img Hasrat Jantan Ayah Tiri  /  Bab 2 Jantan | 28.57%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 Jantan

Jumlah Kata:1597    |    Dirilis Pada: 17/05/2025

oba menghubungi ponsel Jeslyn, anak ti

bot. Suara datar itu makin lama makin membuatnya kesal. Akhir

marang tanpa menengok anak tirnya yang sudah ia anggap seperti anak sendiri, apalag

jawaban. Memang, jam dua belas siang begini kebanyakan anak kuliah pasti

tu, wajahnya dikenal Om Farhat deng

en?" tanya Om

.. anu Om... anu... Jeslyn-nya lagi ke kampu

mendadak aja. Pesawat masih dua jam lagi. Om pikir nggak

n sekotak lum

m, aku harus segera siap-siap ke kantor, soalnya lagi magang, Om. Se

awarkan dirinya untuk masuk. Ia mengerti. Tempat kost putri mem

boleh nggak Om pinjam kamar mandi sebentar? Peru

g. Om Farhat memaklumi keraguannya. Ta

ja, Hen," desaknya,

an lama-lama ya, Om. Nggak enak kalau dil

ma buang hajat aja," sahut Om

amar mandi ada di ujung belakang. Untuk sampai ke sana, ia harus melewati sembilan kamar kost yang berjajar rapi

Barangkali karena merasa aman dengan Heny yang ada di rumah, Jeslyn tak menut

i makin lama terdengar seperti desa

, karena Jeslyn katanya sedang ke kampus. Anak muda, pikirnya, wajar saja. Tapi rasa penasa

endekati pintu itu. Dari c

dunia seolah b

Bukan suara

i atas ranjang. Jantung Om Farhat berdegup kencang. Napasnya te

. Jeslyn, rambutnya kini dipotong pendek seleher, membuatnya tampak berbeda. Namun Om Farhat tak mungkin sal

muda, mengulum kemaluannya dengan gerakan terampil. B

aat itu, Om Farhat tak peduli. Yang menghantam hatinya adalah kenyataan bahwa gadis kecil yang ia sayan

n menggedor pintu, ingin memarahi mereka. Ingin menarik Jeslyn dar

dengar su

Farhat sadar, apa yang ia lihat ini leb

ga Pak Fredy," suara Jeslyn terdengar ceria, lepas tanpa sadar

iki tubuh laki-laki yang ternyata bernama Dion. Pandangannya terasa surreal, seperti

eraguan, seolah sudah terbiasa melakukannya. Bukan pertama kalinya, jelas sekali. Tubuh Jeslyn menggeli

ahi yang meledak-ledak. Tangan Dion bergerak liar di sekitar dada Jeslyn, meremas bukit-bukit lembut yang dulu ser

mpur dengan kecupan panas dan pelukan erat. Kaki Jeslyn melingkari pinggang lelaki muda itu, mengunci erat tubuhnya

aat suara sandal yang diseret-seret terdengar mendekat. Panik, Om Farhat segera bergerak menuju kamar man

buruk. Tapi rasa dingin itu justru menegaskan satu hal: ini nyata. Jeslyn, gadis kecil yang dulu ia ajari

amun pikirannya buntu. Tak seperti biasanya, otaknya kini terasa m

melewati kamar Jeslyn, suara ceki

nja Jeslyn terdengar, menampar telinga Om Farhat. Ia menunduk, memp

di sofa, Heny

santai sambil menikmati lumpia yan

am. Wajahnya kusut, p

Ternyata dia di kamar dengan pacarnya,

h manis berkulit gelap itu mendadak kaku. Ia menunduk, menghindar

ereka?" suaranya pel

at meng

at apa yang mereka p

. Wajahnya s

edengeran ada ribut-ribut?" tanyany

kukannya," jawab Om Farhat dengan suar

ya. "Hah? Om biarkan? Om

a di kursi pesakitan. Heny berpindah duduk,

bisiknya, matanya tajam

. Hanya kehenin

in pelan, nyaris menggoda. Om Farhat meras

. Tak ada pembenaran, h

panggil

it wajahnya. Entah siapa yang lebih dulu bergerak, namun tiba-tiba bibir mereka bertaut. Ciuman itu ta

balik kain tipis dan bra yang membungkusnya. Tidak besar, namun kenyal dan padat. Tangannya bergerak pe

rhat dengan senyum penuh arti. Tapi kemudian bibir me

Ini ruang tamu, tempat terbuka. Bisa saja pe

di sini," bisik

marku, kan ada Jeslyn sama Dio

mu nggak keberatan," usul Om

n. "Oke. Aku panggil taksi dulu

berkecamuk. Ia tak tahu apakah ini solusi atau justru awal dari kekacauan

g tamu, berusaha bersikap sewajarnya meski suasana sebenarnya

acarnya. Rasa kecewa dan gamang masih menyelimutinya, apalagi setelah mengetahui bahwa Heny s

bersedia menemani Om Farhat, seolah i

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY