Kata-kata Pak Rahmat, tentang perjodohan dengan Bima, pria lumpuh yang akan melunasi semua utangnya, terus berputar di benaknya. Ini adalah langkah yang mengerikan, namun ju
sa uang yang ia miliki. Setiap sudut kamar terasa mencemooh nasibnya. Dinding yang mengelupas, kasur yang tipis, jendela yang menghadap g
Sebuah alamat di kawasan elit Jakarta Selatan, kontras dengan tempat Anjani berada saat ini. "Jalan C
erhana dan rok hitam. Rambutnya ia kuncir rapi. Ia berusaha keras untuk terlihat tegar, meski hatinya terasa seperti remahan biskuit. Ia tidak boleh menunjukkan kelemahan di ha
tapi kini ada percikan api di sana, percikan tekad yang membara. "Ini bukan untuk me
emutuskan untuk naik taksi online, meski ia tahu itu akan menguras sebagian besa
ap mobil mewah yang melintas, seolah menertawakan kemiskinan dan penderitaannya.
r rumah, melainkan sebuah kompleks megah. Gerbang itu terbuka otomatis, menampakkan taman yang terawat sempurna dengan air mancur di ten
dup sederhana, bahkan setelah menikah dengan Bagas pun, rumah mereka tidak semewah ini. Ia menarik napas dalam-dalam, beratas kerikil putih bersih. Aroma bunga melati dan mawar samar-samar tercium di udara. Ia berjalan per
ita dengan seragam rapi tersenyum ramah padanya. "Selamat pag
berkilau memantulkan cahaya dari lampu gantung kristal yang menjuntai di langit-langit tinggi. Lukisan-lukisan mahal t
lah Tuan Arion dan Nyonya Diana, orang tua Bima. Mereka mengenakan pakaian yang raawat dan berkelas. Nyonya Diana
nya," sapa Anjani, berusaha
yonya Diana, suaranya lembut na
gak. Ia mencoba mengamati ekspresi mereka,
kedatangan kami?" tanya Tuan A
Pak. Pak Rahmat sudah
bersedia membantu melunasi semua utang ayah tiri Anda," lanjut Tuan Arion, langsung
" jawab Anjani,
ak dan tidak adil bagi Anda, Anjani. Tapi kami perlu jaminan bahwa Anda tulu
k," Anjani berjanji, berusaha terdengar me
is. "Apakah Anda tahu bahwa Bima... lumpuh total? Dia b
n tidak bisa bergerak? Gambaran tentang kehidupan pernikahannya kelak mendadak menjadi jauh lebih kompleks. Ini
Anjani, berusaha menutupi keterkeju
ingin memastikan ia tidak salah paham. "Dia membutuhkan perawatan penuh waktu. Ada
g penting, tapi apakah ini harga yang harus ia bayar
hmat akan dalam bahaya. Dan ia tidak bisa membiarkan B
meskipun hatinya berteriak ragu. "Sa
ng bertukar pandang. Ada ekspres
ana, hanya keluarga inti. Kami akan mengurus semua detailnya," kata Tuan Arion. "Dan sebaga
menjadi suaminya, sang "sarang singa" yang harus ia masuki. Ia mengikuti
tegangan yang semakin meningkat. Apa yang harus ia katakan? Bagaimana ia harus be
intu ganda kayu solid. Ia mengetuk pe
s, dengan jendela besar yang menghadap taman. Namun, perhatian Anjani langsung t
i
yang tegas dan hidung mancung. Namun, matanya... matanya terlihat kosong, hampa, dan ada kesedihan mendalam yang te
sangat kurus, tak bergerak. Ia benar-benar lumpuh, seperti ya
anya tetap terpaku pada langit-langit, se
a Tuan Arion, suaranya
a tetap diam, seolah t
kat, berdiri di samping ranjang. "Halo, Tu
an. Bima tetap
imu," desak Tuan Arion, ada n
n mata Anjani. Tatapan itu dingin, kosong, dan dipenuhi kepedihan. I
i?" suara Bima serak,
gira Bima mungkin tidak akan berbicara sama se
a yang lebih jelas, namun tetap tanpa emosi. "Untuk
idak menyangka Bima akan langsung menuduhnya seperti itu. Ia menatap mata Bima, mencari tah
a menjaga ketenangan. "Saya datang karena... ini adalah kesepakatan. Aya
a tanpa kegembiraan. "Kesepakatan. Ya, sebuah kesepakatan yan
ai muncul. Ia datang dengan hati yang hancur, dipaksa melakukan ini
ras sedikit. "Tapi saya juga terpaksa. Saya tidak ingin ini. Saya j
ajahnya lagi, kembali menat
sudah masuk dan berdiri di belakang
ra-pura? Tidak ada yang akan berubah. Saya tetap seperti ini. Da
r kekasaran. Ia melihat keputusasaan yang mendalam, luka yang ter
at. "Bima, Anjani akan menjad
hanya terdiam, tenggelam
sa. Bagaimana mungkin ia bisa menjalani kehidupan dengannya? Bagaimana ia bisa membangun rencan
mereka, pengkhianatan mereka. Anjani tidak akan membiarkan dirinya
uh pengertian. "Saya tahu ini sulit bagi Anda. Tapi saya berjanji, s
tidak tahu apakah Bima
jani. "Maafkan putra kami, Anjani. Dia...
Anjani berusaha terse
uatunya. Pernikahan akan dilaksanakan tiga hari lagi. Kami akan mengirimkan
g kekhawatiran dan ketakutan menyergapnya. Tapi ia
langit-langit, seolah Anjani tidak pernah ada di sana. Anjani merasa seolah i
pai, tapi juga ada kekhawatiran yang mendalam tentang masa depannya dengan Bima. Ia harus hidup d
endiri saat taksi membawanya kembali ke losmen kumuh
h total, tentang perawatan yang dibutuhkan, tentang rehabilitasi. Semakin banyak ia membaca, semakin ia menyadari betapa besar tanggung jawab yan
na ia bisa mendapatkan kepercayaan Bima? Bagaimana ia bisa menembus dinding keputusasaannya? Jika Bima tetap dalam kondisi seperti itu, An
an mengasihani, tapi dengan menunjukkan pengertian dan kekuatan. Ia harus me
an mundur. Ia akan menghadapi takdirnya, dan ia akan mengubahnya menjadi kekuatan. Untuk dirinya sendiri, dan untuk membalas dendam