img Hasrat Jantan Ayah Tiri  /  Bab 6 Jantan | 85.71%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 6 Jantan

Jumlah Kata:1597    |    Dirilis Pada: 17/05/2025

n, diselingi suara kipas angin langit-langit yang berputar malas. Bella duduk di ujung meja, membuka kotak m

kotak makan dan sebotol air mineral. "Koso

bahu. "Lagi ngg

knya. "Tumben. Kamu biasanya yang

tersenyum se

an sesendok nasi, lalu meletakkan sendoknya, menatap serius sahabatnya. "Bell,

la kecil di sudut ruangan. Matahari cerah, tapi hatin

rapa kali Bella mengeluhkan hal serupa, tapi kali ini

rti biasa, mulai lagi sindiran soal belum punya anak. Soal aku yang katanya terlalu sibuk kerja

patinya terasa hangat.

duduk di sebelahku, denger semuanya. Tapi nggak sekal

aan itu. Saat berharap pasangan berdiri melind

a pelan, "tapi setidaknya, kasih tanda kalau aku nggak se

i atas meja. Hangat dan lembut.

ek'. Seolah-olah capek dia lebih pen

ll. Kadang laki-laki itu lupa, kita juga punya batas. Kita

berkaca-kaca. Tapi ia cepat-cepat me

tempat buat tenang sebentar, rumahku selalu

u. "Makasih, Mut. Aku mungkin nggak akan datan

s tak terdengar, ia berbisik, "Bell, aku mau bilang sesuat

alisnya teran

banget perasaanmu. Soal dituduh mandul, disalah-salahin, dihina dia

"Kamu kan udah punya d

ua tahun aku nikah, kosong. Padahal... sebelum nikah, aku sama suam

-kata Mutia menggan

lla pelan, tapi

ya tak berpaling. "Aku hamil setelah a

ing Bella terhenti. D

aris tak percaya denga

annya begitu. Dan anehnya... setelah melahirkan anak pertama, aku malah hamil lagi.

muak, dan bingung. "Maksud kamu, aku harus ng

pi kadang... tekanan itu bikin kita terjebak di pilihan-pilihan ekstrem. Aku cuma cerita ap

mu gila, Mut. Kamu pikir aku bakal percaya

amu. Tapi aku tahu betul rasanya dihakimi cuma karena r

beberap

nyak pilihan, bisa denngan Jordy, kakaknya Justin, atau dengan Om Farhat. Mereka sehat, gagah, dan...

ya tercekat. "Kamu ud

hidup nggak sehitam putih. Kadang kita harus

anmu kali ini sama sekali tidak menarik, Mutia," Ucap

utia termenung sendirian dengan senyum getirnya. Di dada Bel

Mutia bergetar pelan. Nam

apa maksud telepon ini. Ia menggeser tombol hija

ar!" Suara Mutia

detik sebelum J

uma mau mastiin. G

ngamuklah. Persis kayak yang udah kupredi

i seberang sana, terdiam, mungkin mengus

t. Aku pikir kalau kamu yang ngomong, dia bakal lebih nerima." Suar

tawa keci

lain ngomong buat nutupin pengecutmu sendiri. Kamu pikir aku ngga

ngen Bella b

aras Justin. Bella itu wanita baik-baik, masa kamu sebagai suaminya tidak tahu! Dia lebih memilih

nurutin kemauanmu. Sekarang Bella marah sama aku. A

ease nanti Bella ma

am dusta dan kepura-puraanmu. Apa susahnya kamu ngaku mandul sama

alu, sengaja ia tancap

Saran aku, mending kamu periksa kesehatan k

terdiam. Hanya napas bera

hong buat kamu. Bella pantas dapet kejujuran, meski itu nyakitin dia. Beda orang

at yang cukup berani untuk membela dirinya sendiri. Yang

yang keluar dari bibirnya,

kesal pada dirinya sendiri yang mau saja diajak konyol oleh Justin. Sekarang

rapi, terlalu rapi, seakan tak pernah disentu

ang di telinganya. "Kamu

kejam, tap

encoba mengusir rasa malu yan

nd

ntam lebih keras dar

lu, vonis itu jat

uk. Akibat pola hidup yang tidak sehat sejak remaja. Alkohol, rokok, begadang. S

mustahil. Tapi jug

g ia bungkus rapat di balik topeng kesibukan. Ke

punya

ngguin apa? Di

engkap kalau punya

amanya selalu melempar pandang penuh tuntutan. Yang lai

rlalu pengecut un

an keluar yang busuk. Menyuruh Mutia, sahabat Bel

lasi kotor: jika Bella hamil, aibnya tertutupi. Ia bisa b

ia brengsek. Tapi rasa takutnya

mendesak dan memelas. Menggertak dengan dalih "de

anya berantakan, ia sen

mua karena kebodoha

aku nggak ng

tu terus me

jendela. Bayangan seorang laki-laki berjas mahal, r

ng udah segin

ar asing, padahal

kepala ke kursi. Untuk pe

anak. Ini tentang diriku sendiri, yan

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY