mengganggunya-Vivianne tidak bersalah. Dan semakin dia mencoba menolaknya, semakin sulit baginya untuk mengabaikan keberadaan gadis itu. Apakah kebencian yang membara di hati Kieran akan berubah? Atau pernikahan ini hanya akan menjadi luka yang tak bisa sembuh bagi mereka berdua?
Mobil sport hitam itu melaju kencang di jalan tol yang sepi, menembus gelapnya malam. Lampu-lampu jalan memantulkan sinarnya di permukaan mobil yang mengilap, sementara suara musik pelan terdengar dari dalam. Eleanor Beaumont tersenyum kecil, menatap pria di sampingnya dengan mata penuh harapan.
Kieran Lancaster tampak tenang di balik kemudi, namun pikirannya dipenuhi oleh ribuan hal. Pernikahan mereka hanya tinggal satu hari lagi. Besok, Eleanor akan menjadi istrinya. Wanita itu telah menjadi bagian dari hidupnya selama bertahun-tahun, seseorang yang dikenalnya sejak kecil. Pernikahan mereka bukan hanya soal cinta, tetapi juga tentang penggabungan dua keluarga kaya dan berpengaruh.
Namun, kebahagiaan itu hancur dalam sekejap.
Dari arah berlawanan, sebuah truk besar melaju dengan kecepatan yang tak terkendali. Kieran baru menyadarinya saat cahaya terang menyorot langsung ke arahnya.
"Kieran!" Eleanor menjerit.
Dunia tiba-tiba melambat. Kieran berusaha memutar kemudi, mencoba menghindari benturan, tetapi truk itu bergerak terlalu cepat. Dentuman keras mengguncang udara, disusul suara kaca pecah dan suara gesekan besi yang mengerikan.
Mobil mereka terhantam keras dari samping-tepat di sisi tempat Eleanor duduk. Suara jeritan Eleanor menggema di kepala Kieran sebelum semuanya berubah menjadi gelap.
Ketika Kieran membuka matanya, ia berada di rumah sakit.
Cahaya putih menyilaukan matanya, bau antiseptik menyengat di hidungnya. Kepalanya berdenyut, tubuhnya terasa kaku. Dia mencoba menggerakkan tangannya, merasakan perban membebat lengannya yang terluka.
"Eleanor..." Suaranya serak, nyaris tak terdengar.
Hening.
Lalu terdengar suara seseorang menarik napas panjang. Evangeline Lancaster, ibunya, berdiri di sisi tempat tidur, wajahnya pucat dengan mata yang sembab.
"Kieran..." suara ibunya bergetar. "Eleanor sudah tiada."
Waktu seakan berhenti.
Kieran merasakan jantungnya mencelos. Dadanya sesak, seakan-akan ada sesuatu yang mencengkeram kuat di dalamnya.
Tidak. Tidak mungkin.
Dia memejamkan matanya, berharap ketika dia membukanya kembali, semua ini hanya mimpi buruk. Tapi ketika ia menatap wajah ibunya lagi, kenyataan menghantamnya tanpa ampun.
Eleanor-wanita yang akan menjadi istrinya, orang yang telah menemani hidupnya-telah pergi selamanya.
Tangannya mengepal, tubuhnya menegang. Kemarahan mengalir melalui pembuluh darahnya, menggantikan kesedihannya.
"Siapa?" suaranya terdengar rendah, namun penuh amarah.
Evangeline terdiam sejenak sebelum menghela napas berat.
"Sopir truk itu..." katanya pelan. "Dia kehilangan kendali atas kendaraannya."
Kieran menggeram.
"Dimana dia sekarang?"
"Dia masih hidup. Dia juga mengalami luka ringan...."
Kieran mengangkat kepalanya dengan tatapan tajam. "Luka ringan?"
Lelaki itu merasakan darahnya mendidih. Sementara Eleanor terbujur kaku di kamar mayat, pria yang telah merenggut nyawanya hanya mengalami luka ringan?
Pintu kamar terbuka, dan Howard Lancaster, ayahnya, melangkah masuk dengan ekspresi serius.
"Kami sudah mengurus semuanya," kata Howard dingin. "Keluarga pria itu tidak akan bisa lari dari tanggung jawab."
Evangeline menatap suaminya dengan ragu, lalu kembali melihat Kieran.
"Kami menemukan sesuatu yang menarik," lanjutnya. "Sopir truk itu memiliki seorang putri."
Kieran mengerutkan kening. "Lalu?"
Evangeline berjalan mendekat, suaranya penuh ketegasan.
"Kami ingin dia menggantikan Eleanor."
Kieran menatap ibunya seolah wanita itu telah kehilangan akal sehat.
"Apa maksudmu?"
"Sopir truk itu telah merenggut seseorang dari kita," kata Evangeline dengan nada dingin. "Maka dia harus menggantinya. Putrinya akan menikah denganmu, besok."
Keheningan memenuhi ruangan.
Kieran menatap ibunya tanpa berkedip, berusaha memahami kata-kata itu. Pernikahan? Dengan putri seorang pria yang telah membunuh Eleanor?
"Ibu bercanda, kan?" tanyanya, suaranya dipenuhi kekesalan.
"Tidak," Howard menimpali. "Ini adalah cara agar kita bisa membalas dendam dengan cara yang paling halus."
Kieran menggertakkan giginya.
Mereka menginginkan dia menikahi putri seorang pria yang telah menghancurkan hidupnya? Wanita yang bahkan tidak dikenalnya?
Tapi, semakin dipikirkan, semakin masuk akal. Jika dia menikahi wanita itu, dia bisa membuat hidupnya menderita, sama seperti bagaimana dia kehilangan Eleanor.
Dengan ekspresi dingin, Kieran akhirnya berkata, "Baiklah. Aku akan menikahinya."
Vivianne Morgan tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam semalam.
Ayahnya, seorang sopir truk sederhana, pulang dengan tubuh penuh luka dan wajah penuh rasa bersalah. Vivianne tidak mengerti apa yang terjadi sampai polisi datang ke rumah mereka dan menjelaskan semuanya.
Dia menelan ludah, matanya membelalak. "Ayah... apa ini benar?"
Pria tua itu menunduk, suaranya gemetar. "Aku... aku tidak sengaja, Vivianne. Aku tidak melihat mobil itu...."
Vivianne merasakan dunianya berputar.
Mobil yang ayahnya tabrak bukan mobil biasa. Itu adalah milik keluarga Lancaster, salah satu keluarga terkaya dan paling berpengaruh di kota ini. Dan yang lebih buruknya, kecelakaan itu merenggut nyawa calon pengantin pria dari keluarga tersebut.
Dan kini, mereka datang untuk menuntut sesuatu yang mustahil.
Seorang wanita anggun dengan mata tajam-Evangeline Lancaster-duduk di ruang tamu mereka dengan penuh wibawa.
"Kami tidak akan membawa ini ke pengadilan," katanya dengan nada santai, seakan sedang berbicara tentang hal yang sepele. "Dengan satu syarat."
Vivianne meneguk ludah.
"Kau harus menikahi putraku, Kieran, besok."
Dunia seakan berhenti.
Vivianne menatap wanita itu dengan tidak percaya.
"Menikahi... putra Anda?"
"Ya."
Vivianne langsung menggeleng. "Tidak mungkin. Saya-"
"Kami bisa memastikan ayahmu dipenjara," potong Evangeline dengan tenang.
Vivianne terdiam.
Wanita itu tersenyum tipis. "Tapi jika kau setuju, kami akan melupakan semuanya."
Jantung Vivianne berdetak kencang.
Dia menatap ayahnya, yang kini menatapnya dengan tatapan penuh kepasrahan. Matanya memohon, seakan mengatakan, Maafkan aku, tapi hanya ini cara agar aku tidak masuk penjara.
Tangannya bergetar. Pernikahan dengan seorang pria yang tidak dikenalnya? Dengan pria yang kehilangan tunangannya karena ayahnya?
Tetapi jika dia menolak, ayahnya akan kehilangan segalanya.
Dengan napas gemetar, Vivianne akhirnya berkata, "Baik. Aku akan menikah dengannya."
Hari itu datang lebih cepat dari yang dia bayangkan.
Vivianne berdiri di depan cermin, mengenakan gaun pengantin putih yang terasa lebih seperti pakaian hukuman daripada simbol kebahagiaan.
Di luar, tamu undangan telah berkumpul. Tidak ada perayaan, tidak ada tawa, hanya bisikan-bisikan penuh rasa ingin tahu. Semua orang tahu bahwa pernikahan ini adalah sesuatu yang dipaksakan.
Ketika Vivianne melangkah menuju altar, matanya bertemu dengan pria yang akan menjadi suaminya.
Kieran Lancaster.
Pria itu berdiri tegak dalam setelan hitam, tatapannya dingin dan penuh kebencian.
Saat Vivianne berhenti di sampingnya, dia berbisik dengan nada dingin yang membuat bulu kuduknya berdiri.
"Kau akan menyesali hari ini selama sisa hidupmu."
Tidak pernah merasakan kehangatan dalam pernikahannya, Selina Arista justru menemukan gairah itu dari seorang pria yang seharusnya tidak bisa ia miliki. Pria itu adalah Dr. Adrian Vaughn, dokter spesialis yang direkomendasikan oleh ibu mertuanya sendiri. Namun, yang tidak diketahui siapa pun-Adrian adalah masa lalu Selina. Cinta pertamanya. Pertemuan kembali mereka membangkitkan api yang seharusnya sudah padam. Godaan, kenangan, dan keinginan terlarang membawa mereka ke dalam hubungan yang semakin dalam, semakin kelam. Tapi mereka bukan lagi dua orang bebas. Selina terikat pernikahan tanpa cinta dengan Nathaniel Astor, seorang pengusaha ambisius yang lebih peduli pada reputasi dibanding perasaan istrinya. Sedangkan Adrian, meski menikah dengan Katherine, hatinya selalu terikat pada Selina. Ketika kebohongan mulai terkuak dan batas antara cinta dan dosa semakin kabur, mereka dihadapkan pada pilihan yang tidak mudah. Apakah mereka akan mempertaruhkan segalanya demi cinta yang dulu terputus, atau tetap bertahan dalam kehidupan yang tidak pernah membuat mereka benar-benar bahagia? "Bercerailah dari suamimu." – Adrian Vaughn "Dan kau? Akankah kau melakukan hal yang sama? Meninggalkan istrimu?" – Selina Arista
Lana sudah lelah hidup dalam keterbatasan. Hutang yang menumpuk, pekerjaan yang tak menjanjikan, dan tekanan hidup yang semakin berat membuatnya putus asa. Ketika sahabatnya, Valerie, menawarkan solusi, Lana tak berpikir panjang untuk menerimanya-meski itu berarti menjual harga dirinya. Valerie ingin keluarganya tetap utuh. Ia tak rela ayahnya, seorang pengusaha kaya raya, menikahi wanita yang jelas-jelas hanya mengincar hartanya. Satu-satunya cara? Menghancurkan pernikahan itu sebelum terjadi. Dan Lana, dengan pesonanya, adalah alat sempurna untuk menggoda sang ayah dan membuatnya berpikir ulang. Namun, rencana yang awalnya hanya permainan berubah menjadi sesuatu yang lebih dalam. Cedric Vellani, pria dingin berusia 45 tahun yang sudah terbiasa dengan tipu muslihat wanita, tak semudah itu terperangkap. Justru Lana yang mulai terjebak dalam daya tariknya yang berbahaya. Hubungan yang seharusnya hanya menjadi transaksi pun berkembang menjadi sesuatu yang terlarang. Saat Valerie mulai menyadari bahwa Lana telah melampaui batas yang mereka sepakati, persahabatan mereka pun hancur. Kini, Lana dihadapkan pada pilihan yang tak pernah ia duga: tetap bertahan dalam kebohongan demi uang, atau mengakui bahwa ia telah jatuh cinta pada pria yang seharusnya hanya menjadi targetnya? Namun, bisakah cinta yang dimulai dengan kebohongan berakhir dengan kebahagiaan? Atau semuanya hanya akan membawa kehancuran bagi semua yang terlibat?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Evelyn, yang dulunya seorang pewaris yang dimanja, tiba-tiba kehilangan segalanya ketika putri asli menjebaknya, tunangannya mengejeknya, dan orang tua angkatnya mengusirnya. Mereka semua ingin melihatnya jatuh. Namun, Evelyn mengungkap jati dirinya yang sebenarnya: pewaris kekayaan yang sangat besar, peretas terkenal, desainer perhiasan papan atas, penulis rahasia, dan dokter berbakat. Ngeri dengan kebangkitannya yang gemilang, orang tua angkatnya menuntut setengah dari kekayaan barunya. Elena mengungkap kekejaman mereka dan menolak. Mantannya memohon kesempatan kedua, tetapi dia mengejek, "Apakah menurutmu kamu pantas mendapatkannya?" Kemudian seorang tokoh besar yang berkuasa melamar dengan lembut, "Menikahlah denganku?"
Haris dan Lidya sedang berada di ranjang tempat mereka akan menghabiskan sisa malam ini. Tubuh mereka sudah telanjang, tak berbalut apapun. Lidya berbaring pasrah dengan kedua kaki terbuka lebar. Kepala Haris berada disana, sedang dengan rakusnya menciumi dan menjilati selangkangan Lidya, yang bibir vaginanya kini sudah sangat becek. Lidah Haris terus menyapu bibir itu, dan sesekali menyentil biji kecil yang membuat Lidya menggelinjang tak karuan. “Sayaaang, aku keluar laghiiii…” Tubuh Lidya mengejang hebat, orgasme kedua yang dia dapatkan dari mulut Haris malam ini. Tubuhnya langsung melemas, tapi bibirnya tersenyum, tanda senang dan puas dengan apa yang dilakukan Haris. Harispun tersenyum, berhasil memuaskan teman tapi mesumnya itu. “Lanjut yank?”
Naya Agustin, "aku mencintaimu, tapi cintamu untuknya. Aku istrimu, tapi kenapa yang memberi segalanya ayah mertuaku?" Kendra Darmawan, "kau Istriku, tapi ayahmu musuhku. Aku mencintamu, tapi sayang dosa ayahmu tak bisa kumaafkan." Rendi Darmawan, "Jangan pedulikan suamimu, agar aman dalam dekapanku."
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.