Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Patah Hati Terlalu Dalam
Patah Hati Terlalu Dalam

Patah Hati Terlalu Dalam

5.0

Livia Suryani, seorang CEO muda yang telah mengukir nama besar di dunia bisnis kecantikan, dikenal dengan merek skincare "Glow Essence", sebuah perusahaan yang telah mendominasi pasar dengan inovasi dan kualitas luar biasa. Livia, yang biasa dipanggil Liv, tidak hanya sukses secara profesional, tetapi juga memiliki kehidupan pribadi yang tampak sempurna. Ia bertunangan dengan Adrian Wira, pria tampan dan berkarisma yang menjalankan bisnis showroom mobil bekas yang juga berkembang pesat. Keduanya saling mencintai dan merencanakan pernikahan mereka dalam waktu dekat. Sejak awal, hubungan Liv dan Adrian memang terlihat seperti pasangan yang sempurna. Mereka saling mendukung, penuh dengan kasih sayang dan perhatian. Liv merasa sangat beruntung memiliki Adrian, yang selalu ada untuknya, baik dalam kebahagiaan maupun kesulitan. Namun, kebahagiaan Liv berubah drastis pada suatu hari yang tak akan pernah ia lupakan. Pada malam sebelum ulang tahun Adrian, Liv merencanakan kejutan spesial untuk tunangannya. Ia ingin menunjukkan betapa dalamnya cintanya kepada Adrian, dengan membuat malam itu penuh dengan kenangan manis. Liv mempersiapkan segala sesuatu dengan cermat, mulai dari dekorasi hingga hadiah yang istimewa. Namun, saat ia tiba di rumah Adrian lebih awal untuk menyiapkan kejutan, ia justru mendapati pemandangan yang membuat jantungnya berhenti berdetak. Melalui celah pintu, Liv melihat Adrian sedang bergulat dengan seorang wanita yang tidak asing baginya-Amara, anak tiri ayahnya yang baru beberapa bulan pindah ke kota. Keduanya tampak terperangkap dalam sebuah adegan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata, saling berpelukan dan bergumul dalam keintiman yang begitu intens. Wajah Amara yang selalu tampak ramah, kini menunjukkan ekspresi penuh hasrat yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan akan dilihatnya. Liv merasakan dunia seperti runtuh seketika. Hatinya hancur, seolah ada sesuatu yang merobek setiap bagian dari dirinya. Ia tidak bisa menerima kenyataan ini. Dengan tubuh gemetar, ia bersembunyi di dalam lemari dan merekam semua yang terjadi, berharap itu akan menjadi bukti atas pengkhianatan yang baru saja ia temui. Air mata mengalir tanpa bisa ia bendung, menyesali semua yang telah ia percayai selama ini. Setelah kejadian itu, Liv merasa seluruh dunianya hancur. Adrian, yang ia percayai dan cintai dengan sepenuh hati, ternyata memiliki sisi gelap yang sama sekali tak ia ketahui. Keputusan yang berat harus ia buat, dan dengan rasa sakit yang tak terlukiskan, Liv memutuskan untuk meninggalkan Adrian, mengakhiri hubungan yang sudah dibangun selama bertahun-tahun. Namun, bukan berarti luka di hatinya langsung sembuh begitu saja. Dalam keadaan kacau dan frustasi, Liv pergi ke sebuah klub malam yang terletak di pusat kota. Ia ingin melupakan semuanya, membiarkan dirinya tenggelam dalam kegilaan malam itu. Tanpa banyak berpikir, ia menenggak alkohol hingga tubuhnya terasa ringan dan dunia di sekitarnya semakin kabur. Keesokan paginya, Liv terbangun dengan kepala pusing dan tubuh yang terasa lemah. Ia membuka mata perlahan, hanya untuk mendapati dirinya telanjang, tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya. Kaget dan bingung, Liv berusaha mengingat apa yang terjadi semalam, namun segala hal tampak kabur, seperti mimpi yang sulit dicerna. Saat ia hendak bangkit, matanya terbelalak melihat seorang pria tampan yang terbaring di sampingnya. Tubuhnya terbungkus selimut, namun tangannya masih melingkar erat di sekitar tubuh Liv, memeluknya dengan cara yang sangat posesif. Hatinya berdetak kencang, bingung dan ketakutan. Siapa pria ini? Apa yang terjadi semalam? Pria itu tampaknya tertidur dengan tenang, wajahnya yang tampan tampak begitu damai, berlawanan dengan kekacauan dalam diri Liv. Ia berusaha mengingat lagi, namun hanya menemukan kekosongan. Apakah ia mengenal pria ini? Atau mungkin ini hanya salah satu akibat dari alkohol yang ia minum semalam? Liv mencoba bangun perlahan, menghindari untuk membangunkan pria itu, namun takdir sepertinya memiliki rencananya sendiri. Pria itu terbangun dengan perlahan, membuka matanya, dan langsung menatap Liv dengan tatapan yang penuh misteri. Sebuah senyuman tipis terbentuk di wajahnya, namun ada sesuatu dalam tatapannya yang membuat Liv semakin bingung. "Selamat pagi," kata pria itu dengan suara serak, seolah baru saja bangun dari tidur yang sangat lelap. "Kau baik-baik saja?" Liv tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Ia hanya memandang pria itu, mencoba mencari jawaban dari tatapan matanya yang penuh rahasia. Apa yang terjadi semalam? Mengapa ia terbangun di samping pria ini, yang bahkan wajahnya tidak pernah ia kenal sebelumnya? Saat pria itu menarik Liv ke dalam pelukannya, Liv merasa ada sesuatu yang aneh, seperti ada hubungan tak terungkapkan di antara mereka. Namun, pertanyaan terbesar yang ada dalam benaknya adalah, siapa sebenarnya pria ini, dan mengapa dia merasa begitu terhubung dengan Liv?

Konten

Bab 1 menampilkan keramaian

Livia Suryani duduk di ruang kerjanya yang mewah, di salah satu gedung tinggi yang menjulang di pusat kota. Pemandangan dari jendela yang luas itu menampilkan keramaian kota yang tidak pernah tidur. Kota ini telah menjadi saksi dari perjalanan panjang kariernya yang gemilang. "Glow Essence", merek skincare yang ia ciptakan dari nol, kini telah menjadi simbol kecantikan dan keberhasilan di seluruh negeri. Setiap produk yang dikeluarkan selalu diterima dengan antusiasme tinggi, dan Liv merasa puas melihat apa yang telah ia capai.

Namun, di balik semua kesuksesan itu, ada satu hal yang selalu menenun benang merah dalam hidupnya: Adrian Wira.

Adrian, pria tampan dengan senyum yang mampu membuat hati siapa pun berdebar, adalah calon suaminya. Mereka telah bersama selama beberapa tahun, menjalani hubungan yang penuh cinta dan dukungan. Adrian adalah pria yang memiliki segalanya: karisma, kekayaan, dan kepribadian yang sangat menyenangkan. Semua orang yang mengenalnya akan memuji bagaimana ia begitu perhatian dan penuh kasih sayang. Tidak ada yang meragukan bahwa Adrian adalah pasangan yang sempurna bagi Liv.

Semenjak Liv bertemu dengan Adrian, ia merasa hidupnya menjadi lebih lengkap. Mereka berencana untuk menikah dalam waktu dekat, dan Liv merasa bahwa ini adalah langkah besar dalam hidupnya. Namun, meski begitu, entah mengapa ada perasaan yang terus menghantui Liv, sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan. Perasaan itu datang ketika ia harus berada jauh dari Adrian, dan pikirannya mulai dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab.

Hari itu adalah hari yang spesial bagi Adrian. Ia merayakan ulang tahunnya yang ke-35, dan Liv telah merencanakan kejutan besar untuknya. Ia ingin menunjukkan betapa ia mencintai Adrian, betapa ia menghargai setiap detik yang mereka habiskan bersama. Liv memutuskan untuk tiba lebih awal di rumah Adrian, sebelum pesta kejutan dimulai. Ia ingin memastikan segala sesuatunya sempurna.

Dengan hati yang berdebar, Liv tiba di rumah Adrian sekitar pukul lima sore. Adrian belum pulang dari pekerjaannya, jadi Liv merasa cukup lega bisa menyiapkan segala sesuatunya dengan tenang. Dia mempersiapkan dekorasi untuk pesta kecil itu, menata balon-balon yang berwarna keemasan dan merah, serta menyiapkan kue ulang tahun yang sudah ia pesan sebelumnya. Liv tidak sabar untuk melihat reaksi Adrian ketika ia masuk dan melihat semuanya. Ia membayangkan senyum kebahagiaannya, wajah Adrian yang tampak terkejut namun penuh rasa terima kasih.

Namun, rencana Liv segera berubah menjadi kekacauan saat ia mendengar suara pintu utama yang terbuka. Liv merasakan getaran di tubuhnya saat ia mendekati pintu yang menuju ke ruang utama, tetapi ia berhenti sejenak. Suara itu terdengar seperti suara Adrian yang baru saja pulang. Liv memutuskan untuk sedikit mengintipnya melalui celah pintu, berharap bisa menangkap senyum bahagia Adrian begitu melihat kejutan yang sudah disiapkan. Namun, apa yang ia saksikan justru membuat jantungnya serasa terhenti.

Di dalam ruangan itu, Adrian tidak sendirian. Ia sedang berada dalam pelukan seorang wanita, seorang wanita yang tidak asing bagi Liv. Amara, anak tiri dari ayah Adrian, yang baru beberapa bulan tinggal di kota itu, tampak terperangkap dalam pelukan Adrian. Namun, bukan hanya pelukan biasa yang ia lihat. Liv melihat lebih dari itu. Ia melihat keduanya bergumul begitu dekat, begitu liar, seperti ada sesuatu yang lebih dari sekadar ikatan fisik. Tubuh mereka saling menyatu, dan suasana di dalam ruangan itu dipenuhi dengan gairah yang tak bisa disembunyikan.

Pemandangan itu terasa seperti petir yang menyambar hatinya. Seluruh tubuh Liv merasa kaku, hampir tidak bisa bernapas. Wajahnya memucat, dan matanya terasa pedih. Ia tidak bisa bergerak, seolah-olah tubuhnya membeku dalam kekecewaan yang begitu mendalam. Adrian, yang selama ini ia cintai, ternyata memiliki hubungan gelap dengan Amara. Semua rasa percayanya yang telah dibangun selama bertahun-tahun runtuh dalam sekejap.

Liv tahu bahwa ia harus bersembunyi, karena tidak ingin diketahui sedang mengintip mereka. Namun, tubuhnya tidak bisa bergerak. Perasaan hancur itu menelannya hidup-hidup. Ia merasa setiap detik berlalu begitu lambat, dan hatinya begitu perih. Ia merasakan dunia sekitarnya mulai hancur, seperti kepingan-kepingan kaca yang jatuh ke lantai, menghancurkan setiap harapan yang ia miliki.

Akhirnya, setelah satu jam yang terasa seperti seumur hidup, Adrian dan Amara keluar dari ruangan tersebut. Liv masih terdiam di tempatnya, terkurung dalam cemas dan kebingungannya. Hatinya yang hancur kini dipenuhi dengan amarah yang menggelegak. Ia merasa terkhianati, merasa dipermalukan. Namun, rasa sakitnya jauh lebih dalam daripada sekadar amarah. Liv merasa seperti telah dibuang, seperti ia bukan siapa-siapa bagi Adrian. Perasaan itu begitu menyakitkan, lebih dari apapun yang pernah ia rasakan sebelumnya.

Malam itu, Liv tidak bisa tidur. Ia merasa terjebak dalam kekosongan, dalam kegelisahan yang tak bisa ia jelaskan. Perasaan marah bercampur aduk dengan rasa takut, rasa takut akan masa depannya tanpa Adrian. Semua kenangan indah bersama Adrian kini terasa seperti ilusi. Ia merasa terperangkap dalam kebohongan yang telah diciptakan di hadapannya. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Liv meragukan setiap keputusan yang telah ia buat.

Tanpa tujuan yang jelas, Liv akhirnya memutuskan untuk pergi keluar, mencoba mencari cara untuk melupakan apa yang baru saja ia saksikan. Ia pergi ke sebuah klub malam yang terletak di pusat kota, tempat yang penuh dengan lampu neon dan musik keras. Liv merasa kebingungannya akan sedikit mereda di sana. Ia mulai menenggak alkohol, mencoba untuk melupakan semua yang baru saja terjadi. Setiap tegukan membuatnya merasa sedikit lebih ringan, meski hatinya tetap terbelenggu dalam rasa sakit yang mendalam.

Sampai akhirnya, tubuh Liv yang kelelahan mulai menuntunnya untuk menyerah. Matanya yang mulai berat, dan perasaan pusing yang menggelayuti pikirannya, membuatnya kehilangan kendali. Ia tidak tahu berapa banyak alkohol yang telah ia konsumsi, namun perasaan yang menghantuinya tetap tidak bisa hilang. Dalam kekaburan itu, ia hanya bisa berpikir satu hal: Ia harus melupakan Adrian. Jika ia bisa melupakan semuanya, mungkin hatinya yang hancur akan sedikit lebih tenang.

Namun, kenyataan adalah sesuatu yang tidak bisa dibohongi. Dan pagi berikutnya, Liv terbangun dengan tubuh yang tak lagi terasa seperti dirinya. Ia merasa kosong, tak memiliki kendali atas apa yang telah terjadi semalam.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY