tungku berdegup kencang, dan celanaku-astaga-basah kuyup, bukan cuma karena siraman air dari kak Lisa. Aku menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri, tapi pikiranku masih
uk yang tergantung di dinding, dan berlari ke kamar mandi. Air dingin yang menyiram tubuhku sedikit membantu menenangkan gejolak da
ke arahku. Aku mencoba tersenyum, tapi malah merasa canggung. "Apa-apaan sih tadi itu?" gumamku pada diri sendiri. Aku tahu aku sedang berada di fase hidup yang a
ek, lalu berjalan ke ruang makan. Di meja sudah tersaji nasi goreng sisa semalam, dengan telur mata sapi yang
gala?" tanyaku sambil menarik kurs
banget! Udah dibangunin mamah dari tadi, ga bangun-bangun. Aku sampe harus ambi
igau apa?" Aku berusaha terlihat santai
l suster gitu," kata kak Lisa sambil terkekeh. "Mimp
malu. Kak Lisa cuma tertawa, lalu kembali sibuk dengan ponselnya. Aku menghela napas lega, tapi di dalam hat
mbantu menjernihkan pikiranku. Di lapangan, temen-temenku sudah pada kumpul-Rudi, si tukang gombal Bima, yang selalu
tanya Rudi sambil melempar bola basket ke arahku. Aku
engalihkan perhatian dengan melempar bola ke ring. Tapi l
lo ampe segitu kacaunya!" Bima nyengir leb
nyeletuk, "Deni, lo beneran lagi mikirin cewek, ya? Ceritain dong, siapa? Atau jangan-
tar. Tika cuma nyengir, matanya yang cokelat itu seolah bisa lihat menembus kepa
enapa rasanya begitu nyata? Dan kenapa aku ngerasa aneh tiap dekat Tika tadi sore? Aku menghela napas, menutup buku pelajaranku, dan memandang l
mesum yang bikin aku nyaris tersedak lagi. Tapi di bawah meme itu, ada pesan dari Tika: "D
u harus cerita? Atau ini cuma jebakan Tika yang iseng? Yang
rsam