Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Hamil Dengan Pengkhianat
Hamil Dengan Pengkhianat

Hamil Dengan Pengkhianat

5.0
31 Bab
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Kejadian malang yang menimpa Vera di Paris membuatnya terpaksa menerima tawaran dari teman barunya, Kiana, untuk ikut bersamanya. Insting penolakan Vera yang rendah membuatnya jatuh ke dalam malam yang panjang dengan seorang pria misterius yang ia temui di pesta. Pagi datang, dan Vera baru sadar bahwa pria yang tidur bersamanya adalah Dante, pria yang sangat ia benci sejak masa sekolah dulu karena perundungan yang pernah ia alami darinya. Kenangan pahit masa lalu kini kembali menghantui Vera. Dua bulan setelah kembali ke Jakarta, Vera menyadari tubuhnya berubah, dan setelah pemeriksaan, ia mendapati dirinya hamil. Terkejut dan bingung, Vera memutuskan untuk membesarkan anak itu seorang diri. Namun, takdir seolah mempermainkan. Dante, pria yang sangat dibencinya, kembali muncul dalam hidupnya, membuat segalanya semakin rumit.

Bab 1 kenyataan

Vera berdiri di tepi balkon apartemennya yang kecil di Paris, memandang ke arah jalan yang sibuk. Pikirannya jauh, terombang-ambing antara kenyataan dan kenangan yang menyakitkan. Kota ini, yang seharusnya menawarkan kebebasan dan petualangan baru, malah terasa menekan. Tiga bulan di kota yang penuh gairah ini tidak membuatnya merasa lebih hidup. Sebaliknya, ia merasa semakin terasingkan, seolah berada di luar batasan dunia yang orang lain jalani. Ada kesedihan di balik setiap senyuman yang ia tunjukkan pada orang-orang yang lewat.

Setiap detik berlalu, rasa sakit itu semakin mendalam. Kecelakaan yang merenggut impian dan kehidupan masa lalunya masih membayang, menghantuinya, meninggalkan luka yang belum sembuh. Dia tidak tahu lagi apa yang dia cari di Paris, selain melarikan diri dari bayang-bayang kehidupannya di Jakarta.

"Vera, kamu oke?" suara Kiana, teman baru yang dikenalnya beberapa minggu lalu, menyadarkannya dari lamunan. Vera menoleh, menemukan Kiana berdiri di pintu dengan ekspresi khawatir.

Vera hanya mengangguk, meskipun hati kecilnya tahu bahwa dia tidak benar-benar baik-baik saja. Kiana mendekat, duduk di sampingnya, lalu menatap Vera dengan mata penuh pemahaman.

"Aku tahu kamu nggak sedang baik, Vera. Tapi... mungkin kita butuh sedikit hiburan malam ini. Ada pesta di klub malam, banyak orang menarik. Apa kamu mau ikut?"

Vera menghela napas. Pesta. Klub malam. Semua itu terdengar seperti ide yang buruk, tetapi dia merasa tak punya pilihan lain. Keberadaannya di Paris sudah cukup lama untuk mengerti bahwa terkadang, mencoba hal baru-meskipun itu terdengar berisiko-bisa menjadi pelarian dari kenyataan yang menyesakkan.

"Boleh," jawabnya akhirnya, meskipun rasa malas masih menyelimutinya. Kiana tersenyum lebar, mata berbinar seperti biasanya.

Malam itu, Vera dan Kiana melangkah memasuki klub malam yang penuh dengan gemerlap lampu dan musik keras. Ada sensasi yang datang bersama keramaian, suara musik yang memecah keheningan dalam dirinya. Namun, semakin dalam ia masuk ke dalam klub, semakin ia merasa kesepian. Mata yang bertemu dengan matanya hanya sekilas, tidak ada yang benar-benar melihatnya.

Vera berdiri di sisi bar, memesan minuman, berusaha untuk tidak terlalu memperhatikan sekelilingnya. Tetapi ada sesuatu di dalam klub ini yang membuatnya merasa gelisah, sebuah perasaan yang mengingatkannya pada masa lalu yang lebih kelam. Dia tidak tahu mengapa, tetapi ia merasa ada yang salah.

Beberapa saat kemudian, seorang pria mendekatinya. Vera mendongak, dan jantungnya seolah terhenti sejenak. Pria itu tampak familiar, meskipun ia hampir tidak dapat mengenalinya. Rambut hitamnya yang rapi, mata birunya yang tajam, serta tubuh tegap dan wajah tampan yang sulit untuk dilupakan-itu adalah Dante. Pria yang selama bertahun-tahun ia benci, pria yang dahulu membuat hidupnya penuh dengan penderitaan.

Dante, yang kini tampaknya lebih dewasa dan memikat, tersenyum tipis saat melihat Vera. "Vera... Tak kusangka kita bertemu di sini."

Vera merasa perutnya mual. Ini tidak mungkin terjadi. Kenapa pria ini bisa ada di sini, di tempat yang sama dengannya? Wajahnya merona merah karena amarah yang perlahan muncul kembali, mengingatkan akan segala perasaan buruk yang pernah ia alami selama masa sekolah dulu. Dante adalah seseorang yang dulu membuat hidupnya menjadi neraka-perundungan yang ia terima dari pria ini masih membekas, masih terasa sakit.

"Kau... apa yang kau lakukan di sini?" suara Vera keluar lebih tajam dari yang ia inginkan, mencoba menahan emosinya yang mulai meledak.

Dante terlihat sedikit terkejut, namun segera menanggapi dengan nada santai. "Aku di sini hanya untuk menikmati malam. Lagipula, kita sudah lama tidak bertemu. Tak ada salahnya kalau kita bicara sedikit, bukan?"

Vera merasa seolah-olah dunia berputar lebih cepat. Ia tahu ia seharusnya meninggalkan tempat itu sekarang juga, menghindar dari pria yang membawanya pada kenangan pahit. Tetapi, di sini, di dalam klub yang penuh dengan orang asing ini, ia merasa seolah tak ada jalan keluar. Kiana sudah lebih dulu terlarut dalam keramaian, meninggalkan Vera sendirian dengan Dante.

Tanpa sadar, ia mendapati dirinya mengikuti langkah Dante yang mengajaknya lebih dalam ke area yang lebih gelap di klub. Di sanalah pertemuan mereka berakhir dalam keheningan yang tak terucapkan, sebuah ketegangan yang mengambang di udara. Meskipun Vera berusaha menahan, ia tidak bisa menepis perasaan aneh yang mulai muncul.

Malam itu berlanjut lebih cepat dari yang ia duga. Keberadaannya bersama Dante tidak bisa ia hindari. Ada yang aneh dalam interaksi mereka, sesuatu yang lebih dari sekadar kebencian masa lalu yang mereka bagi. Dan ketika musik mengalun lebih keras, ketika cahaya berkelip lebih terang, Vera merasakan dirinya mulai kehilangan kendali. Entah kenapa, ia tidak bisa menahan diri saat Dante mendekat lebih dekat, mendekapnya, dan dalam kebingungannya, mereka jatuh ke dalam keintiman yang tak terduga.

Pagi hari datang begitu cepat. Vera terbangun dengan rasa pusing yang luar biasa, matanya masih kabur oleh kebingungan dan kepedihan. Ketika ia membuka matanya, semuanya terasa begitu asing. Tubuhnya terbaring telentang di atas ranjang hotel yang tak dikenalnya, dan di sampingnya, Dante tidur dengan tenang.

Tubuhnya terkejut, otaknya berusaha mengingat kembali kejadian semalam, tetapi kenangan itu terlalu kabur, terlalu membingungkan. Apa yang telah ia lakukan? Bagaimana bisa ia berada di sini, di samping pria itu? Tangan Vera gemetar, matanya membelalak dengan rasa takut. Ia harus pergi, sekarang juga.

Namun, saat ia hendak bangkit, suara Dante yang berat terdengar di sampingnya. "Vera... apa yang kita lakukan kemarin bukanlah sebuah kebetulan. Kita berdua tahu itu."

Rasa sakit dan kebencian yang Vera rasakan selama ini tiba-tiba meluap begitu saja, menghantamnya dengan begitu keras. Seolah seluruh dunia berputar lebih cepat, menambahkan ketegangan pada situasi yang sudah cukup buruk.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY