masih merasakan kantuk yang menahan kelopak matanya untuk tetap terpejam. Begitu kesadarannya pulih, ia menyadari dirinya bers
ayar menunjukkan pukul tujuh pagi. Ia harus segera bersiap untuk pergi ke kantor r
an...'
kamar. Beberapa benda di meja samping bahkan jatuh, memperjelas betapa liar malam yang mereka lalui. Alice menggigit bibir
amar mengingat kejadian semalam. Ia menggosok giginya, lalu masuk ke dalam shower, membiarkan air mengalir membas
it menyipit saat melihat tempat tidur yang berantakan. Alice tak lagi di sa
tot tubuhnya terlihat jelas saat ia bergerak merapikan seprai. Sambil menghela napas, ia mengambil bantal-bantal yang
tai di punggungnya, butiran air menetes dari ujung helaiannya. Ia mengangkat w
ipis sambil berjalan melewati Aaron menuj
," balasnya. Ia bersandar pada meja, memperhatikan Alice yang
ntu lemari. "Ya, aku ada perjalana
it. "Ke luar kota? Kau
f, aku lupa memberitahumu. Ini keputusan m
a berjalan ke arah meja rias, mengambil hairdryer, lal
ngkan rambutmu," ujarnya
k, lalu tersenyum kecil
nya, dengan sabar mengeringkan rambut Alice. Suara hairdryer mem
ron, sambil menyisir jemarinya di sela-
i, timku bilang disana salju turun lebih lebat....
alju turun lebih lebat?" ulang Aaron. "Pas
engar nada perhatian
mulai menyisir rambut Alice dengan lembut. Tangannya begitu hati-hati,
" katanya
"Aku bisa melakukanny
ahu. "Aku suka mel
yang menunjukkan cintanya melalui tindakan. Bukan hanya le
rapan. Rosti dan... kau mau kopi
enak, lalu menjawa
lan menuju dapur sementara A
h dulu," ujar Alice
eperti ini bukan?" tany
uk sempurnya, serta lengannya yang kekar. S
an menggodaku, aku harus kerja, kau
aiklah, aku akan b
i memakainya sambil berjalan ke kamar mandi u
pkan sebelumnya, lalu memasaknya dengan mentega hingga keemasan. Aroma khas Rosti memenuhi udara. Sementara itu, ia juga
erpakaian rapi dengan mantel hangat. Ia berjalan ke dapu
m sekali," kata
cangkir dan menyodorkannya pada Alice.
m menyeruputnya pelan. Hangatnya meresap ke dalam tubuhnya,
n istrinya dengan penuh ketenangan. "Jan
angguk. "A
familiar. Seakan-akan tak ada rahasia di antara mereka. Sea
nya, Alice tahu bahwa sem
tenang. Jika pria ini tahu alasan sebenarnya ia berada di
ahan. Pikirannya mulai dipenuhi oleh h
da di hadapannya... adalah seseo
.
turun perlahan, menciptakan suasana tenang namun menusuk dengan dinginnya yang menggigit. Aaron berkendara dengan hati-hat
opnya sejak mereka berangkat. "Kau harus berhati-hati. Jangan pergi sendirian, tetap bers
tanpa mengalihkan pandanga
. Hawa di dalam mobil terasa hangat, sementara di luar sana benar-benar terlihat dingin dan
memperlambat mobilnya, lalu menepi ke sisi jalan sebelum akh
ita sudah sam
angnya sebelum membuka pintu. "Baiklah. Aku akan masu
nanti aku jemput. Aku juga
ia membukakan pintu untuk Alice, melindunginya dari angin dingin yang berembus cukup kenc
h mantelnya sendiri lebih rapat, matan
rsenyum kecil. "Kau
gan kecil sebelum menghilang ke dalam. Aaron tetap berdiri di sana, memperhati
kan pedal gas, matanya menang
mobil
nda-tanda aktivitas di dalamnya. Aaron mulai waspada. Ia mencoba mengabaikannya, mulai melajukan mobilnya de
n rahangnya, matanya melirik spion berula
pat lajunya sedikit. Mobil di belakan
gumamn
pagi hari cukup ramai di pusat kota, tapi di beberapa area pinggiran, ja
etulan, mobil itu seharusnya sudah berbelok ke arah lain. Tapi tida
ce? Apakah ketua sudah meng
t. Ia mempercepat mobilnya, mencoba mengambil jalur alternatif melewati jalan k
inan, ayo kita lihat siap
enurunkan gigi mobil dan meningkatkan kecepatan. Ban berdecit ringan di permuka
i kesulitan mengikuti jalurnya. Aaron menyeringai ti
ati orang di pagi hari. Begitu mobil hitam itu masuk ke jalur yang lebih semp
truk besar yang sedang terparkir, m
aju lurus melewatin
rnya menyalakan mesin kembali dan keluar dari persembunyian. Ia melajuka
ia tahu satu hal, bahaya mulai men