/0/24608/coverbig.jpg?v=bf25a176b00c418376355bc8252f0915)
Perjalanan menemukan jatidiri " Warning" "Explicit content"
Perjalanan menemukan jatidiri " Warning" "Explicit content"
Aku terbangun dalam keadaan terbaring di atas tempat tidur yang empuk, dikelilingi empat dinding yang terasa asing namun nyaman. Entah siang atau malam, aku tak tahu pasti. Yang kurasakan hanyalah dingin yang menyelimuti sekujur tubuhku, seolah udara di ruangan ini membeku. Tidak ada panas, tidak ada sejuk, hanya sensasi aneh yang membuatku ingin terus berbaring.
Aku tak ingat berapa lama aku sudah terbaring di sini. Perlahan, aku membuka mata, mencoba mengenali tempat ini. Sekilas, ruangan ini mirip bangsal rumah sakit-dinding putih, bau antiseptik samar di udara. Tapi anehnya, aku tidak merasa sakit. Tidak ada jarum infus di tanganku, tidak ada nyeri di tubuhku. Hanya... kebingungan.
Srreek. Suara pintu berderit memecah keheningan. Langkah kaki mendekat, pelan tapi pasti, membuat bulu kudukku berdiri. Aku buru-buru memejamkan mata lagi, takut entah apa yang akan muncul. Jantungku berdegup kencang, seolah ada ancaman tak kasat mata yang mengintai.
"Wah, ternyata masih ada pasien di sini, ya?" Suara lembut tapi tegas menggema di ruangan. Pasien? Aku? Aku jelas-jelas tidak sakit! Tapi sebelum aku bisa protes, aku merasakan kehadiran seseorang begitu dekat dengan ranjangku. Aroma parfum manis menyelinap ke hidungku, membuatku semakin gelisah.
"Tak perlu berpura-pura tidur, ya." Suara itu kini lebih dekat, hampir berbisik di telingaku. Aku membuka mata perlahan, dan... astaga. Di depanku berdiri seorang perempuan-suster, dari seragam putih ketat yang membalut tubuhnya. Wajahnya cantik, dengan kulit mulus yang seolah memancarkan cahaya lembut. Matanya tajam, tapi ada senyum kecil di bibirnya yang bikin jantungku tambah tak karuan.
"Eh, iya, Sus... maaf, saya..." Aku tergagap, suaraku serak. Aku bahkan tidak tahu harus bilang apa.
"Sst, jangan banyak bicara dulu," katanya sambil mencondongkan tubuhnya ke arahku. Jari telunjuknya yang ramping mendekat ke bibirku, menyentuhnya lembut. "Biar aku cek dulu tubuhmu."
"Tapi, Sus, saya nggak sakit!" protesku lemah, tapi tubuhku seolah tak bisa menolak. Tangannya mulai menyusuri tubuhku, dari lengan, dada, hingga ke dahiku. Setiap sentuhan membuatku gemetar, keringat dingin mulai membasahi kulitku. Aku, Deni, pemuda 17 tahun yang selama ini cuma tahu main bola dan nge-game, tiba-tiba merasa seperti anak kecil yang tak tahu harus berbuat apa di hadapan wanita ini.
"Ya ampun, keringatmu banyak banget. Kamu panas, ya?" tanyanya dengan nada khawatir, tapi matanya seolah menyimpan sesuatu yang lain-sesuatu yang bikin darahku berdesir.
"Ti-tidak, Sus, saya cuma..." Aku tak bisa menyelesaikan kalimatku. Pikiranku sudah kacau. Dia tiba-tiba berbalik, mencari sesuatu di saku seragamnya. "Ehm, saputangan... di mana ya?" gumamnya sambil meraba-raba sakunya. Gerakannya begitu... menggoda. Tangan kecilnya menyusuri lekuk tubuhnya, dari saku atas hingga ke bagian dada yang-astaga-membuatku menelan ludah. Aku berusaha mengalihkan pandangan, tapi mata ini seolah punya kehendak sendiri.
Tiba-tiba, saputangan itu terjatuh ke lantai. Dengan gerakan yang seolah tak sengaja, dia menunduk untuk mengambilnya, posisinya... ya Tuhan, menungging tepat di depanku. Seragamnya yang ketat memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan jelas. Aku merasa darahku mendidih, tubuhku bereaksi dengan cara yang tak bisa kukendalikan. Di bawah sana, sesuatu mulai bangun, setengah tegang, dan aku cuma bisa berdoa dia tidak menyadarinya.
"Maaf, ya, lama ambilnya," katanya sambil kembali mendekat, saputangan di tangannya kini mengelap keringat di dahiku. Gerakannya pelan, teliti, dan matanya tak pernah lepas dari mataku. Tatapannya penuh gairah, seolah menantangku untuk bereaksi. Aku cuma bisa menahan napas, berusaha tak salah tingkah, tapi... astaga, kancing atas seragamnya ternyata terbuka satu, memperlihatkan sedikit belahan yang bikin kepalaku pening.
"Su-sus, itu... kancingnya..." Aku menunjuk dengan tangan gemetar, berusaha bersikap sopan.
Dia menoleh ke bawah, lalu tersenyum nakal. "Oh, ini? Kamu perhatiin banget, ya?" Tanpa kusangka, dia malah membuka satu kancing lagi di bagian bawah. "Gimana kalau begini? Suka?"
Aku tergagap, tak bisa menjawab. "Ha... Sus, maksudnya apa...?" Tapi tubuhku lebih jujur di bawah sana, aku sudah tak bisa menyembunyikan apa yang kini berdiri penuh, menegang di balik celana.
"Tuh, kan, ini yang kutunggu-tunggu," bisiknya sambil tersenyum licik. Tangannya tiba-tiba merayap, menyelinap ke dalam celanaku. Aku tersentak, napasku tersengal.
"Sus, ini... aduh, pelan-pelan, Sus!" Aku hampir tak bisa berpikir jernih. Sensasi itu terlalu kuat, terlalu nyata.
"Mau lebih dari ini?" tanyanya dengan nada menggoda, tangannya terus bergerak, membuatku semakin tak berdaya.
"Aduh, Sus, ini... enak banget, tapi..." Aku tak bisa menahan diri lagi. "Ahh, Sus, aku nggak tahan... mau... mau keluar...!"
BBYAAAAARR!!!
Aku tersentak bangun, napasku tersengal-sengal. Tubuhku basah kuyup, bukan cuma dari keringat, tapi juga air yang tiba-tiba menyiramku. Di depanku berdiri kak Lisa, memegang gayung dengan ekspresi kesal bercampur geli.
"Deni! Bangun, kebo! Udah jam berapa ini?!" bentaknya, tapi ada senyum kecil di wajahnya.
"Ha... ha... iya, Ka, aku bangun..." Aku masih gelagapan, mencoba memahami apa yang terjadi. Aku melirik ke bawah-celanaku basah, tapi bukan cuma karena air yang disiramkan kak Lisa. Astaga, mimpi basah lagi.
"Buruan mandi! Tadi mamah udah coba bangunin, ga bangun-bangun. Ngigau apa sih lo, sampe senyum-senyum sendiri?" tanya kak Lisa sambil berbalik menuju pintu.
"Iya, deh, Ka, aku mandi dulu..." jawabku lemah, berusaha menyembunyikan rasa malu. Kak Lisa meninggalkan kamarku, dan aku hanya bisa menatap kasur yang basah dengan perasaan campur aduk. Apa-apaan sih mimpi tadi? Dan kenapa rasanya begitu... nyata?
--Bersambung--
petualangan dan ego *Konten ini mengandung elemen-elemen yang mungkin tidak sesuai untuk pembaca di bawah usia 18 tahun, termasuk tetapi tidak terbatas pada:* -Kekerasan grafis -Bahasa kasar dan sarkasme -Humor gelap dan tema dewasa -Referensi implisit terhadap konten sensual Konten ini ditujukan untuk pembaca dewasa yang memahami batasan fiksi dan fantasi. Pembaca diharapkan bijak dalam menilai kesesuaian materi dengan preferensi pribadi. ⚠️ Baca dengan tanggung jawab.
Seharusnya takdir punya papan peringatan. Semacam disclaimer tebal yang bertuliskan: "PERHATIAN: Hidup Anda akan segera berubah menjadi lelucon kosmik yang konyol. Mohon siapkan mental, tisu, dan perhaps, sabun anti-bakteri."
Blurb : Adult 21+ Orang bilang cinta itu indah tetapi akankah tetap indah kalau merasakan cinta terhadap milik orang lain. Milik seseorang yang kita sayangi
Maya terpaksa menggantikan posisi adik perempuannya untuk bertunangan dengan Arjuna, seorang pria cacat yang telah kehilangan statusnya sebagai pewaris keluarga. Pada awalnya, mereka hanyalah pasangan nominal. Namun, segalanya berubah ketika identitas Maya yang sebenarnya secara bertahap terungkap. Ternyata dia adalah seorang peretas profesional, komposer misterius, dan satu-satunya penerus master pemahat giok internasional .... Semakin banyak yang terungkap tentang Maya, Arjuna semakin merasa gelisah. Penyanyi terkenal, pemenang penghargaan aktor, pewaris dari keluarga kaya - ada begitu banyak pria yang menawan sedang mengejar tunangannya, Maya. Apa yang harus dilakukan Arjuna?!
Untuk memenuhi keinginan terakhir kakeknya, Sabrina mengadakan pernikahan tergesa-gesa dengan pria yang belum pernah dia temui sebelumnya. Namun, bahkan setelah menjadi suami dan istri di atas kertas, mereka masing-masing menjalani kehidupan yang terpisah, dan tidak pernah bertemu. Setahun kemudian, Sabrina kembali ke Kota Sema, berharap akhirnya bertemu dengan suaminya yang misterius. Yang mengejutkannya, pria itu mengiriminya pesan teks, tiba-tiba meminta cerai tanpa pernah bertemu dengannya secara langsung. Sambil menggertakkan giginya, Sabrina menjawab, "Baiklah. Ayo bercerai!" Setelah itu, Sabrina membuat langkah berani dan bergabung dengan Grup Seja, di mana dia menjadi staf humas yang bekerja langsung untuk CEO perusahaan, Mario. CEO tampan dan penuh teka-teki itu sudah terikat dalam pernikahan, dan dikenal tak tergoyahkan setia pada istrinya. Tanpa sepengetahuan Sabrina, suaminya yang misterius sebenarnya adalah bosnya, dalam identitas alternatifnya! Bertekad untuk fokus pada karirnya, Sabrina sengaja menjaga jarak dari sang CEO, meskipun dia tidak bisa tidak memperhatikan upayanya yang disengaja untuk dekat dengannya. Seiring berjalannya waktu, suaminya yang sulit dipahami berubah pikiran. Pria itu tiba-tiba menolak untuk melanjutkan perceraian. Kapan identitas alternatifnya akan terungkap? Di tengah perpaduan antara penipuan dan cinta yang mendalam, takdir apa yang menanti mereka?
Cerita ini banyak adegan panas, Mohon Bijak dalam membaca. ‼️ Menceritakan seorang majikan yang tergoda oleh kecantikan pembantunya, hingga akhirnya mereka berdua bertukar keringat.
Tiga tahun lalu, Terence jatuh cinta pada Jean dan mereka bertunangan. Semuanya berjalan baik-baik saja, sampai Julia, saudara perempuan Jean, mabuk dan tidur dengan Terence suatu malam karena alasan yang tidak diketahui. Karena pergantian peristiwa yang tiba-tiba ini, Terence akhirnya menikahi Julia, dan Jean memutuskan untuk pergi ke negara lain. Namun, Terence menolak untuk menyentuh Julia sekali pun sejak malam itu, dan kebenciannya pada Julia tumbuh setiap hari. Pada hari Jean kembali, Terence segera memutuskan untuk menceraikan Julia, dan tidak peduli seberapa keras Julia memohon untuk tidak menceraikannya, dia tidak dapat digoyahkan. Merasa dikhianati oleh saudara perempuannya dan pria yang dicintainya, Julia bersumpah pada dirinya sendiri bahwa dia akan membalas dendam dan membuat mereka menyesali apa yang telah mereka lakukan padanya.
© 2018-now Bakisah
TOP