Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / KUBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU
KUBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU

KUBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU

5.0
5 Bab
3 Penayangan
Baca Sekarang

Adiba Zahwa Shaqueena tak akan menyangka akan dikhianati sang suami. Pada malam ulang tahun pernikahan yang ke-5, ia berniat memberikan kejutan berupa kabar kehamilannya, tapi malah mendapati Arkan Farrel Mahendra tengah berselingkuh dengan Jaslin Emalia Salifah, sahabatnya sendiri. Demi menutupi kesalahan, Arkan pun berkomplot dengan Jaslin untuk melenyapkan Adiba setelah gagal memaksanya menandatangani surat cerai. Adiba berhasil diselamatkan Savian Keenan Argantara, CEO Argantara Group, tapi dinyatakan keguguran. Savian pun membantu Adiba kembali ke rumah dengan berpura-pura hilang ingatan dan memulai pembalasan. Kedekatan mereka yang sama-sama memiliki dendam pada Arkan dan keluarganya, membuat Savian menaruh hati pada Adiba. Bersamaan dengan itu, Arkan menceraikan Adiba yang mulai sukses karena desakan Jaslin dan menikahi selingkuhannya itu. Akankah balas dendam tertuntaskan saat ternyata Arkan menginginkan Adiba kembali yang bahkan sudah menjadi istri Savian? Dapatkah cinta Savian membuat Adiba jatuh dalam pelukan sang miliader? Ataukah kembalinya orang di masa lalu Savian berhasil merebut posisinya?

Konten

Bab 1 Pengkhianatan Suami dan Sahabatku

Seorang perempuan memasuki Nirmala Resort yang sepi. Senyumnya merekah. Memakai gaun berwarna putih dan anting panjang berbentuk bulan sabit semakin membuatnya tampak elegan.

"Aku tak sabar untuk memberimu kejutan. Hadiah kecil yang sudah lama kita nantikan." Perempuan itu mengelus perutnya. Mengambil kotak mini dari dalam tas yang ternyata berisi tespack bergaris dua.

Dia adalah Adiba Zahwa Shaqueena. Perempuan berusia tiga puluh tahun yang baru saja dinyatakan hamil setelah penantian panjang selama lima tahun.

Perempuan itu mengelus perut, memasukkan kotak mini dalam tas, lalu menuju ke kamar 12 seperti yang suaminya katakan. Jantungnya berdegup kencang seiring langkahnya yang kian mendekati kamar 12.

"Kau pakai gaun yang aku belikan kemarin, ya. Aku tunggu di Nirmala Resort jam 21.00. Aku menyiapkan kejutan di kamar nomor 12. Awas kalau kau telat. Ada kejutan spesial untukmu."

Begitulah yang dikatakan sang suami, membuatnya datang lebih awal karena tak sabar. Perempuan biasa sepertinya berhasil menikahi seorang Arkan Farrel Mahendra, CEO dari Mahendra Group, tentu menjadi kebahagiaan tersendiri.

Adiba yang kini berdiri di depan pintu kamar 12, menghentikan langkah. Tangannya yang hendak memutar gagang pintu, terhenti ketika samar-samar mendengar suara lirih dari dalam.

"Ah, jangan lakukan itu," ujar seseorang yang tentunya bukan suara Arkan, melainkan suara perempuan, membuat Adiba penasaran.

"Tapi, kau suka, kan? Ayolah, kenapa kamu menutupi tubuhmu? Buka lingerienya." Kali ini suara laki-laki terdengar. Adiba yakin itu suara suaminya. Arkan bersama perempuan lain di kamar itu? Adiba menelan ludah dengan kesulitan.

"Nakal! Kenapa tanganmu menjalar ke mana-mana?" Lagi-lagi suara perempuan terdengar, semakin membuat Adiba yakin untuk masuk dan mengetahui dengan siapa Arkan menikmati kamar yang 'katanya' di pesan khusus untuk ulang tahun pernikahan mereka yang ke-5.

"Kenapa kau melakukannya? Bagaimana kalau istrimu tahu?" Terdengar suara perempuan untuk yang kesekian kalinya.

"Biarkan saja. Aku tak peduli."

Adiba memegangi dada. Mendekatkan telinga pada pintu. Suara perempuan itu....

Suaranya mirip dengan suara Jaslin, sahabatnya. Adiba menbekap mulutnya. "Tidak mungkin!" Dadanya bergemuruh hebat. Tangannya kian bergetar saat memutar gagang pintu yang ternyata tidak dikunci.

Pemandangan di depannya sangatlah menyakitkan. Tampak sang suami tengah memadu kasih bersama dengan perempuan lain di kasur dengan tubuh ditutupi selimut, sampai tak menyadari kedatangannya.

Tangan itu spontan menjatuhkan tas, lantas membekap mulut, menahan agar suaranya tidak terdengar. Hanya air matanya yang keluar, seolah-olah berbicara tentang rasa kecewa dan sakit tak bisa berdiri dengan tegak.

"Mas!" jerit Adiba, membuat sang suami langsung menoleh. Bergegas menutupi tubuh. Benar saja, perempuan yang bersama Arkan di ranjang adalah Jaslin Emalia Salifah, sahabatnya.

"Teganya kau melakukan ini padaku! Kau...bersama Jaslin? Apa yang-"

Adiba kehilangan kata-kata. Lidahnya seperti dikunci. Hanya air matanya yang deras mengalir.

"Kau sudah sampai? Padahal belum pukul 21.00." Seolah tak bersalah, Arkan turun dari ranjang setelah memeriksa arloji, lantas memakai pakaiannya.

Sementara Jaslin langsung mengambil lingerie hijau dan kardigan, lalu memakainya tanpa malu atau merasa bersalah telah tidur bersama suami sahabatnya.

"Bagaimana kalian bisa melakukan ini kepadaku? Mas, ini malam ulang tahun pernikahan kita. Kau...kau bilang akan memberikan kejutan, tapi apa ini? Kau berselingkuh dengan Jaslin?"

Adiba membekap mulutnya. Rasanya ia bagai dikuliti hidup-hidup. Sungguh, kepalanya terasa dihantam batu puluhan kilogram. Apa yang terlihat membuatnya pucat. Mendadak saja perutnya nyeri tak tertahan.

"Memang kenapa kalau aku selingkuh dengan suamimu? Mas Arkan mencintaiku. Dia memintamu datang untuk memeriksa kejutan? Ya, inilah kejutannya."

Jaslin memeluk Arkan dari belakang. Memamerkan perbuatan dosanya di depan istri sah yang dibuat kecewa dengan pengkhianatan besar itu.

"Apa?" Adiba belum sepenuhnya mengerti.

"Sudahlah, Diba, kenapa kamu terkejut? Aku dan Jaslin sudah menjalin hubungan sejak dua tahun lalu. Aku sengaja mengundangmu ke sini agar kau tahu, aku tak mencintaimu lagi."

Arkan merapikan rambutnya. Bersikap tenang saja, sementara sang istri bagai kehilangan separuh nyawa.

"Dua tahun? Jadi, selama dua tahun kau mengkhianatiku? Apa salahku, Mas? Apa yang kurang dari caraku mencintaimu? Kenapa kamu malah memilih Jaslin?"

Adiba menangis. Ia benar-benar tak pernah membayangkan malam ini akan sangat menyakitkan. Suami yang selalu tampak mencintai, memberikan semua yang ia inginkan, nyatanya berbuat nista dengan berselingkuh.

"Kenapa kau bodoh! Mas Arkan bosan hidup monoton denganmu. Kau bahkan tak bisa memberinya keturunan. Aku yakin, kau pasti mandul," ujar Jaslin, terus saja menempel pada Arkan.

"Mas, aku datang untuk memberi tahu sesuatu. Sebenarnya aku sedang ha-"

Adiba yang hendak mengatakan bahwa dirinya tengah hamil, terhenti saat tiba-tiba sang suami melempar amplop padanya dengan kasar. Gelagapan ia menangkap amplop itu.

"Aku memintamu datang ke sini untuk menunjukkan surat cerai kita. Aku sudah mengurusnya," kata Arkan.

"A-apa?" Adiba mengeluarkan isi amplop, lantas membaca isinya. Kertas yang berisi surat cerai yang sudah ditandatangani oleh sang suami.

Adiba benar-benar tak menyangka sang suami diam-diam merencanakan perpisahan. Tidak! Dia tidak bisa membiarkan ini terjadi. Arkan harus tahu bahwa dirinya hamil.

Dia berpikir mungkin sang suami hanya goyah sesaat. Berharap pengkhianatan itu akan berakhir saat mengetahui dirinya tengah hamil.

"Cepat akhiri semua ini! Tanda tangani segera, maka kita akan resmi berpisah. Pengacaraku sudah menyelesaikan tugasnya, tinggal kau!" Arkan menunjuk sang istri yang menggeleng.

"Aku tidak mau bercerai. Mas, tolong, dengarkan aku sebentar saja. A-aku akan memaafkan kesalahan kalian, asal kau mau mempertahankan rumah tangga kita. Ini demi an-"

Lagi-lagi Adiba tak dapat menyelesaikan kalimatnya saat Arkan langsung berujar. "Siapa bilang aku butuh maaf darimu? Aku sudah muak hidup denganmu selama ini. Dua tahun aku diam, tapi tidak sekarang. Cepat tanda tangani!"

"Ayo, Diba, tanda tangan! Biarkan Mas Arkan menjadi milikku. Bukankah kau pernah bilang, apa pun yang aku inginkan boleh aku ambil? Aku menginginkan suamimu, jadi aku akan mengambilnya." Jaslin mengingatkan.

"Itu bukan tentang hubungan Jaslin, tapi barang. Mas Arkan bukan barang yang bisa aku berikan pada orang lain, apalagi kau!" jawab Adiba.

"Banyak bicara!" Arkan mengambil pulpen. Memberi isyarat pada Jaslin agar melakukan sesuatu. Perempuan itu mengangguk, langsung memegangi kedua tangan Adiba.

"Lepaskan! Kau mau apa? Lepaskan aku, Jaslin! Kau perempuan jahat! Teganya kau selingkuh dengan suami sahabatmu sendiri! Dasar pelakor!" teriak Adiba, memberontak.

"Apa aku terlihat peduli?" jawab Jaslin.

"Aku akan membuatmu berhenti menyusahkan." Arkan menarik paksa tangan kanan sang istri. Memaksanya untuk menandatangani surat perceraian. Adiba memberontak, membuat surat cerai itu sobek.

"Beraninya kau!" Arkan memelototi. Diremasnya surat cerai yang sudah sobek. Tangannya spontan menampar pipi Adiba.

"Mas, aku serius. Aku sedang hamil, Mas. Dokter bilang sudah lima minggu. Mas, dengarkan aku." Adiba memberontak saat Jaslin menyeretnya. Tak memedulikan rasa sakit karena tamparan sang suami.

Adiba semakin memberontak. Dia tak mau terjadi sesuatu pada janin dalam kandungannya. Meskipun ia akan diceraikan sepihak dan dengan penuh penyiksaan, Adiba dapat menerima.

Namun, dia tak terima kalau anak dalam kandungannya akan terdampak juga. Adiba bertekad, dia tidak akan membiarkan dua jahat itu menyakiti bayinya.

"Lepaskan aku, Pelakor!" Adiba menyentak tangannya. Jaslin menaikkan sudut bibir. Berdecak pinggang di depan Adiba yang kini menyeka air mata.

"Aku tak menyangka, selama ini aku hidup bersama monster! Aku tak akan membiarkanmu menyakiti Anakku!" Adiba meraba perutnya.

"Berhenti bicara omong kosong! Kesabaranku sudah habis!" hardik Arkan.

Hilang sudah rasa sakit dalam diri Adiba. Yang tersisa hanya kebencian. Melihat wajah Arkan membuatnya merasa ingin sekali melampiaskan amarahnya. Mendekat ia, memukul dada sang suami berkali-kali sambil meluapkan amarah.

Arkan hanya diam, memberi isyarat pada Jaslin yang langsung mengangguk. Perempuan itu mengambil kepala pajangan rusa di dinding. Dengan penuh kebencian, dipukulkannya ke kepala Adiba berkali-kali walaupun berat.

"Ahh!" Adiba berbalik, membuka mulutnya lebar-lebar. Memegangi kepala. Perempuan itu mulai sempoyongan, merasakan kepalanya berdenyut keras. Perempuan malang itu terjatuh dan tak sadarkan diri.

Jaslin membuang pajangan kepala rusa. Membekap mulut karena kaget dengan perbuatannya.

"Astaga! Apa yang aku lakukan? Mas, bagaimana ini?" Jaslin saling berpandangan dengan Arkan. Keduanya mulai kebingungan bagaimana cara menyembunyikan tubuh Adiba yang wajah dan gaunnya berlumur cairan pekat berwarna merah.

"Eee...anu! Kita buang saja. Masukkan dia ke dalam mobil, lalu buang dia ke jurang. Dengan demikian, orang yang menemukannya akan berpikir dia tewas karena jatuh," usul Arkan. Dia tak mau ada yang mengetahui perbuatannya yang telah berkhianat.

Jaslin tampak berpikir seraya mendekati Arkan. Ia mengusap wajah berkali-kali. "Kalau dia belum mati?" tanyanya, menyangsikan pendapat selingkuhannya.

"Dia pasti mati kalau jatuh dari ketinggian. Lagi pula luka di kepalanya pasti parah. Sudah jangan banyak pikir." Arkan memungut tas Adiba.

Beberapa saat berpikir, Jaslin memutuskan setuju dengan usul Arkan. Keduanya pun mengangkat tubuh Adiba dan memasukkannya ke dalam mobil Adiba agar tak dicurigai. Yakin situasi di resort aman, Arkan mengendarai mobil istrinya, sedangkan Jaslin naik mobil Arkan.

Pria itu melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, membawa tubuh Adiba ke tempat yang jauh. Tujuannya hanya satu, menlenyapkan bukti.

Selang setengah jam kemudian, Arkan menghentikan mobil di dekat jurang, lantas memindahkan tubuh Adiba beserta tasnya ke kursi kemudi. Ia dibantu Jaslin mendorong mobil dengan kekuatan penuh agar terjatuh.

Lambat laun usaha mereka membuahkan hasil. Perlahan tapi pasti, mobil bergerak miring, mulai meluncur dari tebing menuju ke jurang yang cukup dalam dan gelap. Keduanya memerhatikan mobil yang meluncur sambil mengatur nafas.

"Cepat tinggalkan tempat ini!" seru Jaslin.

Setelah yakin akan berhasil, keduanya bergegas pergi sebelum ada yang melihat, meninggalkan tubuh Adiba yang terbentur di dalam mobil karena kencangnya kendaraan itu meluncur.

Apa yang akan terjadi pada Adiba? Mungkinkah ia dan janinnya masih memiliki kesempatan untuk bertahan dan selamat?

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 5 Chapter Lima   Kemarin lusa14:32
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY