Unduh Aplikasi panas
Beranda / Anak muda / ENIGMA: When We Are
ENIGMA: When We Are

ENIGMA: When We Are

5.0
20 Bab
2 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

"Lo harus bahagia, Sa. Tapi lo adalah sebuah kebahagiaan yang gue punya," -Elang Albimanyu. Elang Albimanyu adalah seorang pemuda yang merindukan rumah, ia broken home bisa dibilang seperti itu. Yang benar-benar membutuhkan rumah untuk ia pulang, yang menerima keluhnya. Namun, nyatanya bagi seorang Elang rumah itu bukan tentang bangunan, tetapi cinta dan kasih sayang ia mereka kasih akan membentuknya sendiri apa arti rumah sebentarnya. Namun, pertemuannya dengan seorang gadis yang belum melupakan masa lalunya itu, tetapi salah Elang, yakni mencintai gadis yang belum melupakan masa lalunya. Perlahan, gadis itu mencintainya, bahkan selalu membuat Elang kesal tengah tingkahnya apa lagi wajah judesnya itu. "Cukup lo berhenti, apa gue yang pergi?" -Sabiru Anantasya. Cinta merasa sangat rumit, tapi yakini lah seorang Elanglah yang akan merubah segalanya tentang Sabiru Anantasya yang merupakan wakil ketua osis, dan Elang termasuk anggota osisnya.

Bab 1 Dapat Dare

"Bjir lo! Ngapain lo kasih gue tentangan ga bener.. Nih ya, tantangan yang asik dong!" sunggut gadis kuncir kepang satu yang tengah merungut gara-gara dapet tantangan dari sahabatnya itu.

Tadi, kedua gadis remaja itu gabut dan main truth or dare, dan ia mendapatkan dare. Apa lagi, sahabatnya menantang untuk jadian selama seminggu dengan anggota osisnya sendiri yang ia tak kenali.

SEMINGGU? BAYANGKAN SAJA!

Kenal saja tidak, jarang akrab, ya begitu lah. Tak mungkin juga seorang gadis yang penuh gengsi itu ngajak kenalan, apa lagi dengan cowo. No! Gabisa!

"Lagian kenapa si, Sa? Lagian kan cuma seminggu, nih ya lo mau gue kasih tantangan yang lebih dari itu?"

Sabiru Anantasya. Nama gadis itu yang tengah kena tantangan dari Leora Alena-sahabatnya itu.

Sabiru mendengus kesal. "Ga! Tetap aja ga kenal gila lo yah!? Gue ga kenal dia, Leo! Gue gamau.. Apa kata semesta nanti? Malu-maluin!"

"Biasanya juga malu-maluin kok, tenang aja sama gue, Sa. Dia tuh cuek tau, dia juga rajin. Masa lo ga kenal anggota lo sendiri si? Lagian itu SEMINGGU!" ucapnya Leora ikut kesal. Ia menghampirinya dan duduk disebelahnya disofa kamar Sabiru.

"Seminggu doang gue tau. Tapi mikir lah, gue gamau pacaran. Apa lagi pacaran sama anggotanya sendiri.." jawabnya geli sendiri. Bayangkan saja sudah geli sendiri, bagaimana itu terjadi? Oh no!

Tiba-tiba ada ide yang masuk dalam otaknya, dan Leo tersenyum menatap Sabiru yang tengah marah padanya. Bagi Sabiru, itu bukan senyuman biasa, namun luar biasa.

Sabiru mengangkat satu alis kirinya dan menatapnya, kemudian mengatakan padanya sahabatnya itu, "senyuman lo penuh bau jigong, Le. Makanya lo punya rencana pastinya."

Leora berdecak kesal. Bisa-bisanya Sabiru tau. Ia menggelengkan kepalanya cepat, lalu menjawab, "ngga! Gue itu tersenyum manis, buat lo. Lagian lo ga mau si, gue bilang aja sama anggota lo terutama ketua osis, kalo elo! Sabiru Anantasya takut dengan tantangan. Apa lagi, lo itu... Wakil ketua osis, seharusnya bisa terima tantangan." ancam Leora. Ia bangkit dari tempat duduknya, ia pun melangkah untuk menuju pintu kamar Sabiru

Mata Sabiru melotot. Ia tau, sahabatnya tak pernah main-main dengan ancamannya, apa lagi ia tak mau jika jabatannya merusak nama baik osis mau pun sekolah karena acaman dari Leora. Leora mungkin tidak menyebar sesuai fakta, namun lebih dari itu, bisa menjelekkan nama dirinya.

"JANGAN! GILA LO!? GUE GAMAU NAMA GUE ITU KOTOR!" sentak Sabiru cepat. Leora yang tepat di depan pintu ia menatap pintu sejenak, ia tersenyum smirk.

Leora mendapatkan jawaban seperti itu pun, menoleh, sambil memutarkan tubuhnya. "So? Gimana?"

Sabiru menelan salivanya dengan berat hatinya, kepalanya memunduk. "Gue... Gue..." ujarnya berbata-bata.

Leora mendengar itu pun memutarkan bola matanya malas. "Yaudah lah kalo ga mau, gampang gue tinggal cus aja, Sa." Ia melangkah lagi untuk membuka pintunya.

"STOP! Oke. Gue mau, lo tinggal kirim aja kontaknya."

"Yuhu! Asikkk!" seru Leora membuat Sabiru menatap heran pada sahabatnya itu.

Leora anjing! Babi, bangsat! Intinya gue ga akan suka kok, tenang aja. Gue gamau kalah!

***

"Leora!!!" pekiknya sembari menghampiri gadis itu dibangkunya. Gadis yang bernama Leora tengah memperhatikan ponselnya itu.

Sampainya Sabiru disamping Leora, dan memperhatikan Leora, ia memutarkan bola matanya malas. Ia pun dengan kesalnya, mengebrak mejanya membuat Leora kaget, kemudian menoleh padanya.

Kedua alis Leora terangkat. "Lo kenapa? Dateng-dateng marah-marah ga jelas lo. Ada apa?" tanya Leora tidak santai.

"Gimana si lo, Leo. Dia ngatain gue gila tau ga!? Bener-bener ngajak ribut banget, gue eneg bangett!" geramnya. Kedua tangannya mengepal di depan mukanya.

Leora tersenyum kekeh, "emang lo gimana chatnya? Dia sensian, jadi ya lo harus lemah lembut, gausah judes begitu."

"Gimana bisa gue lemah lembut, Leora!" Setelah mengatakan hal itu, Ia duduk disampingnya, tasnya masih berada dipundaknya. Kemudian ia mengacak-acak ramputnya fruastasi.

Leora mengubah posisinya, menjadi ia duduk menghadapnya. "Emang lo kemarin chatnya gimana?"

"Gue ngajak kenalan, dia gamau! Gila banget, dia. Orang banyak kok yang mau kenalan sama gue, lah apa? Dia? DIA NGATAIN GUE GILA!" seruannya.

Leora menggelengkan kepalanya tak heran pada sahabatnya itu. Sejatinya, wajahnya saja yang judes, galak, namun lain dengan hati. "Hadeh, wakil ketua osis lembek amat, kaya roti aja lo."

Mendengar hal itu, Sabiru yang tadinya merengek, pun jadi matanya molot karena ucapan dari sahabatnya itu. "Gini-gini anggota osis, lo apa?"

"Ck, udah ah. Lo masih gamonin dia, Sa?" tanya Leora mengalihkan topik membicaraannya.

Asal kalian tau, ya. Sabiru itu gamon sama mayat, dia tinggal pas sayang-sayangnya, nyesek sekali. Namun nasib seperti itu. Sudah hampir tiga tahun gamon, pada akhirnya ditinggal mati olehnya.

Sabiru mengangguk pelan. "Iya, masih. Siapa si yang ga gamon sama cowo modelan kaya dia? Udah baik, ga main tangan, ga toxic sama cewe, pokoknya ibaratkan kalo sama cewe itu ngetreat banget gila."

"Makanya, gue mau lo jadian sama anggota lo sendiri, Sa." ungkap Leora membuat Sabiru diam sejenak.

"Dia ada akan digantikan oleh siapapun."

...

"KAMU ITU ANAK SIALAN! MAU SEKOLAH? MAU JADI APA KAMU, HM!?" bentak seorang wanita paruh baya yang tengah menatap seorang pemuda.

Pemuda itu memakai seragam sekolah khasnya, pakaiannya begitu tidak rapih. Ia tak peduli jika dipandang buruk oleh orang lain. Ia menatap datar pada wanita itu.

Sudah biasa, mentalnya tidak seperti permen karet kok, santai saja.

"Bisa jadi apa aja, yang gue mau." jawabnya singkat tanpa ekspresi.

"ITU OMONG KOSONG!" sentaknya tak percaya pada omongan anaknya itu. Wanita itu keras, pada putranya saja, lain lagi pada anak kesayangannya.

Pemuda itu tersenyum smirk, "omong kosong lo yang ngomong, emang lo ga pernah sekolah?"

Elang Albimanyu, nama lengkap pemuda itu. Elang membenci rumah, seperti nereka hawanya, tidak seperti keluarga yang lain. Pemuda itu benci pada wanita itu.

Wanita tersebut geram akan ucapan dari putranya itu. Tangannya sangat gatal ingin memukulnya, namun tak jadi dan menatap Elang sejenak, lalu pergi dengan kesalnya.

"Gue benci disini." gumam lirihnya. Tak sadar, air matanya menetesi pipinya, ia menghapus air matanya kasar.

"Gue benci rumah ini." ucapnya. Setelah itu pemuda itu keluar untuk pergi sekolah.

Tanpa disadari, seorang gadis remaja mendengar semuanya. Matanya berkaca-kaca, gadis itu adalah adeknya, adek kesayangannya yang selalu dibangga-banggakan oleh Elang.

Gadis itu menatap kepergian Elang menggunakan motor dengan lanju. "Aku sayang koko.."

"Ko, maafin Nara.."

...

"Make baju yang bener." tegas Bian selaku osis yang tengah menjaga digerbang masuk sekolah, bersama wakil ketuanya.

Elang memutarkan bola matanya malas, "gue males, nanti aja." ujar entengnya.

"HEH! INI TUH SEKOLAH LO MAU JADI PREMAN KALO LO SEKOLAH MAKE BAJU BEGITU HAH!?" pekik Sabiru pada Elang.

"Brisik lo bocah." ketusnya menatap datar pada Sabiru.

Sabiru berdecak kesal. "Lo niat sekolah apa ngepank? Kaya preman sekolah aja lo." komentarnya.

"Lang, gue minta lo kekamar mandi sekarang, buat masukin baju lo, beberapa menit lagi mau upacara, seharusnya lo lebih displin." tegur Bian pada pemuda itu.

Udah biasa hari senin hari yang membuat Sabiru sedikit kesal gara-gara tingkah Elang, padahal udah tau aturan tapi entah kenapa seperti pura-pura tidak tau.

"Cowo sinting emang," umpat Sabiru menatap kearah lain meskipun didengar oleh Elang dan Bian.

Elang memutarkan bola matanya. "Cewe gila. Sok paling tegas, lo cerewet banget, suaranya kaya masih bocah, cocoknya lo masuk tk lagi."

Setelah mengatakan hal itu, ia berjalan melewati Sabiru yang tengah menahan emosinya. Sabiru tak tahan lagi, ia tak bisa disepelekan oleh siapapun, termasuk dia!

"COWO SINTING LO! MAU JADI PAHLAWAN LO MAKE BAJU BEGITU HAH?!" teriak Sabiru pada Elang. Awalnya Sabiru ingin mengejarnya, namun dicegah oleh Bian.

Elang mendengar hal itu bibirnya melengkung keatas membentuk senyuman, apa lagi alangkahnya terhenti. "Cewe gila, tapi menarik," monolognya.

"Ck! Bian, ngapain lo malahan cegah gue? Dia tuh ga disiplin! Seenaknya begitu, ya kali yang punya sekolahannya, apa?" Sabiru kesal.

Bian tersenyum, "kita udah biasa Sabi. Jadi, kita harus sabar, meskipun terus-terusan begitu, dia tetap tau tepat waktu kok." belanya.

"LO BELAIN DIA SI?"

Pemuda itu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Gue ga belain dia kok, dia itu anggota osis, Bi. Jadi, lo juga harus hargai dia."

"HAH?" pekik Sabiru tak percaya padanya. Kenapa ia tak pernah melihatnya sebelumnya? Kenapa mendadak jadi osis? Tidak! Tidak mungkin seorganisasi dengan cowo sinting tidak!

Sabiru menggelengkan kepalanya. "Ga! Lo bohong kan? Masa dia osis juga, lagian gue ga pernah liat dia kalo lagi rapat, apa ada acara apapun."

"Dia memang begitu, tapi dia tau segalanya tentang acara atau rapat."

"Lo kira dia peramal? Cenayang lo maksud?"

Bian kekeh mendengar ucapan dari Sabiru. "Dia bukan peramal mau pun cenayang, Bi. Dia selalu cari informasi sendiri tanpa ketahuan sama orang lain."

"Artinya dia cowo sinting." tindas Sabiru.

"Dan lo! Lo ngapain panggil gue Sabi? Kenapa ga sekalian sapi begitu?" dumelnya tak suka sungguh dengan nama itu, rasa-rasanya mirip dengan sapi namanya.

"Karena gue pengen gue panggil lo dengan nama khusus buatan gue, gue ga suka lo dipanggil sama, sama oranglain."

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 20 Rahasia   05-29 18:25
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY