Wajah Adelia tampak bingung ketika menatap Raivan.
"Jangan lupa bahwa kamu dan aku bertunangan sekarang. Marcello adalah seorang bintang. Dia selalu menjadi pusat perhatian banyak orang. Kamu sebaiknya menjaga perilakumu. Aku tidak akan tinggal diam dan melihatmu merusak reputasi Keluarga Bertolius," Raivan memberi peringatan dengan nada serius.
Adelia baru menyadari bahwa Raivan mengira dia jatuh cinta pada Marcello.
Kenapa pria ini bisa berpikir sejauh itu?
"Aku juga harus mengingatkanmu bahwa Keluarga Batista memiliki kriteria yang tinggi untuk menantu mereka. Usiamu dua tahun lebih tua dari Marcello ...."
"Cukup!" bentak Adelia. "Pertunangan kita hanyalah sebuah kesepakatan. Kamu dan aku tahu bahwa kita berdua tidak akan pernah menikah. Bukan urusanmu dengan siapa aku jatuh cinta. Jangan mendikte apa yang harus kulakukan!"
Wajah Raivan berubah menjadi muram. Dia ingin membalas, tetapi menahan diri ketika melihat Adelia memelototinya. Suasana di dalam mobil menjadi sangat sunyi.
Adelia tidak menyangkal memiliki perasaan terhadap Marcello. Setelah melihat reaksinya, Raivan berasumsi bahwa kecurigaannya tidak salah. Hal itu membuatnya semakin kesal.
Pada malam hari, Raivan menderita insomnia seperti biasanya.
Dia sering sekali terjaga sepanjang malam sejak dia diculik dan dikurung di ruangan gelap gulita ketika berusia 13 tahun.
Terkadang, dia akan mengalami serangan panik karena pengalaman itu. Akan tetapi, malam ini dia terjaga karena memikirkan Adelia.
Potongan ingatan mengenai kejadian semalam melintas di benaknya. Dia ingin sekali memeluk tubuh wanita itu.
Raivan menjadi semakin gelisah ketika memikirkan hal ini.
"Seleranya buruk sekali. Apa yang dia lihat dari pemuda seperti Marcello? Apakah dia buta?"
Karena merasa kesal, Raivan bangkit dari tempat tidur dan menyalakan sebatang rokok.
Kehidupan Adelia berjalan dengan lancar selama beberapa hari berikutnya. Namun, dia mulai merindukan kehidupan yang dia jalani sebelumnya. Dia suka bepergian dan berpetualang di tempat baru. Ketika tidak melakukan perjalanan, dia berbaring di tempat tidurnya dan menjalani kehidupan yang nyaman di rumah.
Tidak lama kemudian, acara ulang tahun Grup Bertolius tiba. Pada malam hari, Adelia dipaksa mengenakan gaun koktail dan merias wajahnya.
Pesta perjamuan itu sangat mewah. Banyak orang terkenal dari kalangan bisnis yang datang.
Sebagai CEO Grup Bertolius, Raivan sibuk menyambut para tamu. Sementara itu, Adelia merasa lelah setelah bertemu dengan banyak orang. Dia minta diri untuk pergi ke kamar kecil.
Setelah merapikan rambut dan riasannya, dia hendak berjalan keluar, tetapi dihentikan oleh seorang wanita muda.
"Kamu Adelia Herva, bukan?"
Berdasarkan penampilannya, Adelia memperkirakan wanita muda ini sebaya dengannya. Dia mengenakan gaun edisi terbatas dari Dior dan perhiasan yang terlihat mahal, jadi dia pasti berasal dari keluarga kaya.
"Ya, ada urusan apa?"
"Aku Helena Novanto," ucap wanita muda itu sambil berjalan mendekat.
Adelia sering mendengar nama ini sejak menginjakkan kaki di Kota Duri.
Helena tumbuh bersama Raivan dan merupakan satu-satunya wanita di sekitar pria itu selama bertahun-tahun.
Masyarakat luas mengira Helena akan menikah dengan Raivan. Mereka adalah pasangan yang sempurna. Namun, semuanya berubah sejak Adelia muncul.
"Seperti yang kukatakan, ada urusan apa?" tanya Adelia dengan kesabaran yang mulai menipis.
Helena mengeluarkan sebuah kartu ATM dari dompetnya dan berkata dengan tenang, "Di dalam kartu ini ada uang sebesar dua puluh miliar. Aku ingin kamu membatalkan pertunanganmu dengan Raivan di depan semua tamu malam ini."
Mendengar kalimat ini, Adelia langsung tersenyum.
Kenapa penduduk Kota Duri sangat arogan? Apakah ada yang salah dengan udara yang mereka hirup? Kenapa selalu ada orang yang suka memukulnya dengan uang? Meski sedang dihina, Adelia harus mengakui bahwa Helena sangat murah hati jika dibandingkan dengan Erika yang hanya menawarkan uang sebesar sepuluh juta.
Alis Helena berkerut kesal saat melihat tanggapan Adelia. Dia memberi penekanan, "Dua puluh miliar cukup untuk membeli makanan dan pakaian selama sisa hidupmu. Aku yakin kamu belum pernah melihat uang sebanyak ini sebelumnya. Kamu tidak pantas menjadi istri Raivan. Dia tidak akan pernah setuju untuk menikahimu. Dia setuju kamu tinggal bersamanya karena kakeknya sedang sakit. Dia pasti akan mengusirmu begitu kakeknya sembuh. Lebih baik kamu pergi sekarang dan membawa uang ini, daripada hidup miskin setelah diusir."
"Apa?" Adelia mencibir. "Dua puluh miliar cukup untuk membeli makanan dan pakaian selama sisa hidupku? Nona Helena, asal kamu tahu, uang itu tidak cukup untuk pengeluaran bulananku. Itu uang receh!"
Adelia meninggalkan ruangan setelah selesai berbicara.
Helena mengamati sosoknya yang semakin jauh. Dia tidak percaya pada telinganya. Dia merasa Adelia pasti sudah gila. Bagi seseorang yang berasal dari pedesaan, mana mungkin uang dua puluh miliar adalah uang receh yang tidak cukup untuk pengeluaran bulanannya?
Sedikit kesuraman melintas di wajah Helena. "Baiklah, aku tidak akan segan bersikap kejam karena kamu sangat keras kepala. Lihat saja, dasar bodoh!"
Sementara itu, Raivan baru saja menyelesaikan pidatonya di atas panggung dan sedang berbicara dengan seseorang.
Begitu Adelia kembali ke ruang pesta, Erika berjalan mendekatinya dan memarahi, "Kamu pergi ke mana saja? Duduk diam di sana. Jangan membuat Keluarga Bertolius malu."