ang seharusnya paling bahagia namun justru menjadi titik balik paling menyakitkan dalam hidup Keisha. Namun, seiring waktu, rasa sakit akibat pengkhianatan Rafael perlahan mu
a mengobrol santai tentang hari kerja mereka, berita terbaru, bahkan sesekali bertukar pikiran tentang film atau buku. Dion bahkan mulai berbagi detail-detail kecil tentang proyek-proyeknya, menceritakan tantangan dan keberhasilan dalam membangun perusahaan arsitektur m
yang lebih intensif, impian masa kecilnya yang sempat terkubur. Dion mendukungnya sepenuhnya, bahkan
n gaun malamnya. "Tapi coba pikirkan tentang jatuhnya kain di bagian ini. Mungki
terkejut. "Kau t
. Ibuku dulu sering menjahit,
memiliki sisi artistik yang tersembunyi, yang hanya muncul sesekali. Dan Keisha, y
li menghabiskan waktu di perpustakaan atau galeri seni, karena ternyata mereka sama-sama menyukai seni. Terkadang, mereka akan memasak makan malam bersama, Di
ya, sesekali merangkul pinggangnya, atau memberikan senyum hangat yang dulu terasa palsu, namun kini entah mengapa terasa sedi
i mereka. Wanita itu, Clara, adalah salah satu teman dekat Rafael di masa lalu, yang selalu me
nya tertuju pada Dion. "Meninggalkan pengantinnya di alta
hati, membawa kembali semua rasa sakit dan malu dari seta
tung jika ia tidak kehilangan Keisha," kata Dion dengan suara tenang, namun ada nada dingin yang terselip di sana.
terduga. Wajahnya sedikit memerah karena malu. Dion lalu menarik Keish
ja?" tanya Dion,
u..." Ia tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Perkataan Dion, yang
t punggung Keisha. "Kau tidak pantas
si' atas masalahnya, kini menjadi lebih dari itu. Ia adalah pelindungnya, seseorang yang bisa ia andalkan.
ertidur di kamar utama, di samping Keisha, meskipun di sisi ranjang yang berbeda. Tidak ada sentuhan yang melewati batas, tidak ada kat
afael yang menghilang, dan rasa sakit yang menghantamnya. Ia terengah-engah, tubuhnya gemet
terdengar khawatir. Ia sudah te
pelukannya. Awalnya Keisha kaget, namun pelukan itu terasa begitu hangat dan menenangkan
dan membiarkannya menangis. Kehadirannya yang kuat dan stabil adalah satu-satunya hal yang bisa mene
k?" tanya D
kannya sedikit, namun tetap di dal
ranya penuh pengertian. "Kau tidak perl
a, dan untuk pertama kalinya, Keisha melihat bayangan kerentanan di
mengerti mengapa dia mel
a akan tahu jawabannya. Tapi yang jelas, kau
yang bergeser di dalam dirinya. Dendam dan kepahitan yang ia simpan terhadap Rafael, perlahan mulai luntur. Bukan karena i
bersandar di dada Dion. Itu adalah pertama kalinya mereka tid
idak lagi sekadar berbagi ruangan, tetapi berbagi kehidupan. Mereka akan menonton film bersama di ruang keluarga, berdi
syarat. Keisha menemukan dirinya mencari keberadaan Dion di rumah, merasa sedikit hampa jika pria itu pulang terlambat. Dan Dion,
memasak makan malam. Keisha tidak sengaja menjatuhkan pisau, dan refle
ra meraih tangan Keisha, menariknya ke wastafe
. "Ini dalam sekali. Ki
eisha mencoba menenang
bersihkan luka Keisha dengan hati-hati, lalu membalutnya. Selama proses
ion, suaranya sedikit menegur
nyum. "Oke,
bibirnya. Senyum yang begitu tulus, begitu hangat, hingga membuat hati Ke
amnya," kata Dion, tangannya masih mengg
yang tidak lagi terasa dibuat-buat. Keisha menatap Dion, yang sedang menyendok nasi ke piringnya. Pria ini, yang d
n, perlahan-lahan mulai berubah menjadi sesuatu yang lebih kompleks. Sebua
kut. Bisakah ia mencintai pria yang awalnya hanya sebuah solusi, sebuah 'kesep
engan senyum tipis. Mata Dion yang gelap memancarkan k
antara puing-puing masa lalu, sebuah benih baru mulai tumbuh. Apakah benih itu akan tumbuh menjadi cinta? Keisha tidak tahu. Tapi ia tahu satu hal: ia tidak lagi sendirian. Dan untuk pertama kalinya s