Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Midnight Lover
Midnight Lover

Midnight Lover

5.0
5 Bab
Baca Sekarang

Tentang

Konten

"Apa yang kamu inginkan sebagai balas budi?" Aileen tersenyum singkat dan menatap lekat pada wajah tampan Luke. "Nyawa dibalas nyawa. Menikahlah dengan saya, Tuan." Wanita itu menunggu reaksi terkejut yang biasanya orang tampilkan dari wajah Luke. Namun, yang ia tunggu tak kunjung terlihat. Aileen berdecak kagum, bagaimana bisa ia mendapatkan jackpot di tengah malam? Apa karena ia mimpi dihampiri ular berwarna emas sehingga menemukan Luke? Pria itu sangat memesona. Tanpa menjawab lamaran Aileen, Luke menyodongkan pistol di hadapan wanita itu. 'Hah ... tamat sudah riwayatku.' - Aileen. "Memangnya kamu bisa memberikan malam yang panas untuk saya?"

Bab 1 Aileen

Gadis berusia 14 tahun itu terduduk lunglai. Di hadapannya ada jasad orang tuanya yang diselimuti dengan kain.

"Aileen, kamu harus kuat." Sang bibi yang sedari tadi sibuk berpura-pura menangis memegang kedua bahu Aileen. Wanita tua itu memeluk keponakannya dengan senyum miring. Dia bersyukur tak perlu mengotori tangannya untuk membunuh kedua orang itu.

"Lepaskan saya, Bibi. Rasanya sesak," ujarnya datar. Liana berdecak dan melepaskan pelukannya. Ia kemudian memasang wajah sedih lagi.

Endry menggenggam erat tangan Aileen. Ia tahu anak dari saudaranya itu sangat terpukul sampai tak mampu lagi mengeluarkan air mata. Dirinya sudah lelah menangis.

"Aku baik-baik saja, Paman. Anda tidak perlu khawatir." Gadis itu menggenggam erat tangan Endry.

Aileen tahu satu-satunya orang yang peduli dengannya hanya pamannya seorang. Walaupun sang paman bisu, Aileen bisa tahu bahwa wajah iba yang pamannya pancarkan itu tidaklah bohong. Berbeda dengan istrinya yang penuh dengan kemunafikan.

Setelah lama berkabung, kini sudah tiba untuk acara pemakaman kedua orang tuanya. Saat tandu mayat diangkat, Liana meminta semua orang untuk pulang.

"Bibi---"

"Bibi tahu, Aileen. Kamu pasti tidak ingin jika Rama dan Layla jadi tontonan saat dimakamkan, kan?" Dengan derai air mata, Liana mengatakan hal itu.

Aileen bangun dari duduknya dan menatap bibinya heran. Apalagi yang wanita itu rencanakan?

Semua orang yang hadir di sana memasang wajah sedih.

"Sepertinya yang dikatakan Bu Liana benar. Aileen sedari tadi hanya diam dan tak mengatakan apa pun pada kita."

"Tidak, bukan begitu ....." Aileen meremas ujung bajunya sembari menunduk. Liana tersenyum kecil kemudian merangkul bahu Aileen.

"Saya mohon maaf atas ketidaksopanan Aileen."

"Tidak, Bu Liana. Harusnya kami yang mengerti keadaan keluarga kalian saat ini. Maafkan kami. Kalau begitu kami undur diri dulu. Mari, Bu."

Aileen mengangkat wajahnya, ia menatap resah pada orang yang berbondong-bondong mulai keluar dari rumahnya itu.

"Tung---" Remasan kuat pada bahunya membuat Aileen bergeming. Ia meringis pelan karena Liana meremas bahunya kuat sampai kulitnya terasa perih.

Saat semuanya telah pergi, Endry menarik tangan Liana yang langsung dihempas oleh wanita itu. "Lepas!"

"Paman." Aileen mendekati Endry, tapi tangannya ditahan oleh Liana. Ia diseret masuk ke kamar dengan rambut yang digenggam kuat.

"Bibi, sakiiit."

Sesampainya di kamar, Aileen didorong dengan keras hingga perutnya mengenai ujung meja. Gadis itu meringis sakit. Bukan hanya munafik, tapi bibinya sudah sangat kejam.

"Dengar, Aileen. Rumah dan harta orang tuamu, saya yang pegang. Kamu paham, kan?"

Aileen terdiam. Ia sudah tahu itu. Saat Aileen memejamkan mata sembari mengingat kenangan bersama orang tuanya, ia mampu mendengar suara sang bibi yang tengah berbincang dengan seseorang. Di balik banyaknya suara, suara bibinya lah yang paling jelas ia dengar.

Hanya karena alasan dirinya masih muda dan belum mampu mengatur keuangan keluarga, harta dan rumah sementara diurus oleh sang bibi.

Aileen benci memiliki pendengaran yang tajam jika harus mendengar suara jahat orang-orang keji itu.

"Hanya malam ini saja kamu beristirahat. Besok kamu harus ikut dengan saya."

Aileen menghela napas berat saat pintu kamarnya ditutup. Ia memegangi perutnya yang perlahan mengeluarkan darah. Gadis itu mengambil gunting dan menggunting seprai putih di sana. Ia kemudian melilitkan kain itu di lingkaran perutnya.

Kali ini, ia hanya perlu menunggu waktu tengah malam untuk pergi dari sini. Dari perbincangan sang bibi, Aileen tahu bahwa Liana tak akan membiarkannya hidup tenang. Aileen akan dibawa ke rumah bordir.

Jika bukan malam ini, ia tak akan bisa kabur lagi. Aileen hanya perlu bertahan sampai tengah malam saja.

***

Tepat tengah malam, Aileen mendekatkan telinganya ke pintu. Gadis itu memfokuskan diri agar mampu mendengar suara yang jauh darinya. Ia kemudian bernapas lega saat mendengar suara dengkuran kecil dari Liana.

Aileen merogoh saku celana hitamnya. Beruntung ia kembali ke kamar setelah Liana mengatakan rencananya itu. Dengan perlahan Aileen membuka pintu kamar, menutup dan menguncinya lagi.

Gadis itu mengendap-endap mencari jasad orang tuanya terlebih dahulu. Jika Liana saja tega terhadap dirinya, ia pasti tidak akan sungkan membiarkan jasad orang tuanya membusuk tanpa dikuburkan sama sekali.

Jantung Aileen berdetak kencang saat mendekati jasad orang tuanya. Ia mencoba menguatkan diri agar bisa mendekati tubuh kaku orang yang dikasihinya.

"Tidak, Aileen. Jangan menangis sekarang. Ini bukan waktu yang tepat untuk menangis."

Aileen memegang kuat dadanya yang terasa sesak. Bahkan perih di perutnya sudah tidak terasa lagi karena dadanya yang sudah semakin sesak. Gadis itu meringkuk sebentar, menutup mulutnya agar tak mengeluarkan suara sementara matanya sedari tadi penuh dengan air mata.

Ia mengingat kembali perkataan ayahnya. "Leen, meskipun nanti kehidupan yang kamu jalani akan sangat sulit, jangan pernah mencoba untuk mengakhiri hidupmu. Ayah tidak ingin, anak ayah ini putus asa hingga mengakhiri hidupnya. Semua masalah pasti ada jalan keluarnya. Tinggal kamu saja yang berusaha mencari jalan keluar itu."

Elusan lembut hingga senyum ayahnya waktu itu masih ia ingat jelas. Aileen tersentak dan terduduk rapat saat ia merasakan sentuhan di bahunya.

Dengan cepat gadis itu menghapus air matanya. Kenapa ia tak mendengar suara langkah kaki. Aileen memejamkan mata. Apa ia sudah ketahuan oleh sang bibi?

Genggaman lembut yang ia rasakan, membuat Aileen membuka mata dan menatap lega pada pamannya.

"Paman." Endry mengisyaratkan agar Aileen diam. Ia menggerakkan tangan selaras dengan bahasa isyarat yang Aileen pahami.

Aileen mengangguk, mengiyakan rencana pamannya itu. Mereka lalu bekerja sama mengangkat dan menaruh jasad itu ke dalam mobil. Aileen meninggalkan rumah itu bersama sang paman.

"Paman, kita akan pergi ke mana?" Endy hanya tersenyum mengisyaratkan Aileen tak perlu khawatir.

Gadis itu menatap sekitar saat mobil yang mereka kendarai masuk di sebuah gang kecil. Banyak penjual serta wanita berpakaian seksi berkeliaran di sekitar gang. Sampai saat mobil berhenti tepat di sebuah rumah kecil di ujung gang.

Endy menarik tangan Aileen pelan agar ikut dengannya. Lelaki itu kemudian mengetuk pintu sebuah rumah. "Sebentar. Malam-malam datang ke rumah orang!"

Pria itu terkejut saat menatap Endy. Ia lalu memeluk Endy. "Lama tak jumpa, Teman."

Endy berbincang sebentar dengan pria itu sembari menatap Aileen iba. "Jadi kamu mau menjual mobil ini?"

"Paman, aku ingin mobilnya ditukar dengan sepetak tanah saja." Aileen berucap singkat. Endy bertanya untuk apa ia membutuhkan tanah.

"Aku ingin membangun rumah dulu untuk orang tuaku, Paman."

Endy sedih. Keponakannya harus pergi dari rumahnya sendiri sembari membawa jasad kedua orang tuanya. "Paman, tidak usah khawatir. Aku baik-baik saja. Bisa kabur dari bibi itu sudah jadi keberuntungan tersendiri."

Endy mengangguk dan menatap teman prianya itu. "Tolong berikan tanah bisa dipakai untuk menanam dan juga membangun rumah. Jika bisa, aku juga ingin tanah itu tak terlalu jauh dari pasar."

Yah, Aileen memutuskan untuk hidup mandiri dengan berladang seperti usaha yang tengah digeluti orang tuanya dahulu.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 5 Same Fate   Hari ini09:27
img
1 Bab 1 Aileen
30/04/2025
2 Bab 2 Meet You
30/04/2025
3 Bab 3 Wedding Vows
30/04/2025
4 Bab 4 Briefs
30/04/2025
5 Bab 5 Same Fate
30/04/2025
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY