na pesta yang meriah, melainkan karena tangisan semalaman dan tidur yang gelisah. Samar-samar, ia teringat kejadian kemarin:
pa. Matanya beralih ke samping, ke arah sofa. Kosong. Dion sudah tidak ada di sana. Apa
pagi. Masih terlalu pagi untuk menghadapi kenyataan seberat ini. Ada beberapa pesan masuk, kebanyakan dari teman-teman yang mengucapkan selamat, beberapa dari kerabat
u menarik selimut menutupi dadanya, meskipun ia sudah mengenakan pakaian tidurnya. Rasa canggung langsung menyelimuti ruangan. Dion, dengan tubuh atletisnya
ah tak ada yang aneh dari situasi ini. Ia berjalan ke l
ngangguk
, seolah mereka sudah bertahun-tahun hidup bersama. Itu membuat Keisha merasa semakin aneh. Pria ini
ai mengenakan kemejanya dan mulai mengancing
ela napas. "
, dan menghadapi semua konsekuensinya. Nama baik keluargamu dan keluargaku akan hancur, skandal ini akan dibicarakan bertahun-tahun. Kedua, ki
rpura-pura? Kita tidak saling kenal, Dion. Kita tidak p
ni tidak mudah. Ini adalah situasi terburuk yang pernah kita hadapi. Tapi pikirkanlah, Keisha. Apa yang ingin k
n menjadi bencana yang jauh lebih besar. Rasa malu itu akan jauh lebih dalam. Tapi menj
?" tanya Keisha, suaranya bergetar. Sebuah harapan
ak ada yang bisa menghentikannya. Fakta bahwa dia menghilang tanpa kabar, tanpa penjelasan... itu art
ng pengecut. Keisha sendiri tahu itu jauh di lubuk hatinya. Pria yang
isha, suaranya nyaris berbisik, "sampai ka
g paling aman untuk mengakhiri ini. Atau, siapa tahu, sampai
ha terkesiap. Menemukan kebahagiaan?
stri. Kita akan bersikap layaknya pasangan. Tunjukkan bahwa kita bahagia, bahkan jika itu palsu. Kedua, di balik pintu tertutup, kita
isha mendengus. "Ini hid
a tenang namun tegas. "Aku tahu ini berat, Keisha. Aku juga tidak menginginkan ini. Tapi kita
ngapa sedikit menenangkan hati Keisha. Ia melihat bahwa Dion benar-benar peduli
ng tuamu?" tanya Keis
lah Rafael. Tapi mereka juga setuju dengan rencana ini. Orang tuamu juga
emua orang sudah menyetujui, tanpa menanyakan perasaanny
a yang akan terjadi?" Keisha tidak b
dak mencurigakan, tentu saja. Mungkin setelah beberapa tahun, kita bisa bilang ada
itu menusuk hatinya, bahkan sebelum pernikahan ini dimul
, suaranya nyaris tak
, dan wawancara singkat dengan beberapa media yang masih meliput acara pernikahan mereka. Di depan kamera dan para tamu, Keisha harus memaksakan
gkali melingkarkan tangannya di pinggang Keisha, menariknya mendekat, dan berbisik hal-hal kecil yang membuat orang lain berpikir mereka sedang
enjadi pria yang tenang dan agak jauh. Mereka tidur di ranjang terpisah, atau lebih tepatnya, Dion tidur di sofa setiap malam, memberikan Keisha ruang s
indukan Rafael, merindukan mimpi yang sudah hancur. Mengapa Rafael melakukan ini? Pertanyaan itu terus berputar di benaknya tanpa h
anya menyebutkan "kesalahan Rafael" atau "ulah Rafael", tanpa pernah merincinya. Keisha sendiri terla
di sofa sambil membaca majalah fashion. Dion baru saja
Dion, suaranya memecah keheningan.
"Rumahmu? Maksudmu, rumah
s-menerus di hotel. Lagipula, itu rumah yang cukup
hidup bersama di bawah satu atap, setiap hari. Ini akan membua
eisha. "Kita bisa mencari a
iba-tiba mencari tempat baru, itu akan menimbulkan pertanyaan. Rumahku sudah menjadi r
Dion benar. Logika pria itu sel
, taman yang luas, dan kolam renang di belakang. Itu adalah rumah impian
dalam. "Kau bisa menata ini sesuai keinginanmu," katanya saat menunjukkan kamar itu
ega. Jarak adalah hal yang paling ia butuhkan saat ini. J
, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan di rumah sebesar ini. Dion sendiri tampak sibuk dengan pekerjaannya, seringkali pergi pagi dan pulang larut malam. Ketika
ri akun media sosial Rafael. Kosong. Rafael sudah menonaktifkan semua akunnya, menghilang tanpa jejak
u, bintang-bintang bersinar terang, namun tidak mampu menerangi kegelapan di hati K
i mendekat. Ia mendongak, dan melihat Dio
tanya Dion lembut, sua
apus air matanya. "Aku
bangku di samping Keisha, menjaga jara
ku hanya tidak mengerti, Dion. Kenapa dia melakuk
sha. Rafael selalu sedikit... impulsif. Dia sering mengambil keputusa
i sebelumnya?" tanya Keisha, memberanikan d
hindari masalah daripada menghadapinya." Ia menghela napas lagi. "Aku tahu ini tidak ban
sedikit beban terangkat dari dadanya. Setidaknya, ada sese
sekarang?" tanya Keisha, mata
ulang kali, tapi nomornya tidak aktif. Dia tidak membalas pes
benar-benar menghilang, tak ingin ditemukan.
?" Keisha bertanya, suaranya lemah. "Baga
unya pilihan lain. Aku akan melakukan yang terbaik untuk membuatmu nyaman. Dan jika suatu saat kau
h kegelapan. Setidaknya, ia tidak sendirian. Ia punya Dion, yang m
, Dion," bisi
rnya. Bukan senyum palsu untuk kamera, melainkan senyum yang memancarkan keb
m penerimaan. Penerimaan bahwa hidupnya tidak akan pernah sama, dan bahwa ia harus berjuang untuk membangun kembali dirinya, bahkan dengan Dion di sisinya. Babak baru ini memang dimulai dengan kepalsuan, tetapi mungkin, di tengah semua kebohongan itu, ada sebutir benih kebenar