yang mirip suster di mimpiku, dan Tika, dengan candaannya yang bikin aku panik. Aku nggak tahu kenapa tiap buka buku, kata "hormon" malah bikin kepalaku penuh baya
nggak kelihatan-mungkin lagi ke tetangga atau pasar. Kak Lisa, dengan kaus longgar dan celana pendek yang bikin kaki
ter-atau Bu Vina-terus berputar di kepalaku, ditambah candaan Tika tadi di kantin. Aku nggak tahu kenapa, tapi rasanya aku perlu
aku pelan, sambil mainin rem
soal cewek? Atau lo masih mikirin suster yang lo ngigauin k
an sekarang aku nggak bisa fokus, apalagi tadi pas pelajaran Biologi..." Aku berhenti, ta
Suster itu ngapain aja di mimpimu? Jangan-jangan lo fantasiin yang nggak-nggak!" Dia ngeliatin a
api aku sampe keringetan, terus... yah, gitu deh," kataku buru-buru, berusah
ni, lo lucu banget sih! Itu normal, tahu! Namanya juga cowok umur 17, hormon lo lag
ingung. "Maksu
hati ini." Dia mencondongkan tubuhnya ke arahku, suaranya jadi setengah berbisik, kayak takut tetangga denger. "Jadi gini, minggu lalu aku sama pacarku, Dika, kan abis jalan-j
ggak tahu harus ngapain-ketawa, kabur, atau nutup telin
awalnya ragu, takut ketahuan, tapi... yah, pas aku pegang, dia udah tegang banget, Den. Aku cuma, yah, ngelakuin apa yang dia suka. Mulutku
alaku panas, apalagi karena aku baru aja mimpi soal suster tadi malam. "Ka, lo ngg
asain sendiri suatu saat nanti. Tapi jangan sembarangan, ya-pilih cewek
ia!" protesku, tapi jantungku malah deg-degan mikir
er dia suka ngegodain lo. Mungkin dia naksir, Den. Lo cuma perlu berani sedikit." Dia berdir
u dia jail, tapi nggak nyangka sejauh itu. Dan sekarang, bayangan suster, Bu Vina, sama Tika bercampur jadi satu di kepalaku. Beso
rsam