yang dihirupnya dipenuhi dengan rasa bersalah yang tak terhindarkan. Matanya membuka perlahan, dan ia mendapati di
a yang ia coba hindari akhirnya terjadi-segala kebohongan yang ia bangun kini mulai runtuh,
dengan perlahan, dan sosok Viktor masuk dengan wajah yang tampak lebih gelap dari sebelumnya. Matanya yang b
dengar rendah, namun tegang
tatapan kosong. Perasaannya bercampur aduk-takut, bingung, dan juga sedikit lega. Setidaknya, Vi
api suaranya begitu pelan dan rapuh, hampir sepe
u. Yang penting sekarang adalah mengapa kau berbohong padaku." Suaranya semakin menegan
. "Aku..." Kali ini, suaranya lebih jelas. "Aku adalah pengganti dari kakakku.
an yang membuatnya terpukul mundur. Ia tidak bisa percaya apa yang baru saj
da di sana. Aku hanya pengganti sementara." Suaranya mulai serak, dan air mata yang berusaha ia tahan akhirnya jatuh
ingung, dan luka yang dalam. "Jadi, malam itu..." Viktor terhenti, tidak tahu harus melanjutkan kalimatnya atau mengumpulkan
sa semakin rapuh. "Aku minta maaf. Aku benar-benar
yang semakin meningkat. "Kau tahu, Eveline, aku tidak tahu apakah harus marah padamu atau merasa kasihan." Suaranya terdengar lebih tenang, namun penuh den
n oleh orang-orang yang seharusnya melindunginya, tetapi justru memaksanya untuk melakukan hal-hal yan
Kau ingin semuanya selesai? Lalu, bagaimana dengan aku? Apa yang harus aku lakukan sekarang, Evelin
berat, seolah tenggelam dalam lubang hitam yang tak bisa
a. Ruangan itu terasa semakin sempit, dan setiap detik yang berlalu semakin menguji keteguhan hati mere
bertanya, suaranya kali ini lebih lembut, namun
k tahu, Viktor. Aku hanya ingin... Aku ingin kel
ya dengan suara yang dalam. "Kau harus memilih apakah kau akan melanjutkan kebohongan ini atau menghad
yang lebih besar. Namun, ia tahu satu hal-semuanya sudah terlalu jauh untuk mundur sekarang. Kebohongan ini sudah terlalu dal
ntu. Wajahnya tampak marah, dan matanya penuh dengan ketegangan. "Apa yang
k kebingungan dan amarah. "Apa yang terjadi di sini, Mariana? Apa yang ka
sulit dimengerti. "Kau tak bisa menghindari kenyataan, Eveline. Kita semua terjebak