jam, tubuhnya tetap bergerak seolah digerakkan oleh sisa harapan yang belum padam. Talak itu nyata. Suaminya, Leonhart Castellano, telah menjatuhka
in. "Apa aku benar-benar tidak pantas dicintai?" gumamnya pelan. Rambut panjangnya ia ikat rapi. Meski hatinya hancur
stellano. Tangannya menyentuh satu bingkai besar: foto pernikahan mereka lima ta
telur, dan menghangatkan susu. Ia tahu selera Leonhart. Ia hafal segalanya tentang pri
gan itu besar dan sunyi, lampu kristal di atasnya memantulkan cahaya
. dia mau bicara d
, dan tak terburu-buru. Leonhart Castellano muncul di ambang pintu,
"Selamat pagi, Leonhart. Aku-
ajah Aurora. Sejenak hening menyelimuti mereka, sebelum ak
Aku... aku hanya ingin bic
ngat, tapi tawa getir yang menyakitk
.. aku mas
anmu, Aurora. Kau hanya bel
geming. "Aku tinggal disini karena aku masih mencintaimu.
tersaji. Ia mengambil sepotong roti, mencium aroman
membuat
Aku tahu kau suka omelet dengan
itu ke lantai. Aurora terkejut, tubuhnya meneg
pikir ini akan mengubah sesuatu? Bahwa aku akan jat
uara Aurora bergetar, "Aku hanya ingi
nya. Piring-piring meluncur jatuh, pecah berantakan di
enang di pelupuk matanya. Tapi dia tidak laridihkan. Wanita terbuang yang masih bergela
i. Rumah ini... rumah ini punya kenangan kita, Leo
ya rendah namun penuh amarah. "Aku tidak pernah mencintaimu. Pernikahan ki
a merasa napasnya tercekat. Tapi ia tetap b
i aku tidak akan pergi. Aku akan tetap di
yang kau mau... maka bersiaplah. Aku akan m
i di antara serpihan piring dan makanan yang berserakan.
tu. Tangannya terluka oleh serpihan tajam, darah menetes. Tapi ia tak mengeluh
ertahan... meski kau tak menginginkanku, aku ak
-
uka di tangannya sudah dibalut. Ia menatap bintang-bi
mbil perasaanku," ucapnya lirih. "Tapi ka
la. Aurora tahu, jalan yang ia pilih tidak muda
n sekadar bangunan. Rumah ini adalah tempat di mana c