pemain film yang sedang dikerjakannya. "Aku butuh bantuanmu,
kap nama pemeran utama yang telah dicoret. "Al
cil. "Kamu meman
Rania dengan pandangan tajam. "Kamu ingin
atas meja dengan tenang, menyilangkan kaki dengan anggun, mata menatap pria itu tanpa ragu. "Tapi biarkan
arkan punggung ke kursi dengan santai. "Apa kamu sel
h percaya diri. "Hanya keti
rakan dulu dengan atasanmu-yang kebetulan juga tunanganmu? Bukankah dia
lah pilihan ponakanmu yang brengsek itu," gerutunya sambil bangkit dan berjalan m
semata-mata karena ingin balas dendam, tapi karena memang
epat di belakang Rania, nyaris tanpa jarak. Suaranya terden
i aku bukan wanita yang main belakang." Tangannya terangkat, menyentuh dada bidang pria itu dengan ringan. "Mesk
entang Alissya ke meja produser. Aku akan pastikan casting ulang
a, nyaris tak percay
dengan gaya khasnya, satu tanga
kasih," ucapnya tulus, lalu tanpa ragu, ia mendekat dan men
keberaniannya. Ia masih berdiri di tempat, matanya menatap pintu yang baru saja tertutup, se
khirnya duduk kembali dan menarik napas panjang. Ia pun berpiki
engetik catatan evaluasi mendalam mengenai karakter yang akan diperankan Alissya-men
ain yang menurutnya lebih cocok secara emosional dan teknis untuk memerankan karakter utama dala
tulisannya, memastikan setiap kata
engarahkan berkas itu langsung ke mej
sinya, senyuman perlah
h dimulai dan dia be
=
g untuk film terbaru LUX Picture akan dilakukan. Keputusan sepihak itu
nta izin, ia langsung membuka pintu dan masuk begitu saja. Pandangannya langsung tertuju pada
ilnya dengan
at, tanpa mengalihkan p
dilakukan ulang? Bukankah susunan peme
a tak tahu. "Oh, ya? Aku nggak tahu soal itu. Mungkin pamanmu y
ak ragu. "
tes soal siapa yang memerankan naskah filmku," ucapnya pelan ta
film yang mereka kerjakan bersama, dialah yang lebih banyak menentukan siapa yang akan
sama pamanmu?" tanya Rania, n
' CEO yang baru, seperti yang selama ini dengan mudah ia lakukan pada ayahnya. Apakah pengaru
. Paman Nathan bukanlah sosok seperti ayahnya yang bisa dengan mudah dibujuk atau diluluhkan o
buat ketemu Paman," ucapnya akhir
puter, jari-jarinya kembali mengetik di keyboard, mencoba k
hirnya ia menghela napas pelan, memutar badan dan keluar
a berjalan menyusuri koridor kantor ru
lirih. "Kenapa
idor, ponsel
"Sayang, benar kalau aku batal
panjang. Tangannya me
an sepihak. Nanti
pelan, ia akhirnya memasukkan ponsel itu ke dalam saku. Dengan lang