Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Dikhianati Suami, Dicintai Sahabat
Dikhianati Suami, Dicintai Sahabat

Dikhianati Suami, Dicintai Sahabat

5.0
6 Bab
2 Penayangan
Baca Sekarang

Setelah dikhianati dan diceraikan oleh suaminya, akhirnya Evita bertemu lagi dengan sahabat lamanya, Arya. Pria yang dulu menjadi cinta pertamanya. Akankah cinta Evita kepada Arya kembali tumbuh? Dan apakah perasaan Evita akan berbalas? Temukan jawabannya dalam kisah DIKHIANATI SUAMI, DICINTAI SAHABAT

Konten

Bab 1 1. Dikhianati

Dengan dada yang terasa sesak dan tubuh gemetar, kedua tangan Evita terkepal kuat. Kilat kemarahan dan perasaan kecewa terlihat jelas, dari kedua netra wanita tersebut.

"Tega kamu lakukan ini padaku, Mas! Setelah tiga tahun aku setia menantimu keluar dari penjara, ternyata ini balasan yang aku terima!" salak Evita dengan geram.

Ingin rasanya saat ini juga, ia mengambil benda apa saja yang ada di dekatnya, untuk dilemparkan ke wajah Dito, suaminya. Tapi ia masih berusaha menahan kesabaran, agar tidak lepas kendali.

Bukannya merasa bersalah atau takut melihat kemarahan sang istri, Dito justru tersenyum sinis. Tanpa perasaan malu, pria itu menyibak selimut yang menutupi tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang pun. Kemudian beringsut turun dari ranjang untuk mengambil boxer, yang tergeletak di lantai.

Melihat tubuh polos suaminya, Evita langsung membuang muka. Wanita itu merasa jijik dengan suaminya sendiri. Sedangkan wanita yang tertangkap basah oleh Evita tengah masyuk bersama dengan sang suami, tetap duduk di atas ranjang dengan santainya.

Siska, kekasih gelap Dito, berusaha menutupi tubuh polosnya dengan selimut. Tapi tak terlihat rasa takut sedikit pun dari wajahnya. Mungkin karena dia berpikir, jika Dito pasti akan membela dan melindunginya.

"Jangan sok suci, Vit! Aku yakin, kamu juga pasti memiliki lelaki simpanan, selama aku mendekam di dalam penjara. Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat. Siapa yang tahu, apa yang sudah kamu lakukan selama tiga tahun itu!" Dito memutar balikkan situasi, seakan istrinya lah yang lebih dulu berselingkuh.

Dengan tatapan nyalang, Evita menghunus Dito dengan sorot matanya.

"Hampir sepuluh tahun kita menikah, apakah kamu pernah melihatku keluar rumah tanpa seijinmu? Apakah pernah kamu melihat dengan matamu sendiri, atau mendengar dari mulut orang lain, jika aku pergi dengan seorang pria, selama kamu berada di dalam penjara?" Evita berkata dengan emosi yang meluap.

"Itu karena kamu terlalu pintar menutupi kebusukanmu! Makanya tidak ada yang melihatmu bersama dengan pria lain." Dito tetap memojokkan Evita dengan sikapnya yang arogan."

Cukup, Mas! Sudah cukup kamu menjelek-jelekkan aku tanpa bukti! Kamu lah yang selama ini selalu berselingkuh! Sudah dua kali kamu kepergok berselingkuh dengan teman sekerjamu, tapi aku maafkan. Aku pikir kamu akan berubah setelah keluar dari penjara. Tapi ternyata tidak! Kamu sama sekali tidak berubah!" salak Evita yang sudah hilang kesabaran.

"Aku tidak butuh maaf darimu! Kalau kamu tidak suka dengan perbuatanku, kamu boleh pergi dari rumah! Kalau kamu ingin bercerai, silahkan saja! Lagipula aku sudah muak denganmu yang selalu terlihat kumal dan tidak terawat!" Dito berkata dengan kedua tangan yang diletakkan di pinggang.

Evita terhenyak mendengar perkataan suaminya. Wanita itu merasa tidak percaya, dengan kata-kata yang baru saja didengarnya. Mati-matian dia berusaha mempertahankan pernikahan, meskipun berkali-kali diselingkuhi. Bahkan saat suaminya mendekam di dalam penjara karena kasus korupsi pun, ia tetap bertahan dan menunggu sampai pria itu bebas dari jeruji besi.

Bukannya semakin sayang pada istrinya karena kesetiaan dan pengorbanan Evita selama ini, Dito malah membalas kesabaran wanita tersebut, dengan pengkhianatan.

"Apakah kamu sadar dengan ucapanmu, Mas?" Dengan suara rendah, Evita bertanya. Wanita itu sudah tidak dapat lagi menahan air matanya.

"Tentu saja aku sadar sesadar-sadarnya. Memangnya kamu pikir kenapa selama ini aku selalu mencari hiburan di luar rumah? Itu karena aku sudah bosan, melihat penampilanmu yang kucel dan sama sekali tidak menarik. Belum lagi suara tangisan anak-anak yang membuat kepalaku terasa mau pecah!" Dito mengungkapkan kekesalannya selama ini.

"Aku tidak punya waktu merawat diri, karena aku sibuk mengurus anak-anak dan mengurus pekerjaan rumah. Apa pernah kamu menolongku mengurus anak-anak? Apakah kamu pernah membantuku melakukan pekerjaan rumah?" Evita berusaha membela diri, karena tidak ingin dijadikan kambing hitam, dalam kemelut rumah tangganya.

"Bukan tugasku untuk melakukan semua pekerjaan itu. Tugasku hanya bekerja dan menghasilkan uang, untuk memenuhi semua kebutuhanmu dan juga anak-anak. Aku dipenjara juga karena kalian. Aku terpaksa korupsi demi memenuhi kebutuhan kalian semua." Kini Dito menyalahkan Evita dan anak-anaknya, atas musibah yang sudah menimpanya.

"Itu tidak benar! Aku tahu kamu korupsi demi pacar gelapmu. Kamu hambur hamburkan uang untuk menyenangkan dia. Membelikan apapun yang dia inginkan!" Evita kembali membela dirinya.

"Sudahlah, aku capek berdebat denganmu! Wanita tidak tahu diuntung! Seharusnya kamu merasa beruntung memiliki suami sepertiku, yang bisa memberikanmu tempat tinggal dan makan!" tukas Dito.

"Besok aku tidak ingin melihatmu lagi di rumah! Besok pagi aku akan pergi ke pengadilan agama, untuk mendaftarkan gugatan cerai!" tegas Dito yang sudah bulat dengan keputusannya.

"Semudah itu kamu menceraikan aku, Mas? Bagaimana dengan anak-anak? Apakah kamu tidak memikirkan perasaan mereka, jika mereka sampai tahu orangtunya bercerai?" tanya Evita yang masih berusaha mempertahankan rumah tangganya, demi ketiga anaknya yang masih kecil-kecil.

"Itu bukan urusanku! Dari awal pernikahan aku sudah mengatakan padamu, jika aku belum siap memiliki anak. Tapi kamu bersikeras untuk hamil hingga melahirkan tiga orang anak!" ungkit Dito.

"Sekarang pergi dari sini! Aku tidak sudi melihat wajahmu lagi!" usir Dito sembari berjalan mendekati Evita.

Pria itu menarik pergelangan tangan Evita dengan kasar. Membawanya keluar dari rumah kontrakan wanita selingkuhannya. Mendorong tubuh Evita hingga tersungkur di halaman rumah. Lalu pria itu kembali masuk ke dalam rumah dan menutup pintu dengan sangat keras.

Perlahan Evita bangkit dan duduk di atas jalanan paving. Air mata masih terlihat luruh dari kedua sudut matanya. Rasa perih terasa di kedua lututnya. Benar saja, kedua lututnya tampak berdarah.

Evita hanya dapat menatap kedua lututnya dengan hati perih. Lebih perih dari luka di kedua lututnya. Hatinya hancur dan bingung. Kini ia tidak tahu, kemana harus pergi dengan membawa tiga orang anak bersamanya.

Perlahan Evita melangkah sambil menahan rasa sakit di lututnya. Otaknya penuh dengan berbagai macam pikiran. Terutama pikiran tentang ketiga anaknya.

Selama hampir dua bulan, Evita berusaha untuk kuat dan bertahan demi anak-anaknya. Bahkan saat suaminya tidak pulang sampai berhari-hari, ia tetap berusaha melindungi perasaan anak-anaknya, dengan mengatakan jika ayah mereka sibuk kerja di luar kota. Padahal sebenarnya ia sudah mendengar desas-desus dari para tetangga dan beberapa teman, yang mengatakan jika Dito sudah memiliki kekasih baru.

Dengan berbekal alamat yang diberikan oleh salah seorang temannya, Evita memberanikan diri untuk datang menemui suaminya di rumah wanita selingkuhannya. Dan ternyata omongan semua orang terbukti benar. Walaupun sudah menyiapkan mental sejak ia datang ke rumah itu, tapi tetap saja rasanya sesak melihat dengan kepalanya sendiri, suami tercinta tengah berbagi peluh, di atas tempat tidur dengan wanita lain.

Dengan langkah pelan, Evita berjalan menyusuri trotoar dengan tatapan kosong. Teriknya sinar matahari dan pikiran yang membebani isi otaknya, membuat tubuh Evita terasa lemah. Pandangan wanita itu tiba-tiba kabur. Hingga akhirnya semua menjadi gelap. Tubuhnya pun ambruk dan tak sadarkan diri.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 6 6. Menjadi LC   06-20 20:04
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY