Gaun pengantin yang masih melekat di tubuhnya terasa seperti belenggu. Ia menatap pa
. Dengan pria yang
i adalah suaminya. Pria itu hampir dua dekade lebih tua darinya, memiliki kekuas
a yang seharusnya ada di sisinya malam ini. Bukan Dominic. Buka
an M
ama dan sa
engan pesonanya yang hangat, selalu membuat Celeste merasa aman. Bersamanya, dunia terasa lebih ringan. Tapi se
Adrian saat mendengar kabar itu. Ia
jadi dalam keluarganya, Celest
uara. Celeste menahan napas
ulung, kancing atasnya terbuka, memperlihatkan kulit kecokelatan yang tegas
a dalam, penuh kendali
ludah. "Aku ha
berapa langkah saat ia mengangkat tangan dan menyent
lihat...
ya. Pria itu selalu tampak tenang, tetapi ia tahu ba
begitu cepat," ja
epas sentuhannya. "Aku mengerti. Tapi kau milikku sekarang, Celeste.
Ada ancaman tersembunyi
sunyi. Dominic sudah pergi sejak pagi untuk urusan bisnis,
sa mual, bukan karena makanan, tetapi karena piki
ri
layar yang menampilkan pesan terakh
te. Aku akan melakukan apa
ah. Dan kini, Adria
a yang jatuh ke pipinya sampa
les
saat. Ia menoleh, dan
emosi yang terpendam dalam sorot matanya-kemarahan, keke
ra," kata Adrian
ni hanya awal d