h lambat dari biasanya. Pikirannya masih terhuyung-huyung dari pernikahan yang baru saja terjadi semalam-perni
t tipis. Pemandangan itu membuat Raiden sedikit terkejut, meskipun ia berusaha menutupi perasaan itu deng
amanan yang bisa diharapkan dari sebuah pernikahan. Raiden mengalihkan pandangannya ke jendela kamar yang masih tert
ak sedikit terkejut melihat Raiden sudah duduk di tepi tempat tidur, namun ada juga secercah kegembiraan yang tersembunyi di matanya. M
bertanya dengan nada santai, meskipun m
g kini menjadi simbol dari sebuah kesepakatan yang lebih besar daripada
p Raiden dengan pandangan yang t
ndangannya jauh di luar sana, terfokus pada hujan yang turun pe
n. "Tapi kita terjebak, kan? Aku juga tidak memilih ini. Aku terjebak di sini karena keluargaku." Ia merendahkan suaranya sedikit, mencoba untuk
rduga, ada keteguhan dalam dirinya yang tidak bisa disangkal. Sesuatu yang lebih kuat daripada sekadar permainan kek
ini lebih serius. "Aku tidak akan bermain sesuai aturan yang sudah ditetapkan
embuatnya sedikit terkejut, tapi juga sedikit tertarik. "Aku tidak pernah menganggapmu sebagai bone
a semua butuhkan-kesopanan." Ia mengejek sedikit,
berdua, tetapi tentang permainan yang jauh lebih besar. Di balik semua ini ada tujuan yang lebih gelap, dan meskipu
ngan khawatir, Raiden, aku tahu apa yang harus dilakukan." Kata-katanya begitu sederhana, namun da
ntuk menarik perhatian siapa pun. Raiden hanya diam, memandangi Elara tanpa banyak berkata-kata. Ia tahu betul ba
a mereka berdua. Tidak ada kehangatan, tidak ada rasa saling menghormati yang ala
nya dengan santai, seperti tidak ada yang penting. Namun, di dalam hatinya, ada kebingungannya sendiri-tentang hidup y
eh keluarga. Ada beberapa pertemuan dan acara yang harus kita hadiri." Ia berbicara
mengeluh, terdengar seperti anak kecil yang tid
u tidak sampai menyentuh matanya. "Aku tahu. Tapi
Elara, dengan senyum tajam dan sikap tak terduga, menjadi pusat perhatian di setiap tempat mereka pergi. Mereka berdua seperti dua dunia ya
rhormat. Namun, di balik pernikahan yang tampaknya hanya berdasarkan kewajiban itu, ada perasaan yang tidak bisa disangkal. K
ini, meskipun dipenuhi dengan ketegangan, kebingungan, dan keb
reka: Bisakah mereka bertahan hidup bersama dalam