li ke dalam kegelapan yang baru saja ia coba hindari. Tapi, ia tahu, ia tidak bisa kembali. Ia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Keinginannya untuk menc
tang melalui jendela terbuka. Ruangannya terkesan mewah dan sangat elegan, dengan furnitur mahal yang menghiasi setiap sudutnya, memberi kesan bahwa ini adalah tempat yang sangat be
ya duduk di kursi dan menyentuh cangkir itu dengan jemarinya yang sedikit gemetar. Ia merasa seperti terjebak dalam mimpi buruk yang tak bisa ia bangun. Apa yang
ia kenal, meskipun wajahnya masih asing dalam ingatannya. Pria itu terlihat santai, mengenakan jas hitam yang pas di tubuhnya, dengan rambut y
ung?" suara pria itu penuh dengan nada
asa begitu kosong. "Siapa kau?" suaranya terdengar sedikit goyah
menghela napas panjang. "Aku yang membawamu ke sini, Liv. Aku ya
kejut. "Apa maksudmu? Aku
akan terus mengabaikan kenyataan. "Tentu saja kau tidak ingat, karena alkoholmu yang terlalu banyak malam itu," katanya dengan nada yang a
n bingung. "Memba
ar, Liv. Kekacauan yang lebih besar daripada yang kau bayangkan. Apa yang terjadi di rumah Adrian-itu hanya pe
enarnya terjadi semalam?" Setiap pertanyaan itu terasa seperti pisau yang menusuk ke dalam hatinya. Ingatannya semakin
"Apa yang kau lihat semalam, itu bukanlah sesuatu yang bisa kau biarkan begitu saja. Adrian dan Amara-mereka sedang bermain dengan
ikirannya, seperti dua bayangan yang terus mengejarnya, menuntutnya untuk menghadapi ke
sesuatu yang lebih besar dari hubungan mereka denganmu, Liv. Ada alasan mengapa kau berada
yang tebal antara mereka. Ada sesuatu yang lebih besar di balik semua ini, sesuatu yang tidak bisa ia paha
mpit oleh semua yang terjadi begitu cepat. Kegelisahan yang tak tertahankan menceka
melawan mereka, Liv. Tidak ada jalan lain. Kau harus menemukan siapa yang benar-be
at besar, begitu tak terkendali, dan ia merasa semakin jauh dari jalan yang semula ia kenal. Namun, satu hal yang pasti-hidupnya kini tidak akan perna
h terperangkap dalam permainan yang jauh lebih besar. Dan sek