Farhat kembali dari urusan bisnisnya di Semarang. Tangannya mantap memegang setir, tapi pikirannya mel
terjadi tadi malam. Gadis itu... terlalu liar untuk ukuran mahasiswi semester tiga. Terlalu berani. Terlalu
begitu, Jes?" gumamnya pe
ri didikan bertahun-tahun? Almarhum Pak Darma, suami pertama Tante Julia, dikenal sebagai sosok ayah yang penuh wibawa, peny
n hanya karena cinta, tapi juga karena ingin meneruskan tanggung jawab menjaga keluarganya. Jesly
itu... tampa
tauan mamanya, apalagi dirinya yang sibuk dengan urusan bisnis, gadis itu
siknya lirih, per
ur penyesalan. Bagaimana bisa? Di mana celah yang membuat Jeslyn berubah sejauh i
kanan. Namun dalam hati, Om F
apa anak itu. Dan dia tahu, mau
ir jalan. Saat melintasi depan sebuah gedung perkantoran, mata Om Farhat sekilas menangkap sosok yang familiar
dari Justin, an
ella. Meski Justin dan Bella bekerja di kantor berbeda, Bella selalu menanamkan hidup sederhana.
uka kaca jendela. "Ayo ikut O
mbut. Tawaran itu tak bisa ditolak. Ia berjalan me
h, Om. Kebet
suasana sempat hening beberapa saat. Hanya suara AC dan riuh klakson dari
manya Justin selama ini. Tante Julia cuma... ya, mungkin terl
tetap hangat. Ia paham betul, ucapan dari s
apa, Om. Saya paham kok. Mama memang oran
berusaha. Tapi ingat ya, Bell, jangan merasa sendirian. Walau Om bukan ayah kand
a sorot mata yang menangkap sesuatu di wajah Bella-
ik Om Farhat," balas Bella, kali ini dengan senyum yang
hirnya berhenti di depan rumah sed
aikan, Om titip pesan agar
alan," sahut Bella sebelu
ri sosok Bella. Ada sesuatu yang menggelitik di benaknya. Ia sudah lama menduga, perihal belum h
i topik tentang keturunan diangkat keluarga. Selalu ada ke
tin yang bermasalah..." guma
elung pikirannya. Aneh, tidak pantas, tapi menggoda: 'B
ngusir bayangan itu jauh-jauh.
melekat. Bella terlalu sempurna untuk dibiarka
n macet di depannya. Ada Tante Julia, istrinya, ada Jeslyn anak tirinya yang sudah
iliar. Bau parfum ruangan yang sama, suara detik jam dinding yang terlal
u, matanya langsung menangkap pemandangan "khas" ya
, tapi sorot matanya seperti sedang
diknya, santai menyusui bayinya
ngeluh. Aku yang tiap hari ngurus bayi, begadang, ngatur ruma
Klasik. Jenny me
menunduk, pura-pura fokus scroll HP, padahal jelas dia sedan
ah istrinya, Tante Julia, yang kini sedang memp
elum ada kabar baik. Apa jangan-jang
as teh di tangannya bergetar halus, nyaris t
suara Justin keluar pelan, seperti m
bilang begitu. Tapi kalau memang dia penghalang
ik wajah imutnya. "Kamu masih muda. Mengapa har
Om Farhat hanya mengusap dagunya pelan. Dia paham betul, kalau
berkata dengan tenang tapi getir, "Belum tentu Bel
a udah nggak sempat gendong cucu d
Justin tiba-tiba. Ia bangkit, meletakkan gelas tehny
mu, Justin," kata Tante
b. Dia melangkah c
utup, ruangan terasa
la napas keras, la
uga mau Justin terus-terusan kayak gini? Mbo
nyum tipis, seolah ba
Jul. Masalah kayak gi
bahkan Tante Julia pun tidak sepenuhnya tahu. Dan di kepalanya, roda mulai berputar
a di tem
langsung menyergap hidungnya. Hangat. Akrab. Aroma yang s
dan satu tangan sibuk mengaduk sayur di wajan. Sosok yang begitu familiar, tapi di mata
ekadar memandangi punggung istrinya da
amamu?" tanya Bella tib
ui. Seolah sudah terbiasa dengan kabar buruk, dengan luka-luka ke
melangkah, memeluk tubuh istrinya, berjanji akan meli
aru. Masih sama,"
isa melihatnya. Senyum seorang wanita yan
mereka pisahin kita. Tapi... aku juga nggak bisa bohong. Aku harus cari ap
yang menyesak, tapi jug
palagi yang akan diambil Justin agar i
Tante Julia dan Om
justru sudah punya solusi
*
rak perpustakaanmu, agar tidak keting
tarnya jika mulai menyuka