/0/6948/coverbig.jpg?v=8ff9e9c83d7f3be4311a6ea8a317628f)
Dihina karena memiliki paras jelek, miskin, bodoh dan penyakitan, Arkana bangkit kembali untuk membalaskan dendam pada mantan kekasihnya, Felicia yang dulu meremehkannya. Dengan kemampuan unik berupa kebal terhadap rasa sakit, Arkana akan membuat hidup semua orang bagai di Neraka. Akankah Obsesi Cintanya pada Felicia akan membawa kemenangan pada rencana balas dendamnya? Atau justru menjadi boomerang
"Kenapa kamu menolak cintaku?"
Tidak sedikit pun Arkana melepaskan pandangan dari wanita berseragam pelayan Minimarket di depannya.
Dialah NAYLA PRADITA, gadis berusia 23 tahun yang kini terlihat gugup dan gelisah. Raut wajahnya jelas mengernyit jijik. Namun, Arkana pura-pura tak tahu. Itu semua demi kelancaran misinya.
"Apa karena aku ini jelek dan miskin?"
Sekali lagi, Arkana mendesak Nayla agar segera menjawab pertanyaannya. Tidak sedikit pun pandangan teralihkan dari gerak-gerik sang gadis yang menjadi rekan kerjanya selama dua bulan ini.
"Ng---bukan seperti itu, Akmal. Aku hanya ... hm ... itu aku ...."
Kegugupan itu membuat Arkana semakin yakin akan tebakannya sendiri. Bahwa alasan Nayla tak menerima cintanya karena alasan fisik.
Senyum canggungnya itu tak bisa disembunyikan. Namun, untuk kesekian kalinya Arkana bersikap naif.
"Itu apa, Nay? Tolong, jawab pertanyaanku."
Arkana mencoba menggenggam tangan Nayla yang segera mundur. Alhasil hanya kekosongan udara yang diraih olehnya.
"Kenapa?" lirih Sang CEO masih berakting. "Bukankah kita ini sudah dekat? Kenapa kamu tidak mau menerima cintaku?"
Dapat Arkana lihat Nayla menghela napas panjang. Gadis itu tidak lagi menyembunyikan kekesalannya. Dengan nada tajam menegaskan, "Aku sedang tidak ingin menjalin hubungan, Akmal. Bisakah kamu mengerti?"
"Tapi kenapa? Apa alasannya?" tanya Arkana memaksa. "Bukankah usiamu sudah legal untuk memulai komitmen yang serius?"
"Tidak. Masih banyak hal yang ingin aku capai."
"Seperti apa?"
"Ya ... itu, hm ... Bekerja di Perusahaan terkenal."
"Begitu." Arkana bergumam tanpa ekspresi.
"Tapi benar alasannya bukan karena fisik dan status sosialku?" tanyanya lagi. "Karena jika benar seperti itu, aku akan sangat kecewa."
Arkana yang sedang dalam penyamaran versi Akmal itu tertunduk, berpura-pura menyedihkan. Dengan rambut ikal berantakan, kulit kusam, wajah berminyak dan kacamata tebal, itulah penampilansudah cukup mengidentifikasi sebagai seorang yang culun dan cupu tanpa harta berlimpah.
Sekali pandang saja orang lain akan mengira Arkana berasal dari kalangan rakyat jelata. Bahkan di tempat kerjanya sekalipun, dia selalu di tempatkan di bagian gudang. Berbeda dengan Nayla yang bertugas di bagian depan. Entah, itu
"Hahaha, kamu ini berbicara apa, Akmal? Semua manusiakan sama. Ada-ada saja kamu ini."
Kenyataan tawa tak bernada dari Nayla itu membuat emosi Arkana semakin menggelegak. Sudah jelas terbukti dari tingkahnya yang enggan menatap balik dirinya, Nayla tengah menyembunyikan kebenaran.
Untuk kesekian kalinya Arkana mendesak, mencoba memberikan satu kesempatan lagi pada Nayla dengan membujuk. "Tapi Nayla, aku sangat mencintaimu. Tidak bisakah kita mencoba dulu? Aku berjanji tidak akan menganggu impianmu."
"Jangan keras kepala, Akmal," bentak Nayla.
"Akukan sudah bilang, aku tidak mau berkomitmen dulu. Aku masih ingin mengejar karierku tanpa memikirkan kekasih. Tolong, jangan memaksaku! Atau aku akan membencimu."
Ancaman itu membuat Arkana terdiam sejenak, lalu mengembuskan napas pelan. "Baiklah. Aku hargai keputusanmu, Nayla. Terima kasih atas waktunya. Kuharap setelah ini kamu tidak akan pernah berubah pikiran dan tetap pada komitmenmu ini."
Dapat Arkana lihat alis Nayla menukik tajam, isyarat bahwa dia kebingungan akan inti pertanyaan tadi. Namun, alih-alih menggali lebih dalam, gadis berlesung pipi itu mengambil keputusan.
"Tentu saja. Aku tidak akan menyesali apapun."
"Bagus, itu lebih baik."
Arkana berbalik untuk kembali ke Minimarket tempat mereka bekerja. Namun, langkah kakinya terhenti oleh panggilan Nayla.
"Tunggu, Akmal! Kamu mau ke mana?"
"Ke Kasir. Hari ini Pak Anton memintaku berjaga di depan menyambut pelanggan. Kamu sendiri bagian bertugas di Gudang, bukan?"
Arkana balik bertanya dengan tatapan mata terus tertuju pada Nayla yang kembali gelisah. Dia pun menjawab gugup.
"Be---benar. Tapi bisakah kita berganti ship lagi?" pinta Nayla memelas.
"Kamu-kan tahu pekerjaan di gudang itu berat-berat. Aku tidak sanggup. Lagi pula Pak Anton lebih senang jika aku yang berjaga di depan, bukan?"
Arkana tidak langsung menjawab, membiarkan keheningan mengambil alih selama beberapa detik sampai Nayla kembali memohon. "Ayolah, bagian ini lebih cocok jika dikerjakan olehku."
"Hm, baiklah. Selamat tinggal, Nayla," pamit Arkana berlalu pergi dari hadapan Nayla untuk mengamati di tempat tersembunyi.
Saat itulah, Nayla mencelanya. "Dasar pria aneh! Siapa yang mau memiliki kekasih buruk rupa sepertimu! Miskin pula! Tidak berguna. Memang, ya manusia tidak tahu diri, dibaiki sedikit malah melunjak."
Kepergian Nayla dari lokasi kejadian terus diamati oleh Arkana yang bergumam.
"Yeah. Let's start this game."
***
Seorang pria dengan stelan jas mahal berjalan memasuki Minimarket. Rambut pendeknya tertata ala aktor dari Negeri Ginseng.
Dia sangat tampan dan rupawan. Gaya berpakaiannya pun trendy dan modis, ditambah fitur wajah yang sempurna dengan hidung mancung, kulit putih, dagu lancip, pipi tirus dan sorot mata tajam berwibawa.
Sungguh, kharisma yang menyilaukan.
"Oh My God ... Itu pria yang kini lihat Minggu lalu."
Begitu Si Pria sampai di bagian Kasir, dia langsung disambut dengan pekikan rekan kerjanya, Devi yang berbisik ria pada Nayla.
Dilihat dari pancaran mata gadis yang menolak Arkana tempo hari, jelas dia pun terpesona.
Diam-diam Si Pria yang tak lain adalah Arkana menyeringai keji. 'Kena, deh. Sekarang kita lihat apakah komitmen itu masih berlaku.'
Dengan mengabaikan reaksi kedua teman kerjanya yang sama-sama membeku dan terbengong-bengong ria, Arkana menggerakan tubuhnya lebih dekat dengan Sang Target yang telah ditandai.
Sementara itu, melihatnya mendekat, Devi dengan hebohnya menarik-narik tangan kanan Nayla dan mengguncangnya sambil berbisik yang seperti bukan bisikan karena Arkana jelas dapat menangkap semuanya.
"Dia kesini ... dia kesini ...."
"Berisik! Jangan norak, Dev. Nanti dia ilfil," tegur Nayla lalu tersenyum manis menatapnya sambil berkata. "Ada yang bisa kami bantu, Tuan?"
Arkana membalas senyum itu. Meski dalam hati dia tak rela melakukannya. Namun, ini semua demi melihat akhir dari Game yang telah dimainkan lebih dari dua bulan ini.
"Benar, aku butuh bantuan kalian."
Dengan suara gagah perkasa, Arkana menjawab. Tindakan kecil itu cukup untuk menuai reaksi fansgirl yang semakin membabi-buta saat dia mulai melancarkan rayuan.
"Tapi aku tidak membutuhkan 'Kami'. Aku hanya memerlukan 'dirimu' seorang, Nona Cantik."
"Ma---maksud Anda apa, Tuan?" tanya Nayla tersipu malu dengan suara terbata-bata.
Melihat kegugupan Arkana terkekeh puas. "Aku yakin kali ini tidak akan ditolak lagi."
"Maksudnya, Tuan?"
Arkana menggeleng. "Tidak ada. Aku hanya mengatakan sudikah Nona Cantik ini berkencan denganku. Kita mungkin bisa menjadi sepasang kekasih yang berbahagia. Apakah Nona bersedia?"
"Aaaaa____"
Kegugupan yang semakin melesat tajam itu membuat Arkana ingin tertawa terpikal-pikal, terlebih saat melihat Nayla yang saking kagetnya sampai tidak bisa berkata-kata. Berniat untuk kembali membuka kedok busuknya, Arkana melanjutkan.
"Oh, aku ditolak lagi, ya? Tidak masalah untukku karena tawaran berlaku untuk Nona di sebelahnya. Apa kamu senggang malam ini, Devi?"
Arkana melirik Devi. Dengan sengaja menyebut namanya, karena jika kedua gadis di depannya ini lebih jeli dan waspada pada sekitar, mereka pasti akan mempertanyakan alasan Arkana mengetahui nama Devi. Namun, keduanya sama saja. Mereka lengah.
"Tentu, saya ma____"
"Devi sibuk. Biar saya yang menemani kencan Anda. Dengan senang hati saya bersedia menjadi kekasih Anda, Tuan."
See?
Mereka malah saling berebutan dan mendorong satu sama lain untuk menyingkir. Namun, dibandingkan Devi, Arkana lebih memilih Nayla, karena sejak awal dalam versi Akmal pun Devi sudah memusuhinya, berbeda dengan Nayla yang pandai bersandiwara.
"Baiklah. Sampai jumpa nanti malam, Honey?!"
Arkana mengecup sekilas punggung tangan Nayla setelah menyerahkan sebuah kertas berisi alamat tempat pertemuan mereka. Setelahnya lalu pergi ke luar Minimarket, dia benar-benar mengabaikan teriakan Nayla yang bertanya.
"Ah, Tuan. Tunggu! Nama Anda siapa? Itu tidak tertulis di sini!"
***
Tidak terasa Senja pun berlalu digantikan dengan binar kebiruan yang lalu berubah menjadi hitam pekat, menandakan waktu terus berlalu.
Seperti yang dijanjikan tadi siang, Arkana tengah bersiap untuk menjalankan rencananya. Namun, berbeda dengan penampilan sebelumnya yang terkesan tampan, kini Arkana memoles wajahnya dengan bedak khusus berwarna kecoklatan.
Tidak lupa Arkana pun menggambar bintik-bintik hitam menyerupai noda wajah. Lalu, terakhir menggunakan rambut rambut palsu ikal yang kusam.
Setelah puas dengan tampilan versi Akmal, Arkana melesat menuju tempat perjanjian. Sampai di tempat tujuan, berbagai macam ekspresi tertuju padanya.
Ada yang melongo ....
Terkejut ....
Terpana ....
Melotot ....
Dan berbagai reaksi ketidak percayaan yang lain. Salah satunya datang dari orang yang diharapkan. Di sana berdiri Nayla yang tertegun, menatap horor dirinya. Arkana pun berjalan mendekat.
"Ka--kamu ...." tunjuknya gagap. "Ti--tidak mungkin!"
Lalu, penolakan untuk mengakui bergema hebat, Arkana pun semakin terhibur saat Nayla menggeleng panik dan berteriak. "Mustahil kamu pria yang tadi siangkan, Akmal?"
Pertanyaan itu melayang dengan tangga nada yang tinggi. Bahkan raut wajah Nayla pun mengkonfirmasi kemarahan serupa. Meski ada sedikit ketakutan dalam sorot matanya. Namun, tak ada jalan kembali. Dengan tenang Arkana pun membalas.
"Hm ... menurutmu sendiri bagaimana?"
Bukannya menjawab Arkana justru balik bertanya, membuat geraman itu tak terelakan.
"Ini tidak lucu, Akmal! Apa maksud semua ini? Kamu menipuku?"
"Menipumu?" Arkana tertawa sinis. "Bukannya kamu yang menipuku lebih dulu, Nayla?"
"Apa maksudmu? Aku tidak pernah_____"
"Pernah!" potong Arkana menatap tajam. "Jujur saja kamu baik padaku hanya untuk memanfaatkan kinerja dan uang gajianku, bukan?"
"Aaaa---itu...."
"Itu apa? Ayo, katakan! Sudah berapa kali kamu meminjam uangku dan meminta untuk bergantian Ship?"
Arkana menuding Nayla dengan tidak hormat, menunjuk-nunjuk wajahnya untuk lebih mempermalukan di hadapan khalayak ramai yang kini menonton sambil berbisik-bisik mencemooh.
"Kamu bilang Pak Anton yang menyuruh?" Arkana tertawa sinis kala mengingat
"Yang benar, Hoi! Dia saja mati gaya saat aku mengajukan diri untuk menjadi pelayan Minimarket."
Dapat Arkana lihat Nayla kehabisan kata-kata, bahkan sebelum bisa membela diri. Ya, memang tidak ada lagi yang bisa diperbaiki. Faktanya sikap Nayla memang busuk, racunnya lebih mematikan dari ular berbisa.
"Kenapa diam? Kamu malu belangmu sudah ketahuan? Dasar, Wanita Ular!"
Arkana meludah jijik. Sungguh, dia tidak terkesan meskipun kini Nayla meneteskan air mata akan penghakiman bertubi-tubi yang menyerangnya.
"Hiks, kamu jahat sekali, Akmal! Aku bersumpah akan membalas rasa sakit hati ini!"
Setelahnya Nayla berlari meninggalkan Arkana yang tersenyum penuh kemenangan.
"Aku lebih membencimu, Nayla. Jangan kira aku tidak tahu. Dalang yang membuatku dibenci oleh para pegawai lain adalah karena kamu terus menjatuhkan citraku seakan-akan akulah yang jahat."
Malam pun berlalu dengan Arkana yang menatap sendu langit tanpa bintang.
"Game Over lagi, ya?"
***
"Hei, Faza! Tumben kau nongkrong di sini? Biasanya sibuk dengan dunia sendiri," tanya James pada Arkana yang sibuk memainkan ponselnya.
Setelah meninggalkan taman kota, Arkana memang memilih untuk bersantai di markas Geng-nya. Tentu saja, dia melakukan itu setelah melepas riasan make up versi Akmal.
"Ayo, jangan mengabaikan begitu!"
Sambil merengek James mengguncang-guncang bahu kerasnya. Dengan amat terpaksa, Arkana pun memusatkan perhatian pada si pria bersurai merah yang menjadi teman kuliahnya dulu.
"Sedang ingin saja. Aku bosan di rumah."
Pada akhirnya Arkana memilih jawaban setengah berbohong. Bukan dia tidak percaya pada lingkungan oertemanannya, hanya saja Arkana terlalu malas untuk mengungkap perihal masalah hati.
"Pasti lagi ada masalah perusahaan, ya?" tebak Rion sambil menunggu game selesai loading. Di sisinya terdapat banyak makanan ringan yang sesekali dicomot oleh James.
"Ya, begitulah. Aku istirahat dulu."
Arkana beranjak pergi menuju salah satu ruangan yang menjadi tempat pribadinya. Benar-benar mengabaikan teriakan dan kegaduhan yang ditimbulkan oleh ketiga temannya.
Bagaimanapun suasana hati Arkana sekarang tidak mendukung untuk bergabung dalam kesenangan mereka.
"Wah, sepertinya dia akan semedi lagi."
Cibiran James dihadiahi lemparan bungkus snack oleh Rion, sedangkan teman mereka yang lain hanya menatap pintu tertutup dengan pandangan sulit diartikan.
Sementara itu, Arkana kini tengah menyandarkan diri di penyangga kursi sambil memejamkan mata perlahan. Raut wajah pria tampan berusia 27 tahun itu jelas dipenuhi kekalutan.
Saat dia membuka mata, manik tajamnya menatap kosong langit-langit ruangan. Hal itu memberi kesan menerawang jauh.
"Katakan! Kapan aku bisa bertemu dengan wanita sepertimu lagi?" gumam Arkana melirih.
"Apakah dunia ini hanya berisi wanita perundung? Ke mana perginya Sang Pahlawan?"
Sang CEO Muda sibuk bernostalgia sambil memikirkan sesosok gadis yang dulu pernah menemaninya.
"Ah, tidak. Kamu juga sama seperti mereka. Kamu membully-ku. Aku sangat membenci kenyataan itu. Tapi aku ...."
Arkana mendengkus mentertawakan kebodohannya sendiri. Seharusnya dia tidak perlu merindukan gadis yang telah membuangnya seperti sampah hanya karena alasan sepele seperti finansial.
Dengan mengepalkan tangan erat di atas meja, Arkana mendesis tajam. "Di mana kamu, Felic?" gertaknya
"Jangan jadi pengecut dengan bersembunyi dariku. Keluarlah, Sialan!"
BRAK!
Bersambung.
TIGA PERMINTAAN UNTUK SYARAT MENIKAH LAGI?! Apa itu termasuk syarat MUDAH atau SULIT?! "Aku akan menyetujui pernikahan keduamu, asal kamu mengabulkan tiga permintaanku. Bagaimana?" tawar Chika bernegosiasi. "Kamu kira aku jin botol?!" sewot Adnan emosi. "Aku tidak akan berpikir untuk poligami, andai kamu bisa memberikanku keturunan." "Tapi nyatanya tidak, bukan?! Ini tahun kelima pernikahan kita, Mas. Dan aku tidak kunjung hamil. Jadi ayo lakukan ini atau kita bercerai?!" "Kamu mengancam aku?" desis Adnan marah. "Tidak, tapi kamu memaksaku berada di sana, Mas." "Baik, aku menyerah. Lalu, apa permintaanmu?" Secepat pertanyaan itu datang, senyum di wajah Chika semakin merekah. Itu membuat Adnan was-was. Dengan memanjatkan do'a dalam hati, pria berusia 30 tahun berharap Sang Istri yang memiliki hobi Cosplayer Anime, bisa sedikit menggunakan akal sehatnya dalam memilih permohonan. "Aku ingin ikut setiap kali kamu dan Calon Istrimu berkencan." Akan tetapi, harapan itu pupus ketika mendengar permintaan pertama saja sudah di luar batas. "Hah? Apa kamu sudah tidak waras?!" tuding Adnan menggertak. "Kenapa? Apa salahnya? Aku hanya ingin ikut bermain saja. Aku bersumpah, tidak akan menjadi setan di antara kemesraan kalian." Pernyataan nyeleneh Sang Istri semakin memperkeruh suasana rumit ini. Lalu, apa yang harus Adnan lakukan? MAJU atau MUNDUR?
Theo tahu dirinya itu jelek dengan kulit sawo matang, rambut ikal dan pendek. Meski kerap kali menjadi korban bullying, tetapi Theo sangat mensyukuri hidupnya yang hanya berdua saja dengan sang adik. Sampai suatu hari, Theo yang tak sengaja membaca Novel terlempar ke dimensi lain di zaman Kerajaan Kuno. Memang bukan masalah jika Theo menjadi protagonisnya, karena si tokoh utama adalah putra mahkota. Sayangnya, Theo terlahir sebagai tokoh antagonis psikopat yang akan dipenggal mati oleh pihak kerajaan. WHAT? KARMA APA INI?!
Dihina karena memiliki paras jelek, miskin, bodoh dan penyakitan, Arkana bangkit kembali untuk membalaskan dendam pada mantan kekasihnya, Felicia yang dulu meremehkannya. Dengan kemampuan unik berupa kebal terhadap rasa sakit, Arkana akan membuat hidup semua orang bagai di Neraka. Akankah Obsesi Cintanya pada Felicia akan membawa kemenangan pada rencana balas dendamnya? Atau justru menjadi boomerang?
"Berkencanlah denganku! Akan kuberikan apapun yang kamu inginkan!" kata Dirga dengan seringai terpoles di wajah tampannya. "Kalau begitu, berikan NYAWA-MU sebagai harga KEPERAWANAN-KU!" Syifa menyahut tak kalah angkuh. Sebagai seorang Milyuner, DIRGA FARAZZ YANN sangat percaya diri bahwa ia dapat memiliki apapun yang diinginkan. Namun, kedatangan SYIFA NURINTAN mengubah perspektif itu dengan mudah. Bagaimana bisa gadis beasiswa itu menolaknya?
Warning!!!!! 21++ Aku datang ke rumah mereka dengan niat yang tersembunyi. Dengan identitas yang kupalsukan, aku menjadi seorang pembantu, hanyalah bayang-bayang di antara kemewahan keluarga Hartanta. Mereka tidak pernah tahu siapa aku sebenarnya, dan itulah kekuatanku. Aku tak peduli dengan hinaan, tak peduli dengan tatapan merendahkan. Yang aku inginkan hanya satu: merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi milikku. Devan, suami Talitha, melihatku dengan mata penuh hasrat, tak menyadari bahwa aku adalah ancaman bagi dunianya. Talitha, istri yang begitu anggun, justru menyimpan ketertarikan yang tak pernah kubayangkan. Dan Gavin, adik Devan yang kembali dari luar negeri, menyeretku lebih jauh ke dalam pusaran ini dengan cinta dan gairah yang akhirnya membuatku mengandung anaknya. Tapi semua ini bukan karena cinta, bukan karena nafsu. Ini tentang kekuasaan. Tentang balas dendam. Aku relakan tubuhku untuk mendapatkan kembali apa yang telah diambil dariku. Mereka mengira aku lemah, mengira aku hanya bagian dari permainan mereka, tapi mereka salah. Akulah yang mengendalikan permainan ini. Namun, semakin aku terjebak dalam tipu daya ini, satu pertanyaan terus menghantui: Setelah semua ini-setelah aku mencapai tahta-apakah aku masih memiliki diriku sendiri? Atau semuanya akan hancur bersama rahasia yang kubawa?
Bianca tumbuh bersama seorang ketua mafia besar dan kejam bernama Emanuel Carlos! Bianca bisa hidup atas belas kasihan Emanuel pada saat itu, padahal seluruh anggota keluarganya dihabisi oleh Emanuel beserta Ayahnya. Akan tetapi Bianca ternyata tumbuh dengan baik dia menjelma menjadi sosok gadis yang sangat cantik dan menggemaskan. Semakin dewasa Bianca justru selalu protes pada Emanuel yang sangat acuh dan tidak pernah mengurusnya, padahal yang Bianca tau Emanuel adalah Papa kandungnya, tapi sikap keras Emanuel tidak pernah berubah walaupun Bianca terus protes dan berusaha merebut perhatian Emanuel. Seiring berjalannya waktu, Bianca justru merasakan perasaan yang tak biasa terhadap Emanuel, apalagi ketika Bianca mengetahui kenyataan pahit jika ternyata dirinya hanyalah seorang putri angkat, perasaan Bianca terhadap Emanuel semakin tidak dapat lagi ditahan. Meskipun Emanuel masih bersikap masa bodo terhadapnya namun Bianca kekeh menginginkan laki-laki bertubuh kekar, berwajah tampan yang biasa dia panggil Papa itu, untuk menjadi miliknya.
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."