Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Tawanan Mafia : you are mine
Tawanan Mafia : you are mine

Tawanan Mafia : you are mine

5.0
5 Bab
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Hidup Aluna Grizelle yang awalnya damai dan tenang, berubah menjadi suram. Ketika dia di culik oleh seorang mafia kejam dan tidak berperasaan. Aluna tidak sendiri, ada beberapa orang bernasib sama sepertinya, dikurung dan di sekap oleh seorang mafia bernama Arsenio Ganendra. Arsenio tidak membiarkan satu orang pun kabur, pilihan mereka hanya dua, diam dan mengikuti perintah Arsenio, atau mati jika memberontak. Aluna terjebak, dia terjebak lebih jauh dalam kehidupan seorang mafia kejam bernama Arsenio. Bisakah Aluna melepaskan diri? Atau justru dia akan terjebak selamanya di hidup Arsenio?

Bab 1 Orang misterius

Bulan sudah bertukar dengan matahari, langit yang semula hitam kini berubah menjadi biru. Pagi yang cerah dengan kicauan burung yang merdu, semua orang mengawali harinya. Begitu juga dengan Aluna Grizelle yang sedang bersiap-siap untuk bekerja, menjadi seorang staff di kantor milik sahabatnya.

Aluna berpakaian rapi seperti biasanya, rambut panjangnya di biarkan terurai dengan make up tipis di wajahnya. Memberikan kesan cantik dan manis dalam dirinya. Setelah selesai bersiap-siap, Aluna segera beranjak pergi keluar dari kamarnya.

"Daddy!" Aluna berteriak heboh memanggil ayahnya yang sedang duduk di meja makan. Tidak lupa dia mencium pipi Prayoga-ayahnya sebelum duduk bersama.

"Dad, kenapa kamu masak nasi goreng lagi?" tanya Aluna menatap dua piring nasi goreng di meja makan, pasalnya dia merasa bersalah jika ayahnya yang memasak makanan untuknya.

"Kenapa, Aluna? Ayo makan, aku yakin rasanya pasti enak," ucap Prayoga tersenyum dengan bibir pucat.

Hal itu membuat Aluna menghela napas panjang, lalu berkata, "Dad, aku tau masakan ini pasti enak, tetapi kamu sedang sakit. Jangan melakukan apapun sendiri, aku yang akan masak sebelum berangkat kerja."

"Aluna, aku sudah banyak merepotkan mu. Semenjak perusahaan kita bangkrut, kamu yang susah payah sendiri. Apa salahnya aku memasak untukmu," jawab Prayoga masih dengan senyumannya.

Aluna bangkit dari tempat duduknya, kemudian memeluk ayahnya. "Jangan bicara seperti itu, sudah tugasku untuk menggantikan kamu sekarang. Yang terpenting Daddy bisa sembuh seperti dulu, oke?" ucapnya mengeratkan pelukannya.

Sementara Prayoga hanya bisa diam, dan tersenyum melihat putrinya yang sudah dewasa dan bertanggung jawab. Prayoga dulunya merupakan pengusaha sukses, namun semuanya berakhir saat dia di khianati oleh rekan bisnisnya dan perusahaannya pun bangkrut. Sejak saat itu sakit jantung Prayoga semakin parah, membuatnya tidak bisa melakukan apapun. Sehingga Aluna yang menggantikan posisi ayahnya untuk bekerja.

"Ayo makan, sampai kapan kamu mau memeluk aku," tutur Prayoga menarik tangan Aluna dan menyuruhnya duduk di sampingnya.

Aluna pun menurut, dan mereka pun memakan masakan Prayoga dengan lahap.

"Aku berangkat dulu, Dad! Jaga diri baik-baik ya, aku akan pulang awal hari ini." Aluna berpamitan pada Prayoga.

Sementara Prayoga tampak gelisah, tidak tau kenapa dia merasa akan terjadi sesuatu yang buruk. Tetapi dia berusaha tetap tersenyum di depan Aluna, walaupun hatinya merasa cemas.

"Hati-hati Aluna!" ucap Prayoga melambaikan tangannya menatap Aluna yang sudah mulai menjauh.

'Semoga tidak terjadi sesuatu.' batin Prayoga sambil memegang dadanya yang sedikit sakit.

***

Tidak lama setelah itu, Aluna sampai di kantornya. Dia mengerjakan pekerjaannya seperti biasa, kali ini dia memang harus menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat karena sudah berjanji pada Prayoga untuk pulang cepat.

"Aluna, apa pekerjaanmu masih banyak?"

Aluna yang semula sibuk dengan laptopnya, menoleh menatap seseorang yang memanggilnya. "Tidak, ini tinggal sedikit lagi. Ada apa Daniel?" jawabnya hanya menatap Daniel sekilas.

Daniel merupakan bos, sekaligus sahabat Aluna yang membantu Aluna mendapatkan pekerjaan itu.

"Jika sudah selesai, bisakah kamu menemaniku untuk meeting dengan client hari ini?" tanya Daniel yang masih berdiri di samping Aluna.

Tampak Aluna sedang berfikir sejenak, walaupun pada akhirnya mengangguk sambil berkata, "Tentu saja, jam berapa kita pergi?"

"Lima belas menit lagi, kamu siap-siap sekarang." Setelah mengatakan itu, Daniel melenggang pergi dengan tertawa ringan.

Sedangkan Aluna mendengus kesal, karena dia pikir satu jam lagi mereka akan pergi. Ternyata dia hanya di beri waktu lima belas menit saja, baiklah sepertinya nanti malam Aluna akan lembur mengerjakan pekerjaan yang tertunda.

"Dasar menyebalkan." Aluna memasukkan semua berkas dan laptop yang di perlukan kedalam tas, kemudian pergi menemui Daniel.

Tidak lama kemudian, mereka berdua berangkat ke tempat yang sudah di sepakati oleh client mereka. Keduanya sudah mempersiapkan presentasi agar meeting hari ini berhasil.

"Berkasnya semua sudah siap kan, Aluna?" tanya Daniel saat berada di dalam mobil bersama Aluna.

Aluna mengecek kembali berkas yabg ada di tasnya, lalu menjawab, "Yah, sepertinya ada yang ketinggalan."

Jawaban Aluna sontak membuat raut muka Daniel seketika datar, dia menatap Aluna sambil menghela napas panjang. "Aluna, kamu tau meeting ini sangat penting. Berkas apa yang ketinggalan?" Karena panik, Daniel merebut tas Aluna sedikit kasar, kemudian mengeceknya sendiri.

Aluna tertawa melihat raut muka panik Daniel. "Kenapa kamu sangat panik? Tenanglah, aku hanya bercanda. Aku membawa semuanya, dan sudah mempersiapkan semua dengan benar," ucapnya masih dengan tawa jahil.

Daniel bernapas lega, tidak mungkin mereka kembali untuk mengambil berkas karena mereka sudah cukup jauh dari kantor. Waktunya juga tidak akan sempat.

"Kenapa kamu sangat menyebalkan, Aluna!" Daniel mencubit pipi Aluna dengan gemas, ingin sekali dia menciumnya. Eh?

Mereka berdua bercanda dan tertawa di dalam mobil, untuk mencairkan suasana. Namun tanpa di sadari, jalan yang mereka lalui berbeda dengan tujuan mereka. Tidak lama kemudian Daniel mulai merasa curiga, karena jalan yang mereka lalui sangat sepi dan sempit.

"Pak, ini kita sudah sampai mana ya?" tanya Daniel sambil mengerutkan keningnya.

"Hampir sampai, pak. Saya lewat jalan pintas agar cepat sampai," ucap supir itu dengan senyuman yang sulit di artikan.

Daniel dan Aluna awalnya percaya saja, tidak curiga sama sekali dengan supir itu. Namun tiba-tiba saja, mobil mereka berhenti di sebuah gedung tua. Hal itu membuat Daniel dan Aluna bingung.

"Pak, kenapa berhenti di sini! Saya janjian sama client saya di cafe. Kenapa jadi di gudang kayak gini?" Daniel marah-marah karena sudah emosi.

Supir itu tidak menjawab, dia keluar dari mobil dan membuka pintu belakang. "Diam! Keluar sekarang!" Bentak sopir itu menyeret Daniel keluar.

"Apa-apaan ini!" Daniel memberontak dan dia baru menyadari jika sopir itu bukan orang yang bekerja di kantornya.

Sementara Aluna yang terkejut, dia ikut keluar dari mobil hendak menahan Daniel. Namun beberapa orang berpakaian hitam keluar menghadangnya.

"Kalian siapa!" Aluna menatap mereka satu persatu, kakinya perlahan mundur. Karena pria berbadan besar itu melangkah menghampirinya.

"Aluna! Pergi dari sini! Mereka bukan orang baik!" teriak Daniel yang masih berusaha memberontak, tetapi bukannya lepas. Daniel justru di pukuli oleh kedua orang yang menyeretnya tadi.

'Sialan, seharusnya aku tadi di dalam mobil saja dan meminta bantuan. Mereka pasti mau berniat jahat, aku harus bisa kabur dari sini.' batin Aluna mengepalkan tangannya.

Setelah itu Aluna memilih lari dari sana, tapi sialnya kakinya tersandung sebuah balok kayu.

Brukk...

"Aww... Sialan, kenapa harus jatuh sih!" umpat Aluna kesal, dia berusaha berdiri. Tetapi terlambat, dua orang berbaju hitam yang mengejarnya tadi sudah lebih dulu menemukannya. Akhirnya Aluna di seret kembali ke gudang tua itu, sesampainya di sana. Aluna di pertemukan dengan Daniel yang sudah di ikat.

"Lepaskan kita! Apa mau kalian, ha? Kenapa kalian mengurung kita seperti ini!" teriak Aluna, dia memberontak minta untuk di lepaskan.

"Diam kamu! Jangan berteriak di sini, mengerti? Kalian tidak akan bisa lolos dari kita! Jika kalian terus memberontak, aku akan membunuh kalian!" ucap seseorang yang menyamar menjadi sopir tadi. Setelah mengancam Aluna dan Daniel, dia pergi menelpon seseorang. Sepertinya itu atasannya.

"Ck, lepaskan aku!"Aluna kembali memberontak saat hendak di ikat di kursi seperti Daniel. Aluna juga sempat bisa lepas, dan memukul dua orang yang hendak mengikatnya.

Bukk...

Suara nyaring terdengar, saat Aluna berhasil memukul dua orang itu dengan balok kayu di sampingnya. Tak lupa menendang kemaluan dua orang itu, Aluna tau kelemahan pria tanpa harus bersusah payah.

"Mati saja kalian! Tidak berguna!" ucap Aluna setelah memukuli mereka, kemudian dia berlari menghampiri Daniel dengan menyeret kakinya yang sakit.

"Daniel! Apa kamu baik-baik saja?" Aluna berusaha membuka tali yang mengikat Daniel, sebelum orang-orang itu kembali mengikat mereka.

"Berhasil! Kita keluar dari sini, ayo!" ucap Aluna bahagia, menarik tangan Daniel untuk pergi dari sana.

Dor!..

Namun belum sempat melangkah keluar dari gudang itu, suara tembakan terdengar nyaring di telinganya.

"Sudah aku peringatkan, jangan coba-coba kabur dari sini!" sentak supir palsu tadi dengan pistol di tangannya.

Supir palsu tadi melangkah mendekati Daniel dan Aluna, dengan menodongkan pistol ke depan. Sambil berkata, "Jangan bergerak! Jika tidak mau mati saat ini juga."

"Siapa sebenarnya kalian!" Daniel kali ini benar muak dan kesal.

"Diam! Mati saja kamu!"

"Jangan!" teriak Aluna saat pistol itu di arahkan ke Daniel.

Dor!!!

Satu peluru berhasil melesat kembali, menimbulkan suara yang cukup keras. Daniel mati?

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 5 Ketegangan malam   05-15 11:42
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY