erupaya beradaptasi dengan cahaya matahari yang menyorot matanya lalu dipandanginya istrinya yang sudah bersiap-siap. Dress cheongsam berwarna hitam dengan mot
ta Raihan saat ia menoleh ke arah
u bisa tidur saat menjelang subuh. Ya, lelaki siapa yang bisa menahan hasratny
i atau teh?”
… k
Raihan lalu meninggalkan
juga rajin. Pagi-pagi sudah bangun bersia
tercium, Nico mencari sosok istrinya yang berada di dapur. Di dapur, Raihan berkuta
is itu mengaduk kopi di cangkir. “Maaf, ya…” bisik Nico, “
adis itu tersenyum, “aku mengerti, kok,” ucapnya lalu memberi satu kecupan singkat di bibir Nico. I
a indah nan tajam milik Raihan. “Sepahit apa pu
ali masuk ke kamar. Beberapa kali Nico menyeruput kopinya lalu ia ke
kita di bawah,” kata Raihan lalu gadis itu keluar kamar
ergi ke kam
*
han tiba di meja makan. Kuiper sekeluarga dan Barack sedaritadi m
las Raihan sembari melem
mu,” lagi-lagi David memuji, “hm… kalau dilihat-lihat…
a bingung bagaimana menanggapi ayah mertuanya yang mengatakan ia
ak perlu bicara kali ini. Ia berdehem sekali sebelum
Nico. Nico benar-benar tidak menyangka dan tak habis pikir bahwa orang sedingin Barack ternyata bukan hanya
bil untuk dirinya sendiri. David yang melihat pemandangan itu sangat terharu dan bahagia karena
jalan ke pantai bareng-
aihan sembari
co. Nico yang tahu rencana kedua adiknya sebenarnya merasa agak terganggu karena ini adalah bulan madu ia dan Raihan, seharusnya
a menatap si tomboy Hasya ketika gadis itu memasuki mobil dan duduk di de
duduk di sini? Kau sendiri tahu kalau aku suka
debat dengan Hasya tidak akan ada hentinya. “Ter
tapi sepertinya menyenangkan bisa akrab dan bebas berekspresi dengan saud
k Nico dan Hasya memang
enyum senang. “Iy
nik. Mereka membeli topi pantai, dan beberapa gelang hingga dream catcher. Raisya sangat menyukai Raihan begitu pun sebaliknya, ia seperti memilik
aleng dingin. Nico tak bisa mengikuti alur pergerakan para gadis-gadis s
Hasya menuju ke bibir pantai, bermain-main dengan ombak di sana, sedangk
seru Raisya. Kemudian ia dan
ninggalkan mereka berdua. Sedangkan Nico, ia malah lega akhirnya ada momen ia berdua dengan istrinya. Ia lalu mendekati Raihan
n menuju penjual minuman dan memesan minuman
gan kipas kertas yang ia beli di toko pernak pernik tadi. Nico lalu memandang R
iha
t minumannya menoleh.
ang ingin
? Kataka
pernah be
ya… beberapa
“Lalu… yang terakhir ka
didua
an tak percaya jawaban
put minumannya, “itu masalah ya
ntik kamu diduakan…” gumam Nico, “lalu… apa
inumannya lalu memajukan tubuhnya sembari menatap Nico dengan panda
m jahil padanya. Seolah mencari jawaban dari pertanyaan
uhnya kembali, “kita sudah jadi suami istri, ti
membuat Raihan terkejut. Raihan semakin kebingungan dan penuh
aku akan membuatmu melupakannya! Aku tidak akan membiarkan pria
anggapnya begitu serius pertanyaan yang sebenarnya hanyalah pertanyaan iseng. Bebera
a suara pria memanggi
menoleh ke arah suara yang ternyata milik
kutnya, nanti siapa lagi yang da
Raihan…” tebak Jeremy dengan yakinnya ketika memandang Raihan yang duduk di sebelah Nico. Raihan melempar senyuman manisnya sebagai jawaban. “Perkenal
Raihan sembari men
i yang Raihan kenakan. Ternyata benar kata Nico bahwa istrinya amat cantik dan Jeremy meng
sih memandang kagum Raihan. Jelas ia tak senang jika istrinya di
n perasaan sahabatnya. “Dia ada kok di
melambaikan tangannya ke arah mereka dari kejauhan lalu wanita itu berlari ke tepi l
Baiklah, sepertinya ada yang kesal hari ini, aku susul istriku dulu, ya,” kat
ir Nico, “mengganggu
ereka berd
Rai
Y
kita aka
ruma
sana sampai aku membeli rumah untuk kita,” jawab Nic
an lembut. “Ya, tentu saja. Sekarang aku adalah